Mohon tunggu...
Vika Kurniawati
Vika Kurniawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

| Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Merry dan Suluhnya

6 Juli 2015   13:37 Diperbarui: 6 Juli 2015   13:37 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudut pandang Merry Riana sendiri digunakan Clara Ng sebagai pencerita buku ini. Kalimat penuh makna dan terkadang jenaka terselip diantara dialog-dialog singkat di tiap babnya. Tak ada kesan kaku ataupun menggurui, yang ada hanya seperti membaca diary seorang sahabat. Terkadang rasa haru hadir kala mengikuti keresahan,kepedihan, putus asa dari Merry Riana saat berjuang di negeri asing.

Menggunakan alur runut mundur, adegan dimulai dengan kedatangan Merry Riana ke sebuah apartemen seorang wanita. Aura negatif dari penghuni apartemen berubah menjadi positif, saat Merry menyodorkan cek sebagai klaim atas meninggalnya suami wanita tersebut. Adegan ditutup dengan derai hujan bertambah seiring dengan langkah mantap Merry menyusuri jalanan Singapura.

Kisah berlanjut dengan peristiwa beberapa bulan sebelum adegan pertama berlangsung. Adegan dimana keputusan Merry untuk memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhanny, ditentang oleh mamanya. Namun ahkirnya dukungan diperoleh Merry dengan perjanjian dengan mamanya, bahwa akan kembali ke Indonesia jika gagal berkarir. Hidup berhemat dan cerdas memanfaatkan fasilitas kampus menjadi hal yang menarik. Sudah menjadi pandangan umum (walaupun sering salah) bahwa mahasiswa yang kuliah di negeri asing selalu berkecukupan hidupnya.

Penghasilan Merry pertama diperoleh dari menyebar brosur laundry, menjual tiket seminar para motivator dunia hingga sukses menjadi sales produk asuransi. Dari kurangnya waktu beristirahat, bertengkar dengan bos, bekerja saat natal menandakan kegigihan dan konsekuensi yang Merry ambil.

 Kisah cinta dengan Alfa seorang  kakak kampus juga di selipkan secara jenaka dan santun. Dialog-dialog inspiratif yang selalu memberi motifasi dilontarkan Alfa sembari menemaninya naik turun MRT. Mie instan, air mineral, roti dan bunga menjadi asesoris penting mengulirkan kesedaerhanaan yang romantis diantara sepasang kekasih.

Alfa juga berperan penting dalam karir Merry Riana yang dimulai dari sales biasa. Dan dalam hitungan bulan berhasil menjadi manajer hingga mendirikan MRO (Merry Riana Organization). Disiplin diri saat [caption caption="Merry Riana"][/caption]panas terik berdiri di stasiun MRT hingga menggigil saat kehujanan untuk mengenalkan produk asuransi, dijalani Merry Riana.

Persaingan memperoleh klien dengan sesama sales dan penolakan menghiasai di tiap babnya.  Di akhir buku ini ditampilkan semua foto Merry Riana dengan anggota tim MRO yang diceritakan di sepanjang novel. Semua wajah yang tampil penuh dengan senyum lebar dan testimoni positif tentang kepimpinan Merry Riana.

 [caption caption="Merry Riana"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun