"Baik, sekarang kami antar kamu ke sana. Awas ya, jika kamu tipu," jawab pak polisi dengan nada bergurau.
Kami diantar pak polisi ke rumah baba Lorenz. Kira-kira saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 malam. Setiba di rumah baba Lorenz, kami dibukakan pintu oleh baba Lorenz sendiri.
"Malam bapak, kami dari polisi." Salah satu anggota polisi yang mengantar kami memperkenalkan diri.
"Malam.., ada apa ini?" tanya baba Lorenz kaget.
"Bapak kenal dengan anak-anak ini? Mereka kami tangkap di pasar Inpres, karena ketika melihat kami, mereka lari," jawab salah satu anggota polisi memberi penjelasan.
"lya, saya kenal", salah satunya karyawan saya, namanya Gaspar. Dia sudah dua bulan kerja di sini," jawab baba Lorenz.
"Kemarin dia ke pasar Soa jual roti di sana", lanjut baba Lorenz lagi.
"000, kalau begitu kami kembalikan anak-anak ini kepada bapak. Kami hanya memastikan bahwa kedua anak ini adalah benar karyawan bapak," jawab pak Polisi seraya memohon diri pamit.
Dalam suasana takut aku diperkenalkan oleh Gaspar kepada baba Lorenz dan baba Lorenz menerima kami, serta memepersilahkan kami untuk bersih bersih diri. Selanjutnya kami dipersilahkan makan.
Malam itu, bayangan tentang peristiwa yang barusan terjadi, terus menghantui pikiranku. Dan aku tidak tahu jam berapa aku terlelap dalam mimpi.
Dengan keranjang kue, aku mengintari Lorong Lorong Kota Bajawa setiap hari dari pukul 07.30 sampai pukul 14.00 sambil berteriak, porerore, poreroree, porerore, porerore, memberitahukan bahwa aku sedang menjajakan kue jenis porerore kepada calon pembeli.