Mohon tunggu...
Vikri Putra Andana
Vikri Putra Andana Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Hanya ingin berbagi apa yang ada di pikiran untuk dituang menjadi tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kalian Siapa?

26 Mei 2021   23:10 Diperbarui: 27 Mei 2021   00:31 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangkan Si Kecil dan Ibunya di sebuah negeri yang luar biasa, Palestina. Si Kecil yang lucu dan Si Ibu yang penuh cinta  menunaikan sahur bersama di dunia dan berbuka di surga. Ramadhan kala itu adalah Ramadhan terakhir bagi mereka.

Bayangkan seorang ayah dari keluarga kecil yang damai. Dalam perjalanan pulang membawakan hadiah untuk Si Kecilnya. Namun siapa sangka, ternyata Si Kecil terlebih dahulu memberikan hadiah kepada Sang Ayah. Sebuah Surga, hadiah indah yang dipersembahkan untuk Ayah.

Lihat, betapa indahnya cara pandang mereka akan masalah yang terjadi terhadap mereka. Walaupun zionis mencoba menyiksa, memperkosa, hingga menghilangkan nyawa dari mereka, tetap saja mereka masih bisa tersenyum menatap surga.

Lihat, betapa gigihnya mereka berjuang menyongsong jihad. Mengambil berkah dari sebuah perjuangan yang bersahut dengan takbir penuh semangat. Lalu di antara dari mereka akhirnya menjemput syahadah dengan gemilang, berdiri tegak menjadi seorang pemenang.

Ketika pasukan Islam pergi menyongsong panggilan jihad di perang Uhud, ada salah  seorang yang menarik diri dari pasukan ketika pasukan musuh menampakkan dirinya. Orang itu bernama Abdullah bin Ubay. Mungkin ia tergelak ketika menyaksikan luka-luka kaum muslimin di perang Uhud.

Hari ini, kawanku. Bisa kita lihat dengan jelas bagaimana generasi-generasi Abdullah bin Ubay yang baru. Mereka bahkan lebih parah dibandingkan Ibnu Salul ini. Seperti mereka yang mengaku beriman ,tetapi malah memilih untuk diam ketika para mujahid Palestina sedang diposisi tidak aman. 

Di hari-hari lain, mereka berlagak seperti orang yang sedang bersungguh-sungguh memperjuangkan Islam. Retorikanya dalam menjelaskan Islam Progresif sangat meyakinkan. Tapi dengan diamnya mereka sekarang membuat kita sadar, bahwa Iman hanya sampai di mulut mereka, tidak dengan hati mereka.

Hari ini, wahai kawanku. Bisa kita saksikan yang lebih mengerikan dari orang-orang seperti tadi. Mereka mengaku beriman tetapi malah mendukung penindasan atas saudara seimannya. Mereka bahkan menyalahkan para mujahid yang kini tengah berjuang mempertahankan Iman. Dengan ringan lidah mereka berkata "Palestina bukan urusan kita!" Pernyataan ini seperti mereka tidak punya otak untuk belajar sejarah. 

Coba lihat, dari zaman Soekarno hingga Presiden sekarang, kita sebagai bangsa Indonesia yang berprikemanusiaan akan selalu tegak berdiri membela tanah suci itu, tanah Palestina. Maka, wahai kawanku, pertanyakan kepada mereka yang membela para penjajah "KALIAN SIAPA?"

Wahai kawanku. Mereka yang munafiq memang susah memahami berkah dalam payah dan penatnya perjuangan. Di jalan para pejuang mujahid hanya ada kejayaan dan kemuliaan sebagai syahid; tak ada opsi ketiga! Adapun jika engkau berkhianat, hidupmu akanlah hina, sedangkan matimu adalah awal dari nestapa yang sesungguhnya.

Oh kasihan sekali, sungguh kasihan, mereka yang tak menikmati manisnya perjuangan. Sementara saudaranya berjuang, ia malah sibuk dengan dunianya, bahkan sampai mencaci. Mereka mengaku memperjuangkan Islam tapi yang terlihat malah penyakit cinta akan dunia dan fanatisme golongan.

Kawan.
Tentukanlah di mana posisimu ; penonton yang mencari hiburan, penunggu yang tak punya empati, atau pengharap kegagalan karena ada yang tak sejalan dengan persepsi mereka. Atau penuntun dan pengikut dengan pengenalan sistem navigasi yang akurat dan keyakinan yang mantap, bahwa laut tetap bergelombang dan di seberang ada pantai harapan..

Birruh Biddam Nafdika Ya Aqsa !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun