Mohon tunggu...
Bola

Monopoli dalam Industri Sepak Bola

30 Juli 2016   12:25 Diperbarui: 30 Juli 2016   12:53 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam mata pelajaran Ekonomi waktu SMA dulu, kita akan mempelajari istilah Monopoli atau lebih tepatnya Pasar Monopoli. Pasar Monopoli adalah suatu bentuk atau jenis pasar yang hanya terdapat satu kekuatan atau satu penjual atau satu perusahaan yang menguasai seluruh penawarannya. Pada pasar ini tidak ada pihak lain yang dapat menyainginya, sehingga menjadi pure monopoly atau monopoli murni. Maka dari itu istilah Monopoli akan mengikuti dengan sendirinya sesuatu yang berbau Ekonomi. Sebagai contoh, PT. Pertamina dan PT. PLN. Kedua perusahaan tersebut melakukan praktek monopoli dengan tujuan untuk kepentingan rakyat. Kedua perusahaan tersebut memperoleh 'hak' monopoli karena adanya regulasi dari pemerintah bukan monopoli murni karena tidak adanya perusahaan lain yang mampu menyainginya. Dalam buku Ekonomi kelas X saya dijelaskan bahwa penyebab monopoli ada dua. Yang pertama karena adanya regulasi dari pemerintah dan kedua monopoli secara alamiah. 

Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, bahwa istilah monopoli akan mengikuti sesuatu yang berhubungan dengan ekonomi, maka tidak mengherankan istilah tersebut akan muncul dalam dunia sepak bola karena sepak bola sekarang sudah menjadi sebuah industri. Tentu saja kata industri itu sendiri sangat nge-ekonomi. Kita lihat saja Revolusi Industri Inggris yang terjadi pada tahun 1750-1850. Dua abad setelah Revolusi Industri pendapatan perkapitan negara-negara di dunia meningkat lebih dari enam kali lipat. Seperti yang dinyatakan oleh pemenang Hadiah Nobel, Robert Emerson Lucas, bahwa: "Untuk pertama kalinya dalam sejarah, standar hidup rakyat biasa mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan. Perilaku ekonomi yang seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya". Kita bisa lihat sendiri pendapatan para pemain sepak bola saat ini sudah naik berapa kali lipat dibandingkan 20 tahun lalu. 

Kembali ke monopoli, lebih khusus lagi monopoli dalam dunia sepak bola. Saya rasa Juve, Bayer Munchen dan mungkin PSG sudah menyusul dalam melakukan praktek monopoli dalam sepak bola. Ketiga tim tersebut begitu superior di liga masing-masing. Seolah-olah mereka tidak mempunyai pesaing -sesuai dengan teori monopoli murni-. Yang terbaru adalah manuver yang dilakukan oleh Juve di Serie A. Mereka memboyong 2 bintang Serie A sekaligus dari dua tim rival yang musim lalu jadi pesaing Juve yaitu Napoli dan Roma. Juve juga satu-satunya tim Serie A yang sudah punya stadion sendiri. Praktek monopoli manalagi yang tidak dilakukan oleh Juve?. Memang target Juve musim depan adalah menjuarai Liga Champion, dan itu alasan mengapa mereka berani membayar higuain sangat mahal. Tapi ini seperti peribahasa sambil menyelam minum air, sambil mencapai target juara Liga Champion, juara Serie A juga bisa di dapat. Bayer Munchen juga biasa melakukan praktek serupa. Beberapa bintang Bundesliga dari tim rival mereka bajak. Yang terbaru adalah mereka membeli Mat Hummel dari Dortmund. Seakan-akan Munchen sedang menggembosi kekuatan pesaing terberatnya. 

Dalam teori Monopoli, produsen monopoli seringkali berusaha menghalang-halangi masuknya pendatang baru. Dengan membeli pemain vital para rival hal ini tentu saja menghalangi peluang rival untuk memperebutkan gelar juara. Akan tetapi sah-sah saja apa yang dilakukan oleh Juve, Bayer Munchen dan bahkan PSG. Sepak bola sudah menjadi industri. Sepak bola sudah menjadi komoditas ekonomi sendiri dengan perputaran uang yang luar biasa besar. Bahkan industri sepak bola itu sendiri sudah menjadi hiburan tersendiri bagi para suporter. Mereka selalu di buat was-was setiap kali bursa transfer tiba. Mereka selalu menunggu berita dari tim kesayangannya siapa pemain yang akan dibeli dan akan dijual. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun