Mohon tunggu...
VIERI BACHTIAR SUWANDI
VIERI BACHTIAR SUWANDI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta

Saya mempunyai ketertarikan dalam desain grafis dan saya berkuliah pada jurusan ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Iklan Saling Menjatuhkan? Coca-Cola Versus Pepsi

15 Mei 2023   18:25 Diperbarui: 15 Mei 2023   18:44 1507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah menjadi rahasia umum kedua brand ini terus bersaing mengunggulkan produk mereka dengan cara saling menjatuhkan. Lantas, bagaimana dengan strategi iklan penunjang marketing mereka tersebut? Apa memang di perlukan dengan cara yang sudah bertahun-tahun digunakan atau perlu dilakukan pembaharuan? Yuk kita bahas!

Coca-Cola dan Pepsi merupakan brand ternama dengan produk unggulan minuman bersoda. Di lapangan, Coca-Cola terus menduduki puncak penjualan tahunan Pepsi dan banyak yang beropini bahwa perang akna terus menjadi taktik marketing mereka.

PERSAINGAN IKLAN

KAMPANYE

Coca-cola menggaet tokoh imajiner "Sinterklas" sebagai bintang iklan. Memasang lukisan Sinterklas karya Fred Mizen sebagai iklan, dalam lukisan tersebut tergambar pula kolam air mancur terbesar di dunia yang berisikan air soda. Kolam soda ini terletak di department store terkenal Famous Barr Co., di Saint Louis, Missouri, AS. Lukisan ini digunakan untuk iklan cetak The Saturday Evening Post pada musim natal Desember 1930. Kampanye pemasaran Coca-Cola dengan bintang utama Sinterklas meluas tak hanya iklan majalah, tetapi juga papan iklan, poster, kalender, dan boneka mewah.

Sedangkan Pepsi melakukan 'Pepsi Challenge' alias 'Tantangan Pepsi' yang merupakan tes rasa yang dilakukan secara buta: seseorang diminta untuk mencicip dua soda secara langsung tanpa diberitahu apa yang diminumnya. Hasilnya, masyarakat lebih menyukai rasa Pepsi ketimbang Coca-Cola. Ekspresi terkejut yang diperlihatkan secara spontan oleh orang yang mencicip soda itu oleh Pepsi dijadikan materi tayangan iklan televisi.

Studi internal Coca-Cola mengkonfirmasi bahwa konsumen memang lebih menyukai Pepsi jika hanya berpatokan pada rasanya saja. Strategi ini nyatanya mampu membuat Pepsi menggandakan penjualan dan memperluas pasar mereka di AS. Jika bertahun-tahun sebelumnya Coca-Cola berkuasa, Pepsi akhirnya mampu mengejar ketertinggalan dengan menguasai 90% pasar minuman ringan jenis soda pada 1983.

Pada Juli 1986, CEO Coca-Cola Goizueta meyakinkan konsumen bahwa Coca-Cola akan kembali kepada resep lama. "Kami mendengar Anda," Setelah mengalami kegagalan dalam produk merilis Coke dan Diet Coke 'New Coke' versi bebas kafein dan menggunakan sirup jagung sebagai pengganti gula. Sayang, pasar menyambut dengan negatif, lebih dari 400 ribu surat bernada tidak menyenangkan sampai ke markas Coca-Cola Company sebagai wujud protes. Jurus resep klasik rupanya menjadi senjata ampuh untuk mengembalikan penjualan yang meningkat drastis.

Pertarungan kedua merek juga terjadi di arena olahraga. Sejak 1928, Coca-Cola identik dikaitkan dengan Olimpiade karena menjadi sponsor olahraga akbar dunia empat tahunan itu. Sang rival, Pepsi memiliki kontrak jangka panjang dengan NFL, kompetisi liga football AS.

Hakim Pengadilan Federal, Anthony Besanko hari ini mengakhiri perseteruan hukum antara Coca Cola dan Pepsi yang sudah berlangsung selama 4 tahun, dengan memerintahkan Coca-Cola membayar seluruh biaya hukum yang dikeluarkan oleh Pepsi dalam persidangan ini.

Perseteruan hukum dua perusahaan minuman soda ini berawal dari klaim Coca-Cola yang menuduh rivalnya telah melanggar satu dari 4 ciri khas merk dagang miliknya dengan menjual produk dalam botol kaca yang mirip dengan kontur botol Coca-Cola yang terkenal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun