Simplifikasi dari sebuah sistem dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat semakin marak seiring dengan semakin padatnya aktifitas masyarakat. Dengan kesibukan yang dijalani orang belakangan ini, permintaan akan sistem yang bisa menjanjikan pemenuhan kebutuhan secara instan pun juga bertambah. Salah satu bentuk automasi dalam pemenuhan kebutuhan adalah munculnya dating sites/application yang memberikan platform kepada orang untuk menemukan pasangan melalui internet. Sarana yang satu ini sudah cukup lama berkembang dan telah dimodifikasi untuk mengikuti perkembangan jaman dan preferensi para penggunanya. Lalu, apa sajakah teknik ter-up-to-date yang digunakan developers/online matchmakers pada online dating sites/apps sekarang?
Picture Approval
Fitur satu ini memang salah satu yang paling diminati pada dating website/application. Tidak bisa dipungkiri, penampilan memang salah satu faktor yang paling penting dalam kriteria online daters. Salah satu applikasi yang terkenal menggunakan dan memperkenalkan fitur ini adalah Tinder. Terinspirasi dari permainan kartu, dengan sistem ini user bisa menggeser counterparts ke kanan untuk like, sementara ke kiri untuk skip. Yang menarik dari fitur ini adalah user tidak bisa mengetahui siapa saja yang telah menyukai profilnya kecuali orang tersebut juga telah menyukai user yang akhirnya akan menjadikan mereka match. Fitur ini kemudian juga diikuti oleh website/aplikasi lainnya seperti Bang Friends, OkCupid, Wavoo, Happn, The Grade, dsb.
Matching Engine
Banyak online dating platform developers yang menyadari bahwa ketertarikan berdasarkan penampilan tidak menjamin kesuksesan sebuah hubungan. Oleh karena itu, mereka mengembangkan sistem algoritma yang menyocokkan online daters berdasarkan survei kepribadian dan pereferensi seperti agama, ras, politik, pandangan hidup, dsb. Survei itu sendiri biasa diadakan dengan menyodorkan pertanyaan untuk menentukan kepribadian dan preferensi online daters. Sistem ini sendiri sudah banyak didopsi banyak online dating websites/application.
Salah satu dating website terkenal, Eharmony, menggunakan sebuah instrumen yang memasangkan para user berdasarkan 29 dimensi kepribadian yang diperoleh dari penelitian pasangan yang sudah menikah untuk mengetahui rahasia dari hubungan yang langgeng. Untuk mempertemukan users, Eharmony juga menggunakan predictive algorithm; sebuah strategi yang mirip digunakan oleh Yahoo dalam advertising di mana user ditunjukkan/direkomendasikan dengan user lain yang memiliki kesamaan dalam perilaku dan kepribadian. Di Indonesia sendiri, kita memiliki website Setipe yang menyodorkan 140 pertanyaan sebagai dasar untuk mencocokkan online daters. Selain dari tes kepribadian dan preferensi tersebut, untuk meningkatkan kepuasan para online daters, website ini menyocokkan user-nya dengan user lain yang memiliki level attractiveness yang sama melalui sebuah instrumen penilaian.
Bentuk aplikasi algoritma lain digunakan oleh OkCupid; yang bisa disebut dengan adaptive algorithm, dimana kriteria untuk memasangkan online daters akan berganti-ganti mengikuti perubahan perilaku user. Sistem ini berangkat dari ketidak konsistenan user ketika memilih kriteria pasangannya. Online dater seringkali mengatakan tidak menyukai counterparts yang berbadan tidak tinggi; padahal, pada kenyataannya dia memilih pasangan yang berbadan pendek. Selain OkCupid, online dating website yang menggunakan sistem yang mirip adalah Zoosk. Mereka menyebut sistem yang mereka gunakan dengan Behavioural Matchmaking. Bedanya, Zoosk tidak memberikan pertanyaan banyak yang harus diisi oleh user-nya, melainkan lebih kepada memantau perilaku dari online daters-nya.
Preference
Bila fitur customization seperti prefensi usia, gender, agama, politik, dan lokasi sudah biasa, beberapa website secara terbuka memang mendedikasikan website mereka sebagai platform untuk online daters yang memiliki preferensi tertentu. Ada website yang mendedikasikan fungsi mereka sebagai dating platform khusus orang kaya seperti Millionaire Match, Sugar Daddy Meet, Onluxy, Seeking Millionaire, dsb. Ada juga yang mengkhususkan kriteria pasangan perempuan yang lebih tua dengan lelaki yang lebih muda seperti Older Women Dating, Date a Cougar, Cougar Passion. Selain itu, ada juga khusus yang mencari pasangan dengan ras tertentu seperti Interracial Match, Black White Cupid, Interracial Dating Central, dsb.
Di Indonesia sendiri, sudah ada online dating platform yang mengkhususkan fungsinya untuk mempertemukan orang Indonesia dengan orang asing seperti; Indonesian Cupid yang mengkhususkan untuk orang asing dengan perempuan Indonesia dan Expatica Jakarta untuk expats atau orang Indonesia yang mencari expatriates.
Others
Selain fitur yang sudah disebutkan di atas, ragam fitur lain dengan ciri khas dan teknik yang juga ditawarkan untuk menarik minat pengguna. Sebagai contoh, dating application Yogrt, yang dikembangkan oleh developers Indonesia dan Singapura, menggabungkan sarana chatting dan game. Melalui aplikasi ini, user bisa mengisi waktu dengan bermain game atau mengisi kuis yang menghibur. Di samping itu, apabila ditemui kecocokan dari hasil permainan game atau kuis, fitur chatting akan terbuka di mana user bisa berkenalan.
Kalau website di atas lebih mengharuskan online daters untuk mencari pasangan dan mengambil langkah sendiri, website yang satu ini lebih bertindak sebagai ‘mak comblang’ untuk para online daters. Melalui Spritzr, user yang sudah atau belum memiliki pasangan bisa memasangkan temannya dengan orang lain setelah connect melalui Facebook. Untuk para matchmakers, semakin banyak pasangan yang telah mereka pasangkan, semakin banyak karma point yang akan mereka peroleh. Sementara, untuk user yang sedang mencari pasangan, mereka hanya akan tinggal menunggu dan memilih rekomendasi yang mereka dapatkan dari teman atau kerabat mereka.
Pada dasarnya, contoh website dan fitur yang telah disebutkan di atas hanya sebagian kecil dari yang sudah ada di dunia maya. Fitur dan sarana dating pun tentunya akan terus berkembang dan semakin bervariasi seiring dengan berkembangnya dinamika sosial dan perkembangan jaman. Pada kenyataannya, sistem yang telah diciptakan oleh mesin ini pun juga sudah banyak melahirkan pasangan yang tidak hanya berakhir dengan pacaran, bahkan hingga jenjang pernikahan yang pada akhirnya secara perlahan menggerus stigma negatif tentang penggunaan sarana teknologi satu ini. Jika dipergunakan secara bijaksana, sarana online dating, layaknya sistem yang diciptakan manusia lainnya, sebenarnya bisa memberikan keuntungan positif bagi penggunanya. Jadi, bagaimana pandangan Anda sendiri tentang fitur dan sarana online dating? Apakah Anda tertarik, atau skeptis?(VN)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H