Guru adalah profesi yang dipilih karena panggilan hati. Hati yang mengabdi tanpa tendensi untuk keuntungan diri. Memanusiakan manusia adalah tugas termulia dalam menuaikan panggilan jiwanya.
Guru adalah aktor dan aktris dalam panggung kehidupan nyata. Sebagai  aktor dan aktris  dalam  menghayati dan memainkan  peran sebaik-baiknya yang terberi, baik  sebagai guru , sahabat maupun  orang tua,akan menghadirkan sesuatu yang berkesan bagi penonton dalam diri peserta didiknya. Perasaan terkesan pada guru menyebabkan anak didik antusias dan bersemangat dalam mengikuti setiap proses disetiap pembelajarannya.
Pendekatan dalam proses pembelajaran hendaknya mengutamakan nilai-nilai humanistik. Pendekatan humanistik dimaksud adalah pendekatan kasih sayang. Guru sebagai sosok yang pantas digugu dan ditiru, penting baginya untuk menempuh pendekatan yang disertai dengan kelembutan terhadap anak didiknya.Â
Guru yang baik adalah guru yang melandasi interaksinya dengan siswa diatas nilai-nilai cinta dan kasih sayang. Karena dengan cintalah akan lahir keharmonisan. Pendekatan ini sangat tepat diterapkan diera globalisasi ini, mengingat banyak anak didik kurang mendapat perhatian orang tua di rumah yang dikarenakan kesibukkan orang tua dengan dunia kerjanya sedangkan anak sibuk dengan dunianya.Â
Dengan pendekatan kasih sayang dimungkinkan peserta didik  menganggap guru sebagai tempat mengadukan segala persoalan yang mereka hadapi, sehingga pelarian negatif dapat  diantisipasi,seperti minum minuman keras,narkoba,pergaulan bebas dan kemerosotan moral lainnya.
Peserta didik selain sebagai makluk individu juga sebagai makluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain, baik dilingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun sekolah. Oleh karena itu, seorang guru perlu memperlakukan peserta didik sesuai dengan kedudukannya.Â
Guru perlu menyadari bahwa keberhasilan dan prestasi belajar peserta didik tercapai bukan semata-mata disebabkan oleh kecerdasan, namun dipengaruhi oleh hubungan sosialnya dengan guru. Peserta didik pada pembawaan  guru yang ramah dan dapat diajak bicara akan menumbuhkan motivasi belajar pada materi yang diajarkan, sehingga berimplikasi positif pada keberhasilan proses belajarnya.
Guru adalah orang tua di sekolah sekaligus sehabat berbagi problema. Seorang guru hendaknya memiliki kepekaan berpikir,pengetahuan psikologis tentang peserta didik serta mampu berkomunikasi  bersahabat tanpa menimbulkan rasa menggurui. Selain itu, guru harus mampu mengikuti perkembangan gejolak  remaja masa kini, sehingga pembinaan terhadap anak didiknya relevan dengan zamannya.
Di era globalisasi ini, guru harus hadir dengan mengedepankan emosi dari sisi hati sehingga mampu merevitalisasi kembali penanaman sikap santun dan keramahan di sekolah sebagai lembaga rekayasa sosial ditengah mewabahnya kekeringan sosial dan krisis kesantunan moral.
Guru harus mengajar muridnya dengan hati bukan emosi. Sikap cinta dan kasih sayang seorang guru tercermin melalui kelembutan, kesabaran, penerimaan, kedekatan, keakraban, serta sikap-sikap positif lainya dalam berinteraksi dengan lingkungannya, khususnya dengan para siswa.
Sosok guru yang selalu menebar kasih sayang pada siswa akan melahirkan sebuah kharisma. Siswa akan mencintai guru dengan dengan cara mengidolaknnya, serta menempatkan dia sebagai sosok yang berwibawa dan disegani.
Guru yang berkharisma adalah guru  yang menghadirkan cinta dalam setiap pengabdiannya. Cinta adalah sikap batin yang melahirkan kelembutan, kesabaran, kelapangan, dan kreativitas.Jaring-jaring cinta yang ditebar dengan penuh keikhlasan akan tersambut positif oleh siswa. Seperti pepatah lama ;Â
"Siapa yang menanam dialah yang akan menuai". Siapa yang menanam kebaikkan akan menuai kebaikkan begitupun sebaliknya. Â
Respon balik dari rasa cinta siswa bisa terwujud melalui sikap-sikap positif. Contohnya: penghormatan, kepatuhan, motivasi belajar, kecintaan terhadap tugas, dan rasa ingin selalu menghargai guru yang dicintainya.
Menggunakan kata cinta tidak semudah mengucapkannya, namun dibutuhkan strategi  dan seni khusus agar sinyal cinta guru dapat dipahami siswa. Kalau kita kehilangan harta, maka kita bisa mencarinya.Â
Ketika kehilangan kesehatan, kita merasa ada sebagian yang hilang. Tetapi kalau kita kehilangan karakter, kita akan merasa kehilangan semuanya. Karena itu,seorang guru disebut profesional dan berkarakter jika siswanya senang ketika diajar dan mampu menerima pelajaran dengan baik serta  tujuan pembelajaran tercapai. Hal ini akan dicapai bila seorang guru mengajar  dengan sepenuh hati.Â
Pendidikan dilakukan dengan hati lewat ungkapan rasa kasih sayang, keikhlasan, kejujuran,dan suasana kekeluargaan. Dalam mendidik siswanya, guru harus memiliki hati yang rela tanpa berharap.serta tidak  dibatasi oleh ruang dan waktu dalam memberi.
Dengan menghadirkan karakater seperti inilah, siswa akan merasakan bahwa belajar sudah bukan lagi sebagai kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan dan  keterpanggilan sebagai agen perubahan masa depan, sehingga  muncul gairah untuk berprestasi di dalam jiwanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H