Mohon tunggu...
Vika Kurniawati
Vika Kurniawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

| Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Singaporean Chili Crab Juara Asean Food Festival

27 Maret 2017   13:19 Diperbarui: 27 Maret 2017   13:41 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Swiss Cafe. Doc Pribadi

Sebagai penikmat kuliner, saya lebih suka mencicipi tiap menu masakan dengan porsi satu atau dua sendok makan saja, karena memang akan mempermudah mengetahui cita rasa asli yang ada di tiap sajian. Saya juga melakukannya saat mendapat kesempatan emas, untuk mencicipi masakan khas dari lima negara ASEAN. Rabu Malam tepatnya 8 Maret 2017, saya dan empat Kompasianer bertandang ke Swiss Café yang terletak di lantai pertama Swiss Belhotel Yogyakarta, untuk memenuhi undangan Dinner ASEAN Food Festival.

Saya berusaha menahan diri saat di sudut restoran tersaji menu kesukaan yaitu mie. Apa daya, aroma dari mie yang sudah pasti homemade dari koki Swiss Café sendiri, sangat menggoda saya untuk menjamahnya. Apalagi saat koki mempersilahkan untuk menikmati hasil racikan yang pertama, sebuah kehormatan menurut saya. Alhasil malam itu saya nikmati dengan langsung mencicipi Mie Wonton sebagai pembuka makan malam, bukan cemilan yang ringan memang. Harap  maklum karena saya termasuk  penggemar mie kelas berat. Hotel yang terletak di kawasan jalan Jenderal Sudirman Yogyakarta ini memang memanjakan saya.

Mie dalam mangkuk putih berpenampilan sederhana yaitu dihiasi dengan beberapa  sawi hijau, serta satu pangsit, bisa menjadi istimewa. Bukan saja karena isi pangsit basahnya yang terasa gurih daging udang saja.  Proses pengolahan yang ditampilkan secara langsung atau sering disebut Live Cooking Swiss Café menjadi nilai tambah.  Setelah misi tambahan sudah selesai, dan tarian pembukaan dari salah satu negara ASEAN juga sudah mendapat riuh tepukan tangan, maka perhatian saya beralih ke meja Buffet tengah. Saya tak sabar memulai petualangan kuliner ASEAN dalam satu waktu.

Mie Wonton. Doc Pribadi.
Mie Wonton. Doc Pribadi.
Malam itu masing-masing meja buffet menyediakan beberapa menu yang sekilas begitu akrab dipandang. Swiss Café memang selalu menyediakan empat meja buffet. Sago Gula Malaka, Custard Pumpkin, dan Kuih Lapis Malaysia, Manisan Buah menempati meja Buffet tersendiri, bersanding dengan Es Kacang Merah. Saya sendiri langsung jatuh cinta dengan Es Kacang Merah yang manis juga dilengkapi rumput laut melimpah.

Negara tropis terutama negara yang tergabung dalam ASEAN mempunyai banyak benang merah antara satu dengan yang lain. Salah satu yang nampak nyata di bidang kuliner, yaitu penggunaan bumbu dapur, bahan dasar, penyajian maupun cita rasa. Yang membuat berbeda hanyalah nama,  waktu khusus penyajian sesuai budaya masing-masing negara.Dari meja buffet berbahan marmer hitam tersebut, saya mengambil Hainan Chicken, Beef Masaman, Thai Duck Green Curry, Singaporean Chili Crab,  Thai Beef Salad, Singapore Noodle, dan Gulai Ayam. Benar semua lauk, dan untuk menu terahkir merupakan sajian dari meja buffet Malaysia.

Manisan Buah. Doc Pribadi
Manisan Buah. Doc Pribadi
Di samping memang  penyajiannya yang menarik, pemilihan nama dan susunan peletakan urutan semua menu memang pas. Salah satu dari sekian sajian yang membuat saya penasaran adalah Singaporan Chili Crab. Aroma khas kunyit, jahe, berhasil memikat saya untuk membuka, dan menggerakan pencapit lauk ke arah nya.  Warna cerah khas kepiting yang matang, serta penampilan bumbu yang menyelimuti, sebenarnya sudah menceritakan banyak tentang rasa dan bahan yang dipergunakan, terutama bagi penikmat kuliner.

Saya bukan pencinta kepiting walaupun menyukai hasil olahan laut, namun rasa penasaran akan cita rasa menu seafoodyang terkenal di seluruh ASEAN, berhasil mempengaruhi saya. Untunglah, tidak terlihat irisan cabe merah ataupun yang membuat saya mengurungkan niat mengambil Singaporean Chili Crab. Sekedar informasi, perut saya terhitung sensitif terhadap bumbu dan pedas. Oleh karena itu langkah mengambil Singaporean Chili Crab itu termasuk keberanian.

Buffet Manisan Buah. Doc Pribadi.
Buffet Manisan Buah. Doc Pribadi.
 Setelah saya rasa cukup, maka meja makan dengan nuansa warna kesukaan menjadi tujuan ahkir.  Di sudut kiri dari meja buffet khusus masakan Malaysia, memang terdapat nasi lemak lengkap dengan irisan telur dadar, namun berhubung sudah pernah mencicipi, maka urung saya mengambil nya. Begitu pula dengan Tom Yang Soup dan  Vegetarian Pad Thai yang sudah pernah dinikmati. Maka jadilah tujuh menu masakan khas dari empat Negara ASEAN tersaji rapi di satu piring makan. Segelas air mineral dan Es Kacang Merah menjadi teman di meja selama acara makan malam berlangsung. 

Indera pencecap saya hanya membutuhkan satu detik untuk memberi tahu bahwa Singaporean Chili Crab “nendang bingit.” Semua perkiraan akan penampilan dan rasa di awal tadi memang terbukti. Saya juga tidak perlu repot membuka cangkang dengan alat khusus ataupun mengeluarkan tenaga ektra. Daging kepiting empuk, dan dalam keadaan matang, sebuah kenikmatan tersendiri bagi saya yang termasuk pemilih. Bumbu yang menyelimuti cangkang ternyata juga terdapat di bagian dalam, bahkan berlipat.

Suasana Swiss Cafe. Doc Pribadi
Suasana Swiss Cafe. Doc Pribadi
Ternyata memang Singaporan Chili Crab menjadi menu favorit para tamu undangan saat Dinner ASEAN Food Festival. Teman sesama penulis yang duduk di samping saya termasuk salah satunya. Singapore Chili Crab yang tersaji di atas piring nya hampir mendominasi seperempat bagian. Wajahnya juga penuh dengan peluh tanda tingkat pedas Singapore Chili Crab sudah dinikmatinya. Herannya, perut saya aman dari gejolak yang biasa tercipta dari bumbu dan pedas yang terkomsumsi.

Sayang nya saat saya ingin mengambil untuk kedua kali nya, yang ada hanya bumbu. Singapore Chili Crab benar-benar pilihan yang susah dielakan untuk dinikmati ternyata. Oleh karena semua fakta yang ada, maka saya nobatkan Singaporean Chili Crab sebagai menu juara saat Dinner ASEAN Food Festival.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun