Mohon tunggu...
Vika Kurniawati
Vika Kurniawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

| Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Batik Kibasan Sabut Kelapa dari Bantul Mulai Merambah Jepang

1 Maret 2018   20:29 Diperbarui: 2 Maret 2018   01:24 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerahan pesanan souvenir pada dosen UNY. Doc:Arni Alisha.

Ujung scarf batik tulis sutra Saya lilitkan di area seputar leher, udara petang memang sedikit membekukan tenggorokan. Saat itu Saya sedang menapaki jalan di sepanjang Kampung Ketandan, dan rintik dari langit memang menyapa. Sekilas beberapa pegunjung memperhatikan scarf batik sutra yang Saya kenakan, terlihat mencolok karena batik berwarna hijau tua di antara lautan nuansa merah Imlek PBTY.

Selain karena penggunaan bahan pewarna alam, berbahan sutra, berwarna hijau tua yang elegan, tentu juga karena buatan tangan dari Arni Alisha, teman sekomunitas Kompasianer Jogja, sehingga scarf cantik tersebut tetap Saya kenakan hingga menjelang acara selesai.

Kawung kombinasi Kibasan Sabut Kelapa adalah nama sekaligus motif dari scarf batik sutra yang Saya kenakan. Makna yang terkandung di scarf yang Saya kenakan adalah ajakan pemimpin untuk melestarikan budaya ramah lingkungan.

Arni diapit peserta dari Jepang. Doc: Arni Alisha
Arni diapit peserta dari Jepang. Doc: Arni Alisha
Arni Alisha bukan hanya berkutat di dunia batik daerah namun juga telah merambah Jepang pada Future Leader Camp Batik FestivalFebruari 2018 yang lalu. Saya yang mengenalnya sejak gadis manis dari Bantul ini masih menyelesaikan skripsi dengan tema batik, dan berjudul, "Batik Kibasan Sabut Kelapa untuk Tunik." Bahkan saat sidang mempertahankan skripsi di depan dosen, Saya datang walaupun terlambat, he-he.

Batik Kibasan Sabut Kelapa memang inovasi asli dari sarjana Universitas Negeri Yogyakarta ini. Bukan hanya berhenti menjadi bahan skripsi namun ternyata berlanjut menjadi modal Arni dalam berbisnis baik offlinemaupun online. Sejauh yang Saya tahu sudah banyak transaksi antara butik batik Arni dengan penggemar batik. Anda bisa melihat koleksi batiknya di blog pribadi: arnialisha.com atau bisa meluncur ke akun sosial media dengan nama @artniq_batik.

Suasana ruang sidang skripsi. Doc: Arni Alisha
Suasana ruang sidang skripsi. Doc: Arni Alisha
Sesuai dengan penggunaan pewarna alaminya, demikian juga Batik Kibasan Sabut Kelapa mempunyai makna yang begitu membumi. Mencerminkan ajakan untuk mempergunakan sumber daya alam dalam semua bidang dengan porsi yang benar. Bukan hanya dalam penggunaan warna alami, namun juga pemakaian sabut kelapa sebagai kuas khusus yang digunakan Arni.  Memang kuas tersebut merupakan inovasi Arni untuk menciptakan motif baru tanpa meninggalkan kaidah membatik.

Penyerahan pesanan souvenir pada dosen UNY. Doc:Arni Alisha.
Penyerahan pesanan souvenir pada dosen UNY. Doc:Arni Alisha.
Berikut tahapan-tahapan yang dilakukan Arni untuk membuat kain batik Kipasan Sabut Kelapa:
  • Menyiapkan kuas khusus dari sabut kelapa yaitu kuas Mekar, dan kuas Gandeng.
  • Memindahkan desain pola utama dari sketsa ke kain.
  • Menggunakan teknik mengibaskan kuas sabut kelapa pada kain sehingga muncul karakter atau ciri khusus yang alami pada hasil ahkirnya.
  • Mencanting kain dengan alat canting Cecek, dan canting Klowong berisi cairan malam. Fungsi dari langkah ini adalah merapikan serta memberikan ciri khas batik tulis.
  • Melakukan proses pewarnaan dengan Zat Pewarna Alami(ZPA) dari percampuran kayu Tingi, buah Jalawe serta kulit Bawang Merah.
  • Pelorodan atau proses untuk menghilangkan cairan malam pada kain menggunakan air panas, soda abu, waterglass serta kanji.
  • Di samping batik yang menggunakan tehnik Kibas Sabut Kelapa, tentu ada  kain batik yang menggunakan tehnik lain yang diproduksi Arni. Baik itu berbahan sutra maupun kain Katun maupun Mori digunakan sebagai bahan dasar. Bukan hanya scarf namun juga kain berukuran 2 meter maupun yang sudah berbentuk tas kantong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun