Semburat senyum, Â dan disusul deretan gigi berselimut sirih merah membuatku berderai tawa lepas. Lembab di pangkal lensa, untung lah tidak ada yang menatap. Saya teringat almarhum nenek yang juga melilitkan kain kemben selalu. Saya duduk bersimpuh di balai desa Dusun Kemuning Gunungkidul
Lima menit yang lalu setelah mendarat di halaman balai dusun, mata melihat para nenek maupun kakek cenderung malu-malu untuk menampakan isi hati. Wajar karena saya sendiri pun biasanya terdiam bila akan menjalani proses pemeriksaan kesehatan. Semburat senyum datang belakangan.
Membangun keluarga yang sejahtera dengan PKK
Hayatilah dan amalkanlah Pancasila untuk Negara
Hidup gotong royong, makmur pangan dan sandang rumah sehat sentosa
Tata laksana di dalam rumah tangga rapi dan indah
Didiklah putra berpribadi bangsa trampil dan sehat
Kembangkan koperasi jagalah lingkungan dan sekitarnya
Aman dan bahagia kluarga berencana
Hidup jaya PKK
 Â
Tepuk tangan menyeruak setelah mars  PKK dinyanyikan bersama disusul sapa  dari wakil dari kelompok kami dengan penggunaan bahasa jawa, ternyata senyum semburat muncul, dan mengalir keramahan dari mereka. Tak kenal maka tak sayang memang benar adanya, dan penggunaan bahasa lisan yang sama akan mempercepat jalinan. Tikar yang sudah menjadi pelapis lantai kemudian dibentangkan lebih banyak. Saya kemudian duduk bersimpuh mengulum senyum. Perut yang bergemuruh seperti terik di luar balai sudah  terlupa. Jarum pendek memang bermukim di angka 12.
"Monggo mbah, injih jenengan!" Sontak saya sigap membuka tutup lensa kamera sebelum tapak kaki tanpa kaos nenek dengan hijab hitam tersebut  mendarat di alat timbang manual. Jemari tangannya dipegang saat dengan hati-hati berdiri di atas kotak biru. "Empat puluh lima mbah, mindak sekilo ngih dari bulan lalu."
Terbiasa melihat perawatan lansia hanya di pusat kesehatan pemerintah maupun swasta, maka aktifitas posyandu pertama kali yang saya lihat langsung,; dan mendapatinya di daerah yang tak terpikirkan oleh saya mempunyai fasilitas kesehatan yang mencakup semua umur. Don't judge book by its cover memang.
"Iki dipasang ning lengen?"  Suara bergetar yang tertambat di ujung daun telinga saya membuat lensa yang sempat berpindah sasaran, kembali mengarah ke nenak berhijab hitam tadi. "Injih mbah, di tensi rumiyin!" Jawaban yang serupa lembutnya terucap. Ada empat pengurus yang melayani sekitar duapuluh lansia yang duduk menunggu panggilan nama.
Hanya dibutuhkan beberapa menit sebelum lengan berlapis kebaya bunga-bunga dilingkari manset Tensimeter. Â "130 per 80 mbah, sae punika. Pun rampung gih mba, rencange sak meniko." Â Ada senyum semburat saat angka tersebut diperdengarkan. Saya juga sering merasakannya saat mengetahui semua baik adanya. Kalian juga pernah merasakannya bukan?
"Iya mba, setiap tanggal 10 semua berkumpul di sini. Â Jamnya tak selalu siang mba, tergantung kesepakatan soalnya kadang dusun ada acara bersama mendadak. Pokoknya setiap bulan ada sekali pemeriksaan kesehatan."
"Semua dicatat ya mba? Kalau ada yang butuh saran dokter bagaimana?"
"Biasanya kami sarankan langsung ke puskesmas untuk penanganan kesehatan mba. Yah maklum pesertanya sudah lansia semua, jadi keluhan kesehatan sering ada. Kisarannya kalau tidak tekanan darah tinggi ya asam urat. Kadang ada peserta yang tidak datang karena sedang pusing ataupun sibuk di kebun."
"Oh, selain pemantauan kesehatan, ada apa lagi mba?"
"Biasanya ada penyuluhan mba tentang kesehatan. Yang terpenting warga lansia pada kumpul, bisa ketawa bareng kaya gini mba. Nyanyi-nyanyi. "
Kalau dilihat dari lokasi dusun Kemuning yang berada di ketinggian 200 meter dari permukaan laut, maka dipastikan warganya memiliki fisik serta mental yang kuat. Terletak di kabupaten Gunungkidul Yogyakarta yang dianugerahi kondisi  tanah serta cuaca yang membutuhkan banyak tenaga, dan usaha untuk terus bertahan. Jika anda ingin melihat lingkungan Gunungkidul, sila menjelajah di dunia maya.
Selepas dari jalan besar beraspal, kita akan disuguhi pemandangan pohon pinus yang bermuara di Telaga Kemuning. Pada hari tertentu ada lomba mancing ataupun kegiatan kesenian desa. Dengan kedalaman 3 meter, maka silakan membayangkan berapa banyak penghuninya yang siap dipanen. Saat datang, saya disuguhi tarian kontemporer dari para ibu muda yang ternyata juga menjadi pengurus posyandu lansia. Saya mengenali salah satu dari beliau  kemudian.
Di atas jajaran batu besar yang ditanam menjadi jalan penghubung antar rumah, maka kami menyusuri dari satu balai ke balai lain di dusun Kemuning. Ada  beberapa kegiatan yang memang patut diliput, seperti Bank Sampah, beasiswa, PAUD, wirausaha kripik singkong dan pisang. Jika diminta memilih dari sekian keunggulan dusun Kemuning untuk diceritakan ulang maka namun posyandu lansia yang paling menarik hati saya. Saya memang suka terbawa perasaan jika melihat sesuatu yang berhubungan dengan aktifitas kemanusiaan.
Jadi kapan ke Kampung Berseri Astra yang lain, dan melihat puluhan semburat senyum?
NB:
Monggo mbah, injih jenengan = Mari  nek, benar anda.
Mindak sekilo ngih= Naik satu kilo ya.
Tensimeter= Alat pengukur tekanan darah
Iki dipasang ning lengen? = Ini dipasang di lengan?
Injih mbah, di tensi rumiyin!= Iya nek, di ukur tensinya dulu
mbah, sae punika. Pun rampung gih mba, rencange sak meniko=Â Nek, ini baik. Sudah selasai ya nek, temannya sekarang.
#LFAAPAJOGJAÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H