Mohon tunggu...
Vieto Cell
Vieto Cell Mohon Tunggu... Penulis - Citizen Journalism

Layanan Digital Vieto Cell

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Darurat Sampah Plastik di Lahan Basah: Paving Block Solusinya?

12 November 2023   21:25 Diperbarui: 13 November 2023   09:34 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dok. Pribadi/Rima Anadia

Hingga hari ini, sampah masih menjadi topik berulang yang tidak ada habisnya. Sampah sangat erat kaitannya dengan aktivitas sehari-hari, sehingga menjadi salah satu permasalahan terbesar di Indonesia akibat dampak yang ditimbulkannya. Setiap wilayah di Indonesia memiliki sampah yang menumpuk dan sering diabaikan oleh warga setempat, begitu pula area lahan basah yang memiliki tumpukan sampah yang dapat menjadi sumber berbagai penyakit bagi masyarakat di sekitar lahan basah apabila tidak ada intervensi nyata dan berkelanjutan dari pemerintah.

Berdasarkan data statistik persampahan domestik Indonesia, sebesar 5,4 juta ton per tahun jenis sampah plastik yang dihasilkan dan menduduki peringkat kedua. Fakta lain menunjukkan jumlah tumpukan sampai nasional mencapai 35,257,252.45 juta ton per tahun, 65.06% dapat dikelola dan sisanya, 34.94% tidak dapat dikelola dengan baik.

Berbagai upaya telah dilakukan dalam penanganan sampah, namun seringkali pengelolaan sampah yang belum baik oleh masyarakat menjadi kendala berulang yang menyebabkan kondisi sampah di suatu lingkungan berubah-ubah, khususnya wilayah lahan basah. Sampah yang ditimbun di area lahan basah dapat merugikan lingkungan dan kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan intervensi berkelanjutan untuk meningkatkan pengelolaan sampah untuk mengurangi efek buruk dari sampah yang tidak terkelola dengan baik.

Lahan Basah?

Lahan basah sangat bermanfaat bagi kelangsungan makhluk hidup di sekitarnya, seperti penyaringan air, penyerapan karbon, dan sebagai habitat bagi banyak spesies. Namun, sampah plastik dapat menjadi sumber pencemaran di pemukiman lahan basah, sehingga menimbulkan ancaman signifikan terhadap kesehatan pemukiman disana dan merusak fungsi dari lahan basah itu sendiri. Sampah plastik apabila menumpuk dapat mengganggu aliran air alami dan berbahaya untuk spesies air dan darat. Tidak hanya itu, kandungan sampah plastik seperti bahan kimia dan polutan berbahaya bisa saja lepas dan menyebabkan penurunan mutu ekosistem di pemukiman lahan basah.

Paving Block

Salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh masyarakat pemukiman lahan basah terhadap permasalahan sampah plastik ialah penggunaan paving block yang dibuat dari berbagai jenis sampah plastik, diantaranya botol, kantong plastik sekali pakai, dan bahan kemasan. Pemanfaatan sampah plastik menjadi bahan bangunan yang bermanfaat dan tahan lama ini dapat meminimalisir kuantitas sampah yang ditemukan di pemukiman lahan basah dan juga menghasilkan sumber daya ekonomi masyarakat.

Penerapan solusi permasalahan sampah ini sudah dilakukan di berbagai wilayah dan berhasil melalui proyek restorasi lahan basah, contohnya dapat kita temukan di Desa Cileunyi Kulon, Indonesia, paving block yang terbuat dari sampah plastik dimanfaatkan untuk memperbaiki insfrastruktur jalan desa. Di Desa Sambong, Korea Selatan, kantong plastik daur ulang dikelola menjadi paving block, sehingga menciptakan desa yang lebih bersih dan indah. Bukti-bukti ini menunjukkan potensi paving block sampah plastik sebagai solusi berkelanjutan dan efektif terhadap masalah sampah plastik di lahan basah. Dengan memanfaatkan bahan bangunan inovatif ini, kita dapat mengurangi sampah plastik di lingkungan sekaligus berkontribusi terhadap restorasi dan pelestarian ekosistem lahan basah. Maka upaya ini pun semestinya dapat pula diterapkan di wilayah dan pemukiman lahan basah lainnya di Indonesia sebagai salah satu komitmen dan kontribusi masyarakat dalam pengurangan jumlah timbunan sampah dan mengurangi dampak kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di pemukiman lahan basah.

Nama Kelompok: Fariha Ainiyah, Rani Vitaloka, Ridha Farhan, Rima Anadia, Yessy Arsela

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun