Pandangannya tak sedikitpun mengarah ke lapangan, jari jemarinya menari lincah. kedua mata sok polosnya memandangi layar kecil sebuah telepon genggam yang mereka anggap pintar yang rajin sekali mendecit.
Mungkin si telepon yang merasa pintar itu pun enggan digenggam oleh orang kurang pintar macam mereka. kesempatan langka yang didambakan oleh ribuan orang lain di luar sana, tapi mereka gunakan untuk berkicau memberitahukan pada teman-teman setipe mereka bahwa mereka sedang "@GBK watching Indonesia vs Philippines.. Ayo Garudaku... with 100.000 others via kotak4". siapa yang nanya?? setan mungkin.
Harusnya saya senang karena sekarang, tanpa saya minta, atau saya ajak, mereka dengan bangga karena bisa masuk gratis berkat koneksi yang dimiliki saat ini mau mendukung persepakbolaan Indonesia.
Tapi entah kenapa, saya, sebagai penonton yang selalu membeli sendiri setiap tiket pertandingan yang saya hadiri, merasa apa yang mereka lakukan, banyak menyakiti hati para supporter nyata. mereka yang selalu meminta kami untuk duduk sepanjang pertandingan, dan mereka-mereka yang selalu meneriakan kata "kampungan!" ketika kami menolak untuk duduk.
Ketika nanti Garuda tidak bisa memberikan "kebanggaan" yang menjadi "terror" dari para Garuda Di Dadakan, akan seperti apa reaksi mereka?! semoga tidak mencakar-cakar wajah & mulut mereka sendiri. apalagi sampai merobek seragam yang mereka pakai untuk berfoto-foto seperti turis yang sedang takjub dengan situs sejarah kuno nan antik yang sebentar lagi akan roboh karena usia.
Namun, ketika Garuda berhasil, semoga kepala Gonzales dan Irfan Bachdim tak sampai sebesar kepala Nurdin Halid.
Vikry Pristian
Pecinta Sepakbola Nasional
(Follow on Twitter: @VikryPristian)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H