Saya sendiri seperti masuk lorong waktu keadaan kedatuan Medang (Mataram Kuno) saat Sambara Budhara dan bangunan religius lainnya didirikan. Warga kedatuan Medang memang banyak terdiri dari pemeluk keyakinan Hindhu Siwa dan Buddha(tradisi Mahayana). Bukti toleransi para leluhur nusantara sudah nampak nyata sebagai pertanda bagi anak cucu, masa kita tidak meneladaninya?
Kesimpulan
Saya teringat pada kunjungan ketiga ke area Borobudur, sekitar beberapa tahun lalu mengikuti life in sehari di Desa Bahasa Borobudur (Ngargogondo). Di desa yang mengkhususkan warganya untuk berinteraksi sehari-hari dengan peserta life in menggunakan bahasa inggris. Dengan virtual tour ini saya jadi bisa tahu bagaimana suasana perekonomian desa yang lain termasuk dari segi budaya dan ketrampilan warisan leluhur. Ya sebagai bekal awal sebelum saya menyambangi langsung desa-desa tersebut bila sudah waktunya atau akan lebih cepat lagi ada vitual tour per-desa kecamatan Borobudur ya. Mantap!
Dengan semua keunggulan setiap desa dan warganya tersebut maka tidak di ragukan, bahwa candi dan kawasan Borobudur tidak hanya menjadi salah satu heritage spiritual bagi umat dharma terutama Buddha. Tapi juga bisa jadi pusat ekonomi di masa kini, tentu dengan penambahan fasilitas, SDM serta sistem marketing terpadu lebih solid dalam berjejaring semua pihak.
Saya yakin jika ada tujuan lain dari para leluhur menorehkan tiap pahatan relief bukan hanya sebagai kitab kering dari proses perjalanan spiritual Buddha. Salah satu tujuan lain tersebut juga untuk menyejahterakan penduduk kedatuan Medang termasuk Poh Pitu (Prasasti Mantyasih) yang sekarang disebut Magelang.
Hal lain yang dibanggakan adalah presentasi maupun wawancara langsung pelaku wisata dari beberapa desa berhasil memikat animo para peserta dan memberi ide untuk melakukan virtual tour senada di daerah masing-masing. Saya jadi penasaran agenda virtual tour selanjutnya yang diprakarsai UNESCO, Citi Foundation, Kemendikbud, dan @KitaMudaKreatif. Mungkinkah akan menjangkau semua lokasi wisata Indonesia atau hanya yang termasuk Tapak Warisan Dunia (World Heritage Sites)? Anda mempunyai usulan daerah tujuan wisata berikutnya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H