Mohon tunggu...
Vika Kurniawati
Vika Kurniawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

| Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Nyamuk Aedes Aegypti Ternyata Bisa Membantu Manusia Bebas dari Virus Dengue

16 November 2017   08:19 Diperbarui: 16 November 2017   13:46 2651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Daun telinga kiri saya berjarak sedikit dekat dengan boks kubus plastik, saya tak berani menempel. Memang dijamin aman, namun tangan saya gemas ingin memukul para nyamuk. Maaf kebiasaan. Maklum saya memang bercanda dengan nyamuk hanya saat angin jendela masuk menunggu mata lelap. Yang menyusuri saluran telinga luar saya adalah dengungan lembut, dan sedikit tak dikenali oleh ingatan.  

"Dengungan nyamuk Aedes aegypt  memang berbeda dengan nyamuk biasa, Mba." Saya mengangguk saat salah satu laboran dari Eliminate Dengue Project Yogyakarta (EDP- Yogya) menjawab pertanyaan, dan ekspresi keheranan saya. Sebuah pernyataan kemudian dilanjutkan, "Kepakan sayap mereka menghasilkan suara yang khas, dan tak berisik. Begitu juga bentuk fisik secara detail, apalagi sirklus hidup."

Nyamuk Aedes aegypti Doc:Pribadi
Nyamuk Aedes aegypti Doc:Pribadi
Berada di tengah ruangan di mana para nyamuk diteliti, membuat saya kagum dengan para peneliti muda yang berdedikasi tinggi. Bayangkan saja bahwa tempat bernuansa serba putih ini bisa memproduksi satu juta ekor nyamuk  perminggu. Saya memang berada di gedung Insektarium EDP Yogya, dan mendapat kesempatan mengunduh ilmu langsung dari Warsito Tantowijoyo, Ph.D selaku ahli entomologi. Bagi yang tidak mengerti pengertian entomologi, silakan bertanya kepada teman atau jika menyerah segeralah menjelajah dunia maya. Jika anda bisa mendapati artikel saya ini, berarti dunia maya sudah bukan dunia yang baru.

Warsito Tantowijoyo, Ph.D Doc:Riana Genpi
Warsito Tantowijoyo, Ph.D Doc:Riana Genpi
Baik, kembali ke pak Warsito yang   bertanggung jawab dalam proyek penanggulangan virus dengue dengan bakteri wolbachia. Apa itu wolbachia? Nanti saya bantu menerangkan, namun jika anda berada di Jogja, maka lebih baik langsung ke jalan Podocarpus 1 N-14 Sekip ya, mudah dijangkau alat transportasi termasuk yang memakai aplikasi online. Masa kalah dengan Bill Gates yang sudah menjadi volunter EDP. Jangan bilang anda tidak tahu siapa Bill Gates?

Pemberian makanan dan hasil gigitan. Doc:Pribadi
Pemberian makanan dan hasil gigitan. Doc:Pribadi
Awalnya saya berpikir workshop akan berjalan kaku layaknya kuliah searah, atau pertemuan dengan peneliti yang notabene serius, namun ternyata saya menjadi kecanduan. Bagaimana tidak, kalau pembicara yaitu pak Warsito ternyata memberikan materi dengan santai hingga terkesan berdialog dengan teman. Teori-teori berbahasa latin disampaikan sederhana dan mudah dimengerti. Kalau kalian tidak percaya, bisa segera hubungi EDP dan tentukan acara diskusi dengan komunitas anda.

Sesi pengenalan telur nyamuk Aedes aegypti. Doc:Pribadi
Sesi pengenalan telur nyamuk Aedes aegypti. Doc:Pribadi
Baiklah, kembali ke fokus semula yaitu Wolbachia. Saya juga baru mengetahui bahwa Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat pada 60% serangga  seperti lalat buah, capung, kupu-kupu, dan lain-lain. Tentu saja saya mengangguk-angguk saat menyaksikan penjelasan melalui presentasi di EDP.  Bakteri Wolbachia tersebut terbukti dapat menghambat perkembangbiakan virus Dengue di dalam nyamuk Aedes aegypti, sehingga nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia tidak lagi menularkan virus Dengue.

