Mohon tunggu...
Viktor Rega
Viktor Rega Mohon Tunggu... Guru - Apa adanya, berjuang untuk menjadi berarti bagi orang lain.

Saya lahir di sebuah dusun kecil . Berjuang menggapai mimpi dengan cara yang berbeda dan luar biasa, menepis segala keraguan bahwa hidup harus diperjuangkan. Menjadi penjual kue keliling kampung ketika duduk dibangku SMP, bekerja sawah membanting tulang untuk membiayai hidup keluarga dan sekolah ketika SMA, karena ayah tercinta sakit-sakit. Menjadi kuli bangunan, tukang sapu jalan, dan Satpam ketika kuliah. Dan sampai detik ini, masih terus berjuang untuk kehidupan baru bagi isteri dan kedua anak-anakku. Entah sampai kapan, manusia tak ada yang tahu. Satu yang pasti, bahwa hidup terus berjalan sampai kita sudah tak mampu lagi berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Empat Pendidikan Karakter di Keluarga yang Berdaya Guna bagi Anak

15 Desember 2021   22:02 Diperbarui: 21 Desember 2021   18:39 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kejujuran | Sumber: Freepik

Ketika si bapak mengatakan, "Aduh pa, bu, uang saya hanya dua puluh empat ribu, bagaimana ini?"

"Tidak apa-apa bapak, bapak bawa saja uang itu untuk berobat mama di rumah juga beras ini," jawab isteri saya. 

Setelah bapak itu pergi, anak saya yang laki-laki yang saat itu baru kelas 5 SD berkata,"Kasihan ya, mama". 

Masih banyak peristiwa-peristiwa serupa dengan segala persolan dan kebutuhan lainnya, yang datang ke rumah. 

Suatu ketika, anak laki-laki saya pulang sekolah tinggal buku tulis yang lama. Padahal, pagi pergi sekolah ada minta di mamanya 5 buku tulis baru dan baju seragam lamanya tapi masih kelihatan baru, alasannya untuk ganti di sekolah, apalagi cuaca panas sedangkan buku tulis barunya untuk buku ulangan. 

Setelah ditanya oleh mamanya, dia menjawab,"Mama, jangan marah, saya kasihan dengan teman kelas saya. Dia sepertinya orang susah. Bajunya penuh noda seperti tidak cuci, kusut, buku tulis hanya satu dan itupun sudah sobek-sobek. Buku baru saya tadi sudah saya kasih dia juga baju seragam itu. Saya kasihan teman saya itu, mama."

Setelah saya pulang kerja, isteri saya menceritakannya kepada saya dengan mata berbinar. 

Sifat rendah hati bisa diterapkan dalam keluarga sehari-hari. Teladan merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan rendah hati pada anak.

Keluarga mempunyai peranan sangat penting dalam proses pembentukan karakter seorang anak. 

Hal itu disebabkan, keluarga merupakan tempat bertumbuh dan berkembangnya anak sejak usia dini hingga dewas. 

Melalui keteladanan dan habituasi positif dalam keluarga, karakter seorang anak terbentuk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun