Ketika si bapak mengatakan, "Aduh pa, bu, uang saya hanya dua puluh empat ribu, bagaimana ini?"
"Tidak apa-apa bapak, bapak bawa saja uang itu untuk berobat mama di rumah juga beras ini," jawab isteri saya.Â
Setelah bapak itu pergi, anak saya yang laki-laki yang saat itu baru kelas 5 SD berkata,"Kasihan ya, mama".Â
Masih banyak peristiwa-peristiwa serupa dengan segala persolan dan kebutuhan lainnya, yang datang ke rumah.Â
Suatu ketika, anak laki-laki saya pulang sekolah tinggal buku tulis yang lama. Padahal, pagi pergi sekolah ada minta di mamanya 5 buku tulis baru dan baju seragam lamanya tapi masih kelihatan baru, alasannya untuk ganti di sekolah, apalagi cuaca panas sedangkan buku tulis barunya untuk buku ulangan.Â
Setelah ditanya oleh mamanya, dia menjawab,"Mama, jangan marah, saya kasihan dengan teman kelas saya. Dia sepertinya orang susah. Bajunya penuh noda seperti tidak cuci, kusut, buku tulis hanya satu dan itupun sudah sobek-sobek. Buku baru saya tadi sudah saya kasih dia juga baju seragam itu. Saya kasihan teman saya itu, mama."
Setelah saya pulang kerja, isteri saya menceritakannya kepada saya dengan mata berbinar.Â
Sifat rendah hati bisa diterapkan dalam keluarga sehari-hari. Teladan merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan rendah hati pada anak.
Keluarga mempunyai peranan sangat penting dalam proses pembentukan karakter seorang anak.Â
Hal itu disebabkan, keluarga merupakan tempat bertumbuh dan berkembangnya anak sejak usia dini hingga dewas.Â
Melalui keteladanan dan habituasi positif dalam keluarga, karakter seorang anak terbentuk.Â