Analisis drama menggunakan kajian stilistika dalam drama yang sudah dipentaskan, yaitu pementasan teater "ITU HUKUM APA?", Hukum di negeriku (Â
Â
Pada analisis drama yang sudah dipentaskan  dengan judul teater "ITU HUKUM APA?", Hukum di negeriku ini menggunakan kajian stilistika. Dalam drama ini pun objek kajian stilistika yang digunakan adalah nada dan suasana serta pemajasan.
Selain itu, dalam analisis drama dengan judul teater "ITU HUKUM APA?", Hukum di negeriku ini, bagian yang menarik, yang akan dianalisis yaitu pada bagian pertama saat dialog antara koruptor 1, koruptor 2, istri 1 dan istri 2.
Berikut transkripsi dialog antara koruptor 1, koruptor 2, istri 1 dan istri 2 pada pementasan bagian/sesi pertama dalam teater "ITU HUKUM APA?", Hukum di negeriku.
Koruptor 1 Â Â : "Hahaha...... Saya ingin berbicara sebentar. Sebenarnya koruptor itu tak selamanya buruk.
Koruptor 2 Â Â : Ya betul sekali, koruptor itu sangat mulia sekali"
Koruptor 1 Â Â : "Betul sekali, jika tidak ada koruptor, KPK pun tidak bekerja"
          dan memakan gaji buta".
Koruptor 2 Â Â : "Juga berita di TV-TV pun, tidak ada yang terhangat dan terkini."
Istri 1      : "Betul sekali papi, kan mami juga harus belanja berlian, pedicure manicure dan
          beli tas yang limited edition dari hasil korupsi"
Istri 2 Â Â Â Â Â : "Benar sekali jeng, kita kan harus beli mobil mewah, apartemen yang banyak, bus-
          bus yang berkilau dan perusahaan di mana-mana."
Koruptor 1 Â Â : "He... he.... Sudah-sudah. Kalian ini jangan ngomong di sini nanti kedengaran sama rakyat yang melarat."
Berikut merupakan analisis drama menggunakan objek kajian stilistika :
- Bunyi
Nada & suasana :
Pada bagian tersebut terdapat nada dan suasana yang gembira yang terlihat dalam setiap dialog masing-masing keempat tokoh tersebut. Sebagai bukti pada dialog adanya tertawa tokoh-tokoh tersebut dalam dialognya.
Yaitu khususnya pada dialog :
Â
Koruptor 1 Â Â Â Â Â : "Hahaha...... Saya ingin berbicara sebentar. Sebenarnya koruptor itu tak selamanya buruk.
Koruptor 2 Â Â Â Â Â : Ya betul sekali, koruptor itu sangat mulia sekali"
Koruptor 1 Â Â Â Â Â : "Betul sekali, jika tidak ada koruptor, KPK pun tidak bekerja"
            dan memakan gaji buta".
Koruptor 2 Â Â Â : "Juga berita di TV-TV pun, tidak ada yang terhangat dan terkini."
Istri 1 Â Â Â Â Â Â Â : "Betul sekali papi, kan mami juga harus belanja berlian, pedicure menicure dan beli tas yang limited edition dari hasil korupsi"
Istri 2 Â Â Â Â Â Â Â : "Benar sekali jeng, kita kan harus beli mobil mewah, apartemen yang banyak, bus-bus yang berkilau dan perusahaan di mana-mana."
- Pemajasan
Metafora :
Yaitu pada dialog :
Koruptor 1 Â : "Betul sekali, jika tidak ada koruptor, KPK pun tidak bekerja
             dan memakan gaji buta"Â
Sarkasme :
Koruptor 1 Â Â Â Â Â Â : "Betul sekali, jika tidak ada koruptor, KPK pun tidak bekerjaÂ
             dan memakan gaji buta"
Koruptor 2 Â Â Â : Juga berita di TV-TV pun, tidak ada yang terhangat dan terkini.
Termasuk sarkasme karena berisi majas ini merupakan majas sindiran yang menggunakan ungkapan yang juga digunakan untuk mengejak atau menertawakan sesuatu. Sedangkan di sini, koruptor 1 menyindir dengan menertawakan KPK dengan ungkapan KPK pun tidak bekerja dan memakan gaji buta apabila tidak ada koruptor. Begitu pula dengan koruptor 2 yang juga menyindir dan menertawakan TV-TV dengan ungkapan bahwa tidak akan ada berita terhangat dan terkini jika tidak ada koruptor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H