Telur nyamuk Aedes aegypti. Doc:Pribadi
Telur nyamuk Aedes aegypti. Doc:Pribadi
Penelitian yang telah dimulai sejak tahun 2011, dan dilakukan oleh Pusat Kedokteran Tropis, Fakultas Kedokteran UGM tersebut akrab dengan aspek pelibatan masyarakat sekitar. Dua tahun pertama digunakan untuk sosialisasi tentang nyamuk ber- Wolbachia ke wilayah penelitian di sekitar Yogyakarta. Langkah kedua adalah melibatkan secara langsung komunitas-komunitas di Yogyakarta dalam kegiatan Wolly Mubeng Jogja (WMJ). Salah satunya dengan mengundang Jejaring Netizen Jogja yang dikoordinasi oleh Generasi Pesona Indonesia Jogja (GenPi Jogja) yang terdiri dari komunitas blogger Kompasiana, Malam Museum, fotografer, video maker, dan admin sosial media. WMJ sendiri diharapkan menjadi salah satu awal dari kerjasama berikutnya dengan netizen Jogja.

Setiap ruang selalu diberi kelambu. Doc:Pribadi
Setiap ruang selalu diberi kelambu. Doc:Pribadi
Penjelasan yang cukup panjang memang namun merupakan informasi yang penting untuk saya dan masyarakat. Setelah sesi presentasi, maka dimulailah tur keliling fasilitas EDP, saya mulai mereka-reka apakah Bill Gates juga bersemangat seperti kami. Saya yang terbiasa berkutat dengan kata sekarang terkesima dengan kinerja para laboran, yang ternyata juga aktif turun ke lapangan untuk mengambil sample nyamuk, dan melepaskan nyamuk yang sudah disuntik bakteri Wolbachia. Di ruang terakhir, saya berkesempatan melihat melalui mikroskop bagaimana detail fisik dari nyamuk Aedes aegypti.

Formulir sukarelawan. Doc:Pribadi
Formulir sukarelawan. Doc:Pribadi
Di EDP, bakteriWolbachia diambil dari lalat buah yang kecil-kecil. Eksperimen pertama kali dimana nyamuk Aedes aegypti disuntikan bakteri Wolbachia terjadi di Monash University. Beruntunglah Indonesia yang sebagai negara tropis dengan notabene mudah mendapati nyamuk, akhirnya mendapatkan teknologi dan metode tersebut. Di EDP juga saya baru mengetahui bahwa nyamuk yang sering menjadi sasaran raket listrik adalah nyamuk jenis Cullex. Apakah anda sudah tahu?

Detail nyamuk Aedes aegypti. Doc:Pribadi
Detail nyamuk Aedes aegypti. Doc:Pribadi
 Saya tergerak ingin seperti Bill Gates yang menyumbangkan darah sebagai makanan untuk para nyamuk Aedes aegypti yang sudah diberi Wolbachia. Tentunya saya harus melewati tes darah terlebih dahulu untuk memastikan semua berjalan lancar. Anda ingin menjadi volunteer? Bisa sekali, bahkan anda bisa juga mengajak handai tulan, tetangga ataupun mantan, namun tetep saja harus menghubungi EDP terlebih dahulu.

Memeriksa sample nyamuk Aedes aegypti. Doc:Sapti Genpi
Memeriksa sample nyamuk Aedes aegypti. Doc:Sapti Genpi
Oya, bagi para kids zaman now, tetap bisa kok swafoto dengan para nyamuk Aedes aegypti yang sudah mempunyai bakteri Wolbachia. Aman dan antimainstream pastinya, apalagi kalau memasang foto tersebut di media sosial atau memasang videonya di channelkalian. Traveling ilmu tak perlu jauh-jauh pokoknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun