Mohon tunggu...
Vika Aulia
Vika Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa semster 7 di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penggemar Korean Wave Dalam Fanatisme dan Standarisasi Kecantikan Budaya Populer

26 Desember 2022   22:54 Diperbarui: 26 Desember 2022   23:02 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih menyebabkan mudahnya budaya dari luar masuk ke Indonesia, salah satunya maraknya fenomena Korean Wave di Indonesia. Korean wave adalah istilah yang merujuk pada demam Korea atau tersebar luasnya budaya pop Korea keseluruhan belahan dunia sejak tahun 1990-an. Dalam bahasa Korea fenomena ini dinamakan Hallyu, dimana kebudayaan pop Korea seperti musik, darama tersebar secara global. 

Korean wave ini disebarkan atau berasal dari negara Korea Selatan, hingga saat ini setelah melihat pengaruh yang disebabkan oleh adanya Korean wave, dapat dikatakan bahwa negara Korea Selatan telah meraih kesuksesan besar dalam menyebarkan kebudayaan yang mereka miliki sehingga membuat masyarakat dari seluruh belahan dunia menyukai dan meniru kebudayaan Korea Selatan. 

Berkenaan dengan hal tersebut, maraknya budaya Korean wave tidak dapat dipisahkan dengan banyaknya masyarakat dari penjuru dunia yang ikut menggemari budaya Korean wave. Berdasarkan data hasil survei yang telah  dilaksanakan pada tahun 2011 yang dilakukan oleh salah satu stasiun tv di Korea Selatan (KBS) menyebutkan bahwa berdasarkan data yang diperoleh terdapat sekitar 84 klub penggemar kpop di kawasan Asia dengan jumlah anggota 2,31 juta, 25 klub penggemar dengan anggota mencapai 500.000 orang di Amerika, 70 klub penggemar dengan anggota mencapai 460.000 orang di kawasan Eropa.

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya budaya Korea wave banyak digandrungi oleh semua masyarakat dari penjuru dunia, terutama golongan menjadi pihak yang paling banyak menjadi penggemar dari Korean Wave. Remaja merupakan sebuah istilah kata yang berasal dari bahasa Latin yakni "adolensence" yang didefinisikan sebagai pertumbuhan ataupun perubahan ke arah yang lebih dewasa. Kata "adolensence" bahkan mempunyai pengertian luas yang cakupannya berupa kematangan emosional, mental, sekaligus perubahan-perubahan pada fisik seseorang.

Remaja merupakan fase yang dipenuhi oleh banyak kesukaran. Kesukaran yang dimaksud tidak hanya diperuntukkan untuk kaum remaja itu sendiri melainkan juga untuk pihak lain terutama orang tua dikarenakan faktor-faktor tertentu. Meskipun begitu, masa remaja juga adalah sebuah masa ketika seorang individu mulai melakukan integrasi pada lingkungan masyarakat dewasa. Biasanya para remaja juga sering mencoba-coba hal yang baru karna memang sedang mencari hati dirinya. 

Ketidakstabilan yang dimiliki oleh remaja dapat menjadikannya kurang mampu dalam mengatur serta menguasai fungsi psikis maupun fisik yang dimilikinya. Kondisi sedemikian rupa yang dimiliki oleh remaja menjadikan riskan untuk meniru atau melakukan hal-hal yang tidak baik melalui internet dimana hal tersebut menjadi salah satu hasil dari adanya pengembangan pada bidang teknologi informasi.

Menyebarnya budaya pop Korea Selatan secara global menyebabkan dampak-dampak tertentu, baik positif maupun negatif. Dari sudut pandang negatif, maraknya fenomena Korean wave ini menyebabkan meningkatnya sikap fanatisme dari penggemar budaya pop Korea. 

Fanatisme merupakan sikap yang dipandang sebagai akar dari menguatnya bentuk dari perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang atau pada kelompok tertentu.  Sikap fanatisme memiliki beberapa indikator, diantarnya adalah adanya rasa antusias dengan tingkat yang sangat ekstrim, memiliki ikatan antara segi emosi dan rasa cinta yang ekstrim, mengganggap bahwa semua perilaku idolanya adalah benar, membela dan mempertahankan idola mereka yang dianggap benar, dan berlangsung dalam jangka waktu lama. Remaja saat ini dikategorikan ke dalam Gen Z, yang mana Gen Z sendiri adalah julukan untuk para generasi yang berkelahiran pada tahun 1996-2009. Para Gen Z yang menyukai budaya Korea ini beberapa masuk pada kategori fanatik karna meniru hal-hal yang dilakukan oleh idolanya.

