Mohon tunggu...
Vika Mafaza
Vika Mafaza Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media Massa sebagai Pemersatu atau Pemecah?

3 Januari 2017   23:36 Diperbarui: 4 Januari 2017   00:06 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media Masa sebagai pemersatu atau pemecah-belah bangsa?

Dewasa ini teknologi mengalami perkembangan yang pesat, memudahkan hal yang susah dan menyusahkan hal yang mudah. Sumber media juga ikut berkembang beriringan dengan semakin modernnya teknologi. Terutama Internet. Jaringan dunia yang paling luas, tempat beredarnya catatan peristiwa-peristiwa dunia dari yang paling penting hingga tak bermanfaat sama sekali, dari yang paling besar hingga yang tak terlihat, dari yang paling benar hingga yang tidak dapat di percaya tingkat ke validannya. Yah itulah media kita saat ini, semua orang berhak untuk menyebarkan informasi.

Media masa menjadi patokan masyarakat dunia termasuk masyarakat Indonesia dalam menentukan kelompok di kehidupan. Baik kelompok-kelompok yang menyukai komedi, berita tentang  kehidupan selebritis, dunia politik, hukum, agama, budaya, ras, dan sebagainya, semuanya komplit. Tapi, bayangkan saja jika media masa justru bertujuan untuk menjadi pemecah keharmonisan antar kelompok. Karena disetiap permasalahan selalu ada  pro dan kontra, jelas saja, tapi apa ‘itu’ yang bangsa ini inginkan?

Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku, agama, ras, budaya yang berbeda-beda. Isu-isu negatif yang mengatas namakan SARA apakah pantas untuk diperdebatkan dalam media?

Secara logika, media jelas tak bermaksud untuk memecah-belah atau mengkotak-kotakkan masyarakat. Media hanya sebagai jembatan untuk menyampaikan informasi yang sebaiknya diketahui banyak orang, itu saja. Jadi siapa yang salah?

Ada sebuah angka 6, bila dipandang melalui sudut pandang yang berbeda akan terlihat menjadi angka 9. Dari contoh kecil ini menunjukkan bahwa tidak ada suatu hal yang benar-benar tepat ataupun salah, semua tergantung dari bagaimana cara kita memandang suatu hal. Sudut pandang setiap orang pastilah berbeda karena watak kita akan membentuk kacamata yang sesuai dengan kepribadian kita. Nah, perbedaan sudut pandang itulah yang menimbulkan sebuah kesalahpahaman yang mengakibatkan terpecahlah masyarakat menjadi beberapa kubu, dibalik itu semua ada beberapa orang yang menjadi provokator untuk menyudutkan dan membantah segala pernyataan (yang mereka anggap) lawan, hebatnya lagi banyak sekali masyarakat kita yang percaya dan ikut melakukan gerakan-gerakan atau aksi yang mereka sendiri tidak ketahui apa tujuan, maksud, makna, dan permasalahannya secara lengkap dan sistematis,.

Media masa bukanlah alat untuk pemecah-belah bangsa, media hanya jembatan informasi (yang memang terkadang ada oknum tak bertanggung jawab menyebarkan berita hoax) agar kita bercermin dan sadar diri bahwa negara ini butuh orang-orang yang baik, butuh orang-orang yang bersemangat menegakkan keadilan, dan rela berjuang demi memajukan kesejahteraan bangsa seperti yang tercatat dalam Undang-Undang Dasar 1995.

Sebagai warga yang ‘cerdas’, AYO! Jangan mudah terprovokasi dengan golongan-golongan atau kubu-kubu, yang sejatinya hanya menjalankan bisnis untuk kepentingan tertentu. Mari kita memerdekakan kembali Indonesia dengan pemahan media yang baik. Jadikan media sebagai kewaspadaan kita untuk melihat siapa musuh negara ini sebenarnya. Merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun