Mohon tunggu...
Vifi Husein
Vifi Husein Mohon Tunggu... Dosen - Ibu rumah tangga dari dua orang anak, yang merangkap sebagai dosen dan penulis

Ibu rumah tangga, dosen part time untuk MK Pengantar Ilmu Komunikasi, Pemahaman Lintas Budaya, dan guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Mulai menulis untuk mendampingi anak yang bercita-cita menjadi penulis, dan tidak mau kalah dengan prestasi si anak yang walaupun berkebutuhan khusus sudah lebih dulu menghasilkan buku.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kenapa Saya Menulis?

24 Oktober 2019   22:45 Diperbarui: 24 Oktober 2019   23:10 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya tidak pernah bermimpi untuk menjadi penulis, apalagi sampai menerbitkan buku. Tapi anak saya, Fairuz, sedari kecil bercita-cita ingin menjadi penulis. Berim-rim kertas habis untuk dicoret-coret, disimpan, lalu dibuang karena dia tidak merasa puas dengan tulisannya.

Hingga pada saat ia berusia 13 tahun, ia meminta saya untuk menerbitkan tulisannya. Apa yang saya tau tentang penulisan buku? Saya memang dosen, tapi saya belum punya pengalaman menulis buku. Palingan saya menulis materi kuliah, makalah, proposal dan yang berkaitan dengan pekerjaan struktural pada saat diberikan jabatan.

Saya pun belum pernah menulis di blog seperti sekarang ini. Tapi seorang teman di group The Writer yang bernama Hariadhi menugaskan kami menulis di sini. Maka terciptalah blog ini.

Lalu kenapa anak saya yang ingin menjadi penulis, tapi malah saya yang harus belajar tentang penulisan buku? Karena anak saya adalah anak berkebutuhan khusus, alias penyandang High Function Autism. Apa pula itu? Panjang lah ceritanya.

Tapi intinya, dia mau menjadi penulis yang bukunya dibaca oleh orang banyak dan dijual di toko buku macam Gr***dia. Orang normal saja susah untuk menulis karangan, apalagi buku.

Namun demi memenuhi keinginan, dan menyalurkan minat-bakatnya, belajarlah saya tentang penulisan buku. Gampang kah? Tentu tidak!!..  Karena itu, di samping mencarikan tutor dan komunitas untuk anak saya belajar menulis, saya pun ikut belajar. 

Hasilnya, anak saya bisa menerbitkan dua kumpulan cerpen dan satu buku pengalaman setengah hidupnya sebagai anak berkebutuhan khusus. Dua buku berhasil masuk ke Gr***dia, dan sudah dua kali cetak. Satu buku dijual melalui sosial media dan di pameran.

Selain itu, dia juga menulis karya nonfiksi di kompasiana. Lebih dahulu daripada saya. Sementara saya, sudah ada empat antologi cerpen dan satu antologi puisi.

Kenapa hanya antologi? Karena ternyata saya masih belum pandai menulis panjang, dan belum bisa menerapkan disiplin waktu untuk menulis. Tapi balik lagi ke cerita awal bahwa saya menulis untuk mendampingi anak saya.

Kebahagian saya bukan pada buku yang saya hasilkan. Kebahagiaan saya adalah pada saat anak saya bisa melahirkan karya yang disukai orang, dan dia bisa menyalurkan minat bakatnya. Bahwa dia mampu menunjukkan kelebihannya di balik kekurangannya. Bahwa dia menjadikan kekuatannya untuk menutupi kelemahannya. Ia bisa membuktikan kepada banyak orang bahwa penyandang autis bisa berkarya dan mencapai cita-citanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun