[caption caption="Kopdar pertama di Yogya. Sumber: Doc Hendra Wardana"][/caption]Dingin, sunyi dan membosankan adalah tiga kata menggambarkan kesan pertama Saya saat bergabung dalam grup facebook Kompasianer Jogja(KJog). Dan ternyata sekali tiga uang saat mojok di grup whatapp KJog, hedeh. Sebenarnya wajar karena hampir semua anggota mempunyai kesibukan masing-masing sehingga tidak 24/7 mengakses media sosial. Dan Saya sebagai tenaga rodi tambahan dari dunia fiksi mulai berusaha mencairkan suasana. Tidak mudah tapi perlahan mulai menghangat seperti kawasan Kaliurang yang berkurang sejuknya.
Berbekal misi dan visi (bahasa tingkat dewa) sedikit mendorong roda kegiatan KJog serta usulan dari Mas Hendra Wardana (salah satu sesepuh KJog walaupun belum sepuh) maka rencana kopi darat (Kopdar) pertama digulirkan. Istana Kepresidenan Yogyakarta dipilih sebagai tempat kencan para Kompasianer Jogja. Terima kasih pada Presiden Jokowi yang telah mengizinkan istana menjadi tujuan wisata yang baru di Yogyakarta.
Â
[caption caption="Kopdar pertama di Yogya. Sumber: Doc Hendra Wardana"]
Dan tibalah kami berkumpul di depan gedung agung ditemani gerimis yang konon romantis, tapi waktu itu mengkhawatirkan bagiku. Harap-harap cemas apakah semua anggota bisa berkumpul tanpa tersiram hujan. Syukurlah hangatnya matahari dan tiupan angin menyingkirkan awan penuh dengan air.
[caption caption="Kopdar pertama di Yogya. Sumber:Image: Doc Umi"]
Oya ada dua pengawal berpakaian safari biru yang turut mengawal, tentu bukan menjaga keselamatan kami namun menjaga tiap jengkal bagian istana dari usapan tangan pengunjung. Yah maklum semua benda di dalam istana masih dipergunakan dan mempunyai nilai sejarah.
[caption caption="Kopdar pertama di Yogya. Sumber:Image: Doc Hendra Wardana"]
[/caption]Suhu dalam istana sedikit membuat keringat kami bahkan staf bercucuran walau hanya tersampaikan melalui usapan di wajah. Sedikit mengherankan karena pintu dibuka lebar namun jika dilihat dari banyaknya lukisan berharga maka pemilihan suhu ruangan 27 derajat Celcius bisa dimaklumi. Lukisan asli dari Basuki Abdulah, Raden Patah dan beberapa maestro lain wajib dijaga keutuhannya. Saat sepatu menginjak lantai dua yang penuh dengan lukisan cat minyak (baik berbahan kanvas maupun karung goni), Â kami berkesempatan mendapat kurasi dari Mas Kurniawan yang merupakan staf khusus lulusan dari ISI.
Penjelasaannya sangat detail walaupun diselingi candaan yang tak lepas dari pertanyaan kami. Beberapa anggota bahkan merekam penjelasaan Mas Kurniawan melalui gawai masing-masing. Hum...salah satu isi wishlist saya adalah bisa melihat secara dekat lukisan Raden Patah dan saat itu adalah kali kedua saya melihat lukisan "Berburu Banteng." Mudah-mudahan lukisan asli "Ditangkapnya Pangeran Diponegoro" bisa segera bisa saya saksikan secepatnya.
[caption caption="Kopdar pertama di Yogya. Sumber:Image: Doc Umi"]
[caption caption="Kopdar pertama di Yogya. Sumber:Image: Doc pribadi"]