Mohon tunggu...
Fiani M. Fathoni
Fiani M. Fathoni Mohon Tunggu... -

pengin hidup mulia dunia akhirat...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Samroh Kena AIDS?

16 September 2014   19:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:31 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hal itu dibuktikan lagi ketika Samroh pulang dalam keadaan sakit, badannya sudah kurus kering, susah makan, walaupun secara fisik dia tak menunjukkan kelemahannya. Dia masih bisa jalan, mencoba menerima tamu yang mau direfleksi, atau bahkan membantu warga yang sakit dengan pijatannya. Tapi entah siapa yang menyebarkan isu itu beberapa bulan terakhir ini, ketika dia berobat ke Rumah Sakit terus diduga dia terkena AIDS. Betul tidaknya hanya Samproh yang tahu. Kang Jamin sendiri belum yakin karena Samroh tak pernah mau mengatakan sakitnya apa. Kini dia hanya sedih melihat warga berbisik-bisik bahkan nggak ada yang mau memandikan karena takut tertular.

Akhirnya Samroh terbujur kaku. Tak ada yang mau memandikan. Semua takut tertular. Bapak-bapak seperti biasa sudah selesai menggali kubur. tapi ibu-ibu masih juga saling mempercayakan pada yang lainnya untuk memandikan. Tidak seperti biasanya mereka berebut atau dengan sukarela mau memandikan tetangganya yang meninggal. Bu hajah Anisah merasa tidak enak dengan Kang Jamin. Bu Saodah yang biasa memandikan saja hari itu bilang sedang pusing dan sakit perut. Ah, semua memberikan alasan agar dimaklumi untuk tidak memandikan . Alasannya cuma satu, takut tertular AIDS.

Begitulah orang kampung, belum semuanya tahu jenis penyakit apa itu. Yang jelas di TV sering dikatakan itu adalah penyakit mematikan dan menular, yang sangat berbahaya. Tak sedikit yang dikucilkan, bahkan bertemu pun mereka tak mau.  Sejak Samroh pulang dari kota, dia  masih diterima warga. Baru beberapa minggu ini ketika ada seseorang yang membocorkan atau mengisukan kalau dia AIDS .Sehingga hari ini tak ada yang mau mendekatinya, tak ada yang mau memandikannya. Tak ada yang tahu seorang pun mengapa sikap warga begitu.

Semua gelisah. semua bingung. Tapi mereka tak bisa berbuat apa-apa. Saat itulah, datang seorang wanita setengah baya dari desa lainnya, yang dipanggil khusus oleh seseorang yang berempati. Memang orang ini sudah terbiasa memandikan mayat. Dengan cekatan dia menyuruh beberapa orang untuk menggotong mayat untuk dimandikan. Hanya beberapa ibu-ibu yang mau menemani. Yang lainnya hanya berebut menyiram, dan ada beberapa yang melihat dengan rasa takut.

Hari itu, Kang Jamin sangat sedih. Dia sudah ditinggal istrinya beberapa bulan sebelumnya, dan sekarang ditinggal anak perempuannya yang meninggal dengan penyakit yang dia juga baru pernah dengar. AIDS,...AIDS. Begitu menularkah penyakit itu? dia tak tahu, bahkan warga pun tak tahu. Sampai beberapa waktu lamanya, semuanya nggak tahu, hingga terkubur bersama waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun