Mohon tunggu...
Vika Octavia
Vika Octavia Mohon Tunggu... -

blogger, writer, founder Kamadigital.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Naik TransJabodetabek Bekasi, Tak Hanya Nyaman tapi Juga Dapat Diskon

20 Maret 2018   13:50 Diperbarui: 21 Maret 2018   09:55 2770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Armada bus Transjabodetabek bersiap di Mega Mall Bekasi| Kompas.com/Setyo Adi

Akhir-akhir ini saya kerap naik Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus TransJakarta (APTB) dibanding naik commuter line. Kenapa? Karena haltenya dari rumah lebih dekat daripada ke stasiun dan bisa turun pas di depan markas Kamadigital. Dulu, waktu masih bekerja di Bank Mandiri juga sama, tapi saya memilih APTB (yang sekarang disebut TransJabodetabek) jurusan Grogol dan turun pas di Semanggi. Bisnya nyaman sekali, jarang ada penumpang yang berdiri kecuali pada jam-jam sangat sibuk. Kaki bisa selonjoran, tidak seperti bis-bis reguler Mayasari atau Jakarta-Bogor lainnya yang tempat duduknya sempit dan bikin kaki kejepit dan turunnya keram.

Kabar baiknya, Transjabodetabek sekarang sudah ada yang premium, loh! Sedikit lebih mahal tapi fasilitasnya lebih oke, kursinya lebih luas, ada colokan dan wifi. Bener-bener gak bikin mati gaya di jalan.

Kebetulan minggu lalu saya diundang Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan menghadiri launching promo diskon 50% Transjabodetabek Bekasi-Jakarta di Bekasi. Kenapa mesti Bekasi yang duluan diskon? Tahu sendiri-lah, Jakarta-Cikampek (yang melalui Bekasi) sejak adanya mega proyek LRT Cawang-Cikampek, macetnya nggak ketulungan. 

Bulan lalu, BPTJ meluncurkan paket kebijakan untuk mengurangi lalu lintas di tol Jakarta-Cikampek tersebut, seperti pengaturan jam operasional angkutan truk dan kontainer,memprioritaskan laju angkutan umum Bekasi-Jakarta pada jam-jam tertentu dan pembatasan mobil dengan skema ganjil genap.

BPTJKEMENHUB
BPTJKEMENHUB
Nah, atas kebijakan-kebijakan tersebut, BPTJ merasa berkewajiban menyediakan kendaraan umum yang lebih banyak dan layak untuk masyarakat Bekasi dan sekitarnya. Tapi tentu harus didukung keikhlasan kita (yang biasa naik mobil pribadi) untuk pelan-pelan membiasakan diri naik kendaraan umum. Perubahan perilaku harus dimulai dari sekarang karena ke depan sarana dan prasarana angkutan massal yang disiapkan pemerintah seperti KRL dan MRT akan segera selesai pembangunannya. 

"Siapa nanti yang akan naik KRL dan MRT kalau sampai hari ini kita tidak memulai mengubah perilaku kita untuk beralih naik angkutan umum massal ?" kata Pak Bambang Prihartono, Kepala BPTJ.

Hasilnya, ada tren positif pada peningkatan pengguna Bus Transjabodetabek Premium. Load factor-nya mulai menunjukkan kenaikan pada jam-jam sibuk. Namun untuk menjaga agar penumpangnya tetap stabil, dibuatlah promo-promo biar penumpang makin happy, salah satunya diskon 50% ini. Dari Rp 20 ribu menjadi Rp 10 ribu saja. Bukan itu saja, buat para pengendara pribadi bisa parkir di mal/pertokoan atau pool keberangkatan bisnya dengan tarif 5000 saja, all day long selama dapat menunjukkan tiket penumpang Transjabodetabek. Promo ini direncanakan hingga Juni 2018 atau bisa lebih panjang dengan melihat minat para penumpangnya

transbekasi2-5ab1c89bdcad5b61f326f952.jpeg
transbekasi2-5ab1c89bdcad5b61f326f952.jpeg
Dokumentasi BPTJ Kemnhub
Dokumentasi BPTJ Kemnhub
Saya sebagai pengguna setia kendaraan umum, tanpa diminta pun, akan dengan senang hati mengajak lebih banyak orang untuk naik kendaraan umum. Bertahun-tahun menjalani hidup Jakarta-Bogor, saya tahu betul bagaimana perubahan (baca: penambahan) kemacetan kota ini. Sepuluh tahun lalu, pemisah jalur Tol Jagorawi masih penuh tanaman dan taman kecil yang cantik. 

Namun kini nyaris hanya pada pembatas pagar baja, karena semakin tahun tol semakin diperlebar untuk menampung pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan penambahan luas jalan. Saya sadar banget yang bikin macet itu, adalah karena jumlah kendaraan pribadi yang terlalu banyak. Tidak usah bikin riset statistik yang canggih-canggih. Sesekali, saat macet lihat saja di kanan kiri kita kendaraan pribadi, rata-rata penumpangnya hanya 1 orang!

Riset membuktikan lebih dr Rp 100 triliun hilang setiap tahun akibat kemacetan di Jabodetabek. Sebuah artikel lain menyebutkan satu mobil pribadi menghasilkan 250 kg emisi CO2 per penumpang per 1000 km, sementara bus hanya menghasilkan 50 kg emisi CO2 per penumpang per 1000 km. Artinya dengan naik kendaraan umum, kita secara tidak langsung juga sudah menjaga lingkungan.

Jangan berharap hanya pemerintah beresin kemacetan, kalau kita sendiri tidak ikut berkontribusi. Memang, naik kendaraan umum tidak mungkin senyaman kendaraan pribadi (apalagi disupirin) tapi naik bus itu manfaat sosialnya banyak banget. Membantu mengurangi macet, mengurangi polusi dan membuat hidup kita pun makin berkualitas. 

Dulu kemapanan itu tersimbol dengan mengendarai mobil pribadi. Padahal zaman sudah berubah. Kini sejatinya "mapan" adalah mereka yg mau naik kendaraan umum. Keren kan naik, bus?

Kata seorang pakar; keadilan sosial dalam transportasi bermakna dimudahkannya akses bagi warga lintas kelas kepada moda yang paling banyak kapasitasnya: angkutan umum massal bukan kendaraan pribadi

Source Tulisan Sendiri di www.vikaoctavia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun