Manusia secara biologis terlahir secara mutlak sebagai pria dan wanita, begitu juga peruntukannya dalam berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari. Namun, apakah setiap individu merasakan kesesuaian konsep sosial dan budaya mengenai peran serta perilaku dengan jenis kelamin biologisnya masing-masing?
Individu mungkin merasa tidak nyaman atau tidak sejalan dengan norma-norma gender yang ada, sehingga membuka jalan bagi identitas gender yang beragam seperti non-biner, genderqueer, atau transgender. Dengan artian bahwa gender tidak terpaku oleh jenis kelamin biologis. Â
Ekspresi gender yang beragam, seperti halnya identitas gender yang beragam, bukanlah indikasi adanya gangguan mental. (Turban Jack, 2022)
Melangkah lebih jauh dalam pemahaman terhadap agama dan norma sosial, yang memberikan kita wawasan mendalam tentang cara hidup bersama di masyarakat. Mempertimbangkan pentingnya menjaga keseimbangan antara pemahaman terhadap ilmu agama dan norma sosial, kita juga diingatkan untuk tidak terjebak dalam ekstremisme. Terlalu fokus memperdalam ilmu agama tanpa memahami nilai-nilai norma sosial dapat membuat kita kehilangan perspektif terhadap kemanusiaan. Begitu pula dengan terlalu dalam dalam memahami norma sosial, kita dapat kehilangan akar spiritualitas dan keagamaan yang memperkuat keberadaan kita.
Oleh karena itu, hidup kita seharusnya erat bergandengan dengan nilai-nilai norma dan ajaran agama, sehingga kedua aspek tersebut dapat saling melengkapi dan memberikan pedoman yang seimbang dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam situasi sehari-hari seperti penggunaan toilet umum,
Toilet umum dapat ditemukan disetiap tempat publik, yang mana masyarakat umum dapat menggunakan nya mulai dari toilet pria dan wanita, untuk penyandang disabilitas, atau bahkan ruang untuk menyusui yang cukup aman dan nyaman. Namun apakah menjamin terjaganya aurat bagi yang berhijab?
Hampir dari seluruh bagian tubuh pada wanita adalah aurat, meskipun tidak semua wanita berhijab, baik itu muslim dan non-muslim, kita harus saling menghargai karena berhubungan dengan norma sosial dan agama.
Lalu bagaimana jika non-biner dan trans masuk ke dalam toilet umum khusus wanita? para wanita cenderung memperbaiki tampilan mekap atau bahkan tampilan pakaiannya, dan tak jarang juga memperbaiki tampilan kerudung. Yang mana satu helai rambut nya itu merupakan aurat
Meskipun secara gender telah berubah, namun tetap secara agama khususnya agama islam, jenis kelamin biologis yang menentukan pria atau wanita nya seseorang.
Solusinya bisa saja dengan membuat toilet baru khusus non-biner atau trans, untuk saling menghargai, tapi jika terkesan aksi ini adalah aksi dukungan terhadap LGBTQ bisa juga dengan tidak membuat toilet baru sama sekali, tetapi dengan menambahkan penjaga pada pintu toilet yang mana hal ini dapat membuka peluang pekerjaan baru, khusunya bagi para tunakarya
Tidak lupa juga untuk saling menghargai satu sama lain, dengan bersikap normal, tidak menyinggung, mengasumsikan, atau bahkan membully memgenai orientasi seksual serta cara berpakain, dan mendiskriminasi kaum non-biner dan trans
Serupa tapi tak sama, begitu lah kira-kira kata yang tepat untuk menggambarkan gula dan garam, sama hal nya dengan menghargai dan mendukung
   Reference:
Turban, Jack. (2022). What is gender dysphoria?. Organization web. https://www.psychiatry.org/patients-families/gender-dysphoria/what-is-gender-dysphoria
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H