Mohon tunggu...
Vigo Joshua
Vigo Joshua Mohon Tunggu... Lainnya - Suatu ketika kita berpikir, namun bingung bagaimana cara menuangkan isi pikiran.

Menulis menjadi piring, menjadi mangkuk, menjadi gelas, menjadi sendok, menjadi garpu, bagi santapan sedap ilmu pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Terhimpit Teori dan Kerasnya Hidup Ini

30 Juni 2021   00:00 Diperbarui: 30 Juni 2021   09:07 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang sungguh menyenangkan saat seseorang bermain dengan logika dan dialektika, tidak ada satupun manusia yang pantas dijadikan acuan hidup manusia lainnya, terutama di bagian kritik kehidupan dan penjiwaan diri sendiri. 

Semalam penulis membaca terkait teori para filsuf yang keberadaanya masih dipertanyakan, setidaknya masih ditanyakan, apakah filsuf ini terbiasa makan pagi, siang, sore, dan malam? 

Apakah para filsuf ini berdialektika dan memaparkan logikanya dengan kemantapan hatinya atau sebatas ingin menghancurkan elemen lainnya? Tidak ada yang pernah tau pasti apa yang sebenarnya terjadi. 

Penasaran dengan hal itu, penulis memutuskan untuk memilih prodi filsafat sebagai pendidikan pertama di dunia perkuliahan, penulis ingin memahami bahwa menjadi seorang filsuf, apakah logika, etika, dan estetika memang betul dikombinasikan secara matang? Atau ya mungkin   karena mereka terpaksa saja menulis teori, sebagai curahan hati dan murka mereka akan kerasnya hidup ini.

Beberapa bulan ini berjuang keras demi meraih cita-cita keluarga, masuk PTN 2021, demi mencapai hal itu, kemampuan kognitif yang penulis miliki tidaklah cukup bila tidak diasah dengan pembiasaan soal, apalagi penulis tidak pernah mau bersungguh-sungguh dengan segala hal yang berbau dengan matematika, terpaksa tiga per empat hari penulis dihabiskan untuk belajar, ya waktu senggang dipakai untuk makan dan minum kopi sejenak. 

Tibalah 14 Juni hari pengumuman dan hasilnya penulis ditolak, seketika penulis merasa pasrah tidak bisa masuk PTN manapun pada tahun 2021 ini, dimulai dari SNMPTN sampai ke SBMPTN semuanya ditolak, yasudahlah mungkin ini yang terbaik bagi penulis. 

Namun ternyata belum selesai, ternyata penulis diterima di salah satu fakultas administrasi Pulau Jawa, penulis kembali semangat, dan percaya bahwa filsafat masih bisa diraih, sehingga kelak penulis bisa memahami maksud para filsuf favorit penulis, sehingga himpitan teori dan juga kerasnya hidup ini bisa dimaknai dengan lebih mendalam dan nikmat.

Untuk semua yang masih berjuang, tentu saja tiada waktu untuk berhenti dan berduka akan sesuatu yang memang bukan hak kita, teruslah bergerak, karena kelak kita tidak pernah sampai dan bisa mengakhiri ketidak-kekalan ini.

-Vigo Joshua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun