masyarakat Indonesia dalam memilih pemimpin yang akan menentukan arah pembangunan daerah mereka. Namun, seperti halnya demokrasi di negara lain, proses pemilihan di Indonesia kerap kali dibayangi oleh praktik-praktik politik yang tidak sehat, seperti kampanye hitam, politik identitas, serta isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan). Fenomena ini mengkhawatirkan dan berpotensi merusak kualitas demokrasi serta mengganggu keharmonisan sosial.
Pemilihan kepala daerah di berbagai provinsi, kabupaten, dan kota tahun ini  menjadi momentum penting bagiPolitik bukan hanya soal kemenangan atau kekuasaan, tetapi soal menyampaikan visi, misi, dan program kerja yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Politik juga menjadi sarana untuk mengedukasi masyarakat, terutama generasi muda, tentang bagaimana demokrasi yang sehat seharusnya dijalankan.
Di tengah-tengah kompetisi politik, tidak bisa dipungkiri bahwa setiap kandidat memiliki tim pemenangan yang akan bekerja keras untuk memastikan kemenangan. Namun, hal yang perlu dipahami oleh setiap tim pemenangan dan para pendukung adalah bahwa cara untuk mencapai kemenangan itu sangat penting. Serangan verbal yang kasar, adu domba, atau propaganda yang menjatuhkan lawan dengan cara tidak etis hanya akan merusak esensi demokrasi itu sendiri. Demokrasi membutuhkan ruang diskusi dan debat yang konstruktif, di mana perbedaan pendapat dihargai, dan argumen-argumen yang disampaikan berbasis pada fakta serta gagasan yang membangun.
Sebagai warga negara yang mencintai demokrasi, kita berhak menuntut agar setiap pihak yang terlibat dalam pemilihan kepala daerah mengedepankan politik yang santun dan etis. Politik santun adalah politik yang memberikan ruang bagi setiap kandidat untuk mengungkapkan gagasan dan visi-misinya tanpa mengorbankan kehormatan orang lain. Ini adalah politik yang mengutamakan argumen berbasis data dan solusi konkret untuk memecahkan persoalan masyarakat, bukan politik yang didominasi oleh fitnah atau hoaks.
Kampanye hitam adalah salah satu praktik yang merusak nilai-nilai demokrasi. Ini adalah bentuk manipulasi informasi yang sengaja digunakan untuk menjelekkan pihak lawan demi meraih dukungan. Kampanye hitam sering kali bersifat destruktif dan meninggalkan luka sosial yang dalam di masyarakat. Lebih buruk lagi, kampanye hitam sering kali dikombinasikan dengan politik identitas, di mana isu-isu SARA digunakan untuk memecah belah masyarakat.
Politik identitas, yang mengeksploitasi perbedaan suku, agama, ras, dan golongan, hanya akan memperlebar jurang perpecahan di tengah masyarakat yang majemuk. Praktik ini tidak hanya tidak etis, tetapi juga berbahaya bagi keutuhan bangsa. Para politisi dan tim pemenangan harus menyadari bahwa masyarakat Indonesia sudah semakin cerdas dalam menentukan pilihan. Masyarakat tidak lagi ingin dijadikan objek manipulasi dengan isu-isu yang hanya memecah belah. Masyarakat menginginkan pemimpin yang berfokus pada solusi nyata, bukan yang hanya pandai menggunakan isu identitas untuk mendapatkan simpati sesaat.
Kampanye yang sehat harus mengedepankan adu gagasan, visi, dan program kerja yang jelas dan terukur. Setiap kandidat harus diberikan kesempatan yang sama untuk memaparkan rencana pembangunan mereka tanpa perlu menjatuhkan kandidat lain. Hanya dengan cara inilah masyarakat bisa menilai siapa kandidat yang paling layak untuk dipilih berdasarkan kualitas dan integritasnya.
Di tengah proses pemilihan yang dinamis, generasi muda memegang peranan penting dalam keberlanjutan demokrasi Indonesia. Mereka adalah pemilih masa depan yang akan meneruskan estafet kepemimpinan di berbagai sektor. Oleh karena itu, sangat penting bagi para politisi dan tim pemenangan untuk memberikan contoh yang baik melalui kampanye yang beretika.
Generasi muda harus dididik tentang pentingnya partisipasi dalam proses demokrasi yang sehat. Mereka perlu diajarkan bahwa politik bukanlah arena untuk saling menyerang atau menjatuhkan, melainkan wadah untuk menyampaikan ide-ide konstruktif dan inovatif. Politik harus dipandang sebagai alat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, bukan sebagai sarana untuk mencapai ambisi pribadi atau kelompok semata.
Oleh karena itu, para kandidat dan tim sukses harus menggunakan kampanye sebagai momentum untuk mengedukasi generasi muda tentang pentingnya keterlibatan aktif dalam demokrasi. Libatkan mereka dalam diskusi yang sehat, tunjukkan bahwa perbedaan pandangan adalah hal yang wajar dan harus disikapi dengan dewasa. Jika generasi muda melihat bahwa politik bisa dijalankan dengan santun dan berintegritas, mereka akan tumbuh menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang memiliki moral dan etika yang kuat.
Pada akhirnya, yang paling menentukan dalam pemilihan adalah seberapa relevan visi-misi dan program kerja setiap kandidat dengan kebutuhan masyarakat. Pemimpin yang baik bukanlah mereka yang paling pandai dalam kampanye, tetapi mereka yang mampu merealisasikan janji-janji kampanye mereka setelah terpilih. Oleh karena itu, tim pemenangan harus fokus pada upaya menyampaikan program-program konkret yang bisa diimplementasikan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.