Dalam jurnal penelitian yang berjudul "Pengaruh Penyebaran Isu Standar Kecantikan Korea Selatan Melalui Media Sosial terhadap Perilaku Imitasi Penggemar K-Pop Pengaruh Penyebaran Isu Standar Kecantikan Korea Selatan Melalui Media Sosial terhadap Perilaku Imitasi Penggemar K-Pop" memperlihatkan bahwa di luar sikap fanatisme, terdapat dampak lain dari menyebar luasnya budaya Korean wave, yaitu turut ikut serta dalam standarisasi kecantikan masyarakat Korea. 

Berdasarkan standarisasi kecantikan yang dibuat oleh masyarakat Korea Selatan, perempuan Korea Selatan dapat dikatakan memiliki wajah yang cantik apabila individu tersebut mempunyai tubuh dengan kulit putih tetapi pucat, wajah tirus, tubuh tidak sangat berisi atau langsing, memiliki struktur wajah kecil, memiliki lipatan pada kelopak mata, hidung lurus dan lancip, dan gigi rapi. 

Keberadaan standar kecantikan ini menyebabkan banyak pihak yang merasa tidak memenuhi standar kecantikan yang telah dibuat merasakan perasaan rendah diri bahkan depresi sehingga memicu perilaku ekstrim. Remaja gen Z umumnya sangat sensitif mengenai penampilan sehingga gen Z berisiko tinggi melakukan tindakan ekstrim seperti operasi plastik dan lain sebagainya.

Adanya karakteristik tertentu yang dimiliki oleh Gen Z khususnya penggemar Korean Wave menyebabkan berbagai dampak. Ditinjau dari sudut pandang negatif, keberadaan Korean wave ini dapat menyebabkan meningkatnya sikap fanatisme dan beralihnya standar kecantikan wanita dari seluruh dunia ke arah Korea guna meniru idolanya.

Teori yang digunakan dalam artikel ini adalah teori efek media. Efek media massa adalah kesan yang ditinggalakan oleh public karena adanya akibat dari metode tertentu dalam menyebarkan informasi melalui berbagai bentuk komunikasi massa. Dampak yang ditimbulkan dari media massa dapat dilihat dari tiga sudut yang berbeda. Kategori pertama mencakup efek yang terkait langsung dengan pesan atau media itu sendiri. Dan kedua, pergeseran internal, baik dalam hal gaya komunikasi dalam diri sendiri maupun pandangan dunia. Hal ini dapat dianggap sebagai perubahan pada segi kognitif, afektif, dan behavioral. Ketiga, pemantauan masyarakat yang dipengaruhi oleh liputan media yang meluas.

Saat ini, Korean Wave dapat dengan mudah dilihat, didengar, bahkan digemari oleh masyarakat Indonesia. Platform media sosial seperti youtube, twitter, dan instagram telah menempati peran yang penting dalam memungkinkan penggemar Korean Wave dengan mudah dan cepat dalam mengikuti perkembangan tren terbaru dalam fenomena yang sedang terjadi. Penelitian ini menggunakan 2 pendekatan untuk mengetahui efek media massa perihal Korean Wave terhadap pola pikir dan perilaku para penggemarnya. Pertama, efek pesan itu sendiri dalam konteks ini adalah Korean Wave. Kedua, tiga aspek yang dapat dilihat dan terjadi pada penggemarnya. Tiga aspek tersebut adalah kognitif, afektif, dan behavioral.

Pengaruh media massa terhadap opini dan perilaku publik seputar Korean Wave sangat besar, khususnya terhadap para penggemarnya. Perilaku ini bisa positif atau negatif, tergantung dari cara menyikapinya. Dalam penelitian dampak media terhadap penggemar Korean Wave adalah untuk mempelajari bagaimana peran media dalam menyebarkan fenomena tersebut telah mempengaruhi cara berfikir, membawa perasaan, dan bertindak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun