Asian Games dan Asian Paragames telah terlaksana dengan baik. Tentu masih sangat terasa semangat dua pekan olahraga tingkat Asia itu dan bagaimana euforia tiap pertandingan membuat ikatan tiap orang semakin kuat untuk membanggakan Negara ini.
Tidak hanya itu, kedua event skala Internasional ini pun membuat salah satu kebijakan paling kontroversial tahun ini lahir. Perluasan skema ganjil -- genap.Â
Ayo kita flashback sedikit tentang kebijakan ini. Sejak uji coba ini pertama kali diberlakukan secara resmi, kebijakan ini banyak mengundang opini yang terus berkembang. Seperti kebijakan pemerintah lainnya, perluasan skema ganjil -- genap sempat mendapat suara minor dari masyarakat. Bikin ribet. Jadi tidak bisa bebas kemana-mana tiap hari.Â
Jadi repot cari jalan alternatif. Kurang lebih itulah yang dikeluhkan saat pertama kali kebijakan ini akan diberlakukan. Tapi meski ada suara-suara minor, ada opini lain yang  bergema dengan keras. Kenapa? Karena kebijakan ini adalah kebijakan ini telah membawa dampak yang luar biasa.Â
Setidaknya ada tiga hal yang kita dapat ambil hikmah dari kebijakan inisiatif Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) ini, yaitu: pengorbanan, umpan balik (feedback) atau dampak, dan efek yang saling berhubungan.
Hal pertama, pengorbanan. Pengorbanan ini dilakukan oleh kita yang menggunakan mobil pribadi sehari-hari. Kita tidak bisa bebas membawa kendaraan kita setiap hari.Â
Meskipun membayar pajak untuk setahun, tapi jika hanya digunakan di Jakarta saja, maka kita dapat menggunakan mobil itu hanya kurang lebih 182 hari dalam setahun. Pengorbanan lain adalah kita harus mulai
 membiasakan diri untuk beralih moda transportasi ke transportasi publik. Tapi ini hanya awal dari cerita luar biasa di balik kebijakan kontroversial ini. Pengorbanan hanya 1 dari 3 hal yang dapat diperoleh dalam mengkaji kebijakan perluasan skema ganjil -- genap. Kita masih memiliki hal berikutnya, yaitu umpan balik (feedback) atau dampak.Â
Disinilah pikiran kita terbuka bahwa setiap pengorbanan akan mendatangkan kebahagian. Dibalik kesulitan selalu ada kemudahan. Pengorbanan yang kita lakukan ternyata menghasilkan sederetan dampak baik.
Salah satu dampak baiknya adalah akselerasi kecepatan rata-rata kendaraan. Pak Bambang Prihartono, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), mengatakan bahwa  kecepatan rata-rata kendaraan di Jakarta meningkat dari 21 km/jam menjadi 45 km/jam. Adapun waktu tempuh menurun hingga 50%. Ini adalah bukti pengorbanan kita tidak sia-sia.Â
Kendaraan dapat melaju lebih cepat sehingga waktu jadi lebih efisien. Kondisi itupun dapat kita nikmati saat kita mendapat giliran untuk menggunakan kendaraan pribadi. Jika Kepala BPTJ sampai mengklaim seperti itu, maka secara nyata pengorbanan kita juga turut membantu mengurai kemacetan yang selama ini menjadi momok di kota yang berada di posisi 19 kategori kota termacet di dunia.