Mohon tunggu...
Vienna Mariska Septiana
Vienna Mariska Septiana Mohon Tunggu... Lainnya - Vienna Mariska

Tidak ada yang mudah, tapi juga tidak ada yang tidak mungkin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Genre Sastra Menurut Rene Wellek dan Austin Warren

12 April 2022   23:02 Diperbarui: 12 April 2022   23:05 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Croce pernah memberikan jawaban nominalistik yang berlatar belakang reaksi sikap otoriter aliran klasik tanpa mempertimbangkan perkembangan dan sejarah sastra.

Jenis sastra dapat membentuk sebuah ciri karya itu sendiri, seolah jenis karya itu menjadi suatu perintah yang harus diikuti walaupun itu oleh pengarangnya sendiri.

Jenis sastra itu sendiri bisa diibaratkan sebagai suatu lembaga tempat seseorang mengekspresikan diri yang kemudian hari dapat mengubah dan bahkan menciptakan lembaga yang baru lagi.

Teori genre merupakan suatu prinsip keteraturan berdasarkan tipe struktur atau susunan sastra tertentu yang mana penilaian terhadap karya sastra sering kali didasarkan oleh pengalaman dan konsepsi dari diri penilai.

Terdapat banyak pertanyaan yang menjadi permasalahan mengenai hubungan sastra antara satu karya sastra dengan karya sastra orang lain.

Genre tidaklah bersifat tetap, kategorinya bergeser dan bahkan milton pun pernah menganggap suatu karna termasuk salah satu jenis padahal orang lain mengira dalam jenis yang lain.

Empson pernah menggabungkan karya-karya dari pastoral dan karya misteri pembunuhan, pengelompokan ini termasuk ciri penulisan kritik, termasuk juga penemuannya.

Terdapat dua penggolongan sastra yang didasarkan dasar dari Aristoteles dan Horace yaitu tragedi dan epik, sedangkan  teori modern membagi sastra-rekaan menjadi fiksi, drama, dan puisi.

Vietor memberikan saran agar ketiga kategori tersebut tidak memakai istilah genre, sedangkan Plato dan Aristoteles membagi kategori tersebut menurut cara menirukan.

Hobes pernah mencoba membagi dunia menjadi istana, kota, dan kemudian diteruskan dalam jenis puisi heroik, scommatic, dan pastoral, sedangkan E.S Dallas mengelompokkan puisi menjadi puisi drama, cerita dan lagu yang kemudian diuraikan dalam skema yang berpatokan dengan puisi Jerman.

Berbeda dengan interpretasi Erskine yang bersifat etika psikologis, Roman Jakobson yang berusaha menunjukkan kaitan struktur gramatika tetap suatu bahasa terhadap  jenis sastranya.

Seperti hal-hal tersebut dinilai tidak menghasilkan kesimpulan objektif sehingga perlu dipertanyakan status ketiga jenis tersebut.

Pada zaman sekarang, dasar drama berbeda dari epik, puisi dan novel hanyalah karya tulis yang dibaca, tetapi drama masih dianggap seni campuran.

Beberapa cerpen Amerika sebagian besar terdiri dari dialog murni yang disebabkan dari sifat objektifnya, sedangkan novel tradisional terdiri dari dialog campuran dengan penyajian langsung dan narasi.

Prosa dianggap terdiri dar novel dan romansa, pembagian atas subbagian pada urutan kedua yang sebaiknya disebut sebagai genre.

Neo-klasik mendoktrin genre-genre sastra harus dibedakan, namun menurut pemikir-pemikirnya pengertian genre sudah jelas dan tidak perlu lagi dipermasalahkan.

Teori Neo-Klasik lebih membahas pada kepatuhan dan hierarki jenis, waktu berlangsungnya jenis dan penambahan jenis-jenis baru.

Aliran Neo-Klasik merupakan campuran antara rasionalisme dan sikap otoriter.

Teori Horace dan doktrin Aristoteles menjadi sumber kesetiaan pada jenis yang dipelopori oleh pendukung tragedi Prancis Klasik.

Pada umumnya disepakati bahwa tragedi dan epik termasuk kategori yang paling prima.

Bagaimana klasidfkasi soneta, rondeau, dan balada?

Secara teoristis, genre harus dilihat sebagai pengelompokan karya sastra yang didasarkan pada bentuk luar dan bentuk dalam.

Penulis-penulis elegi tidak pernah membatasi isi sajak mereka, demikian pula dengan pengikut-pengikut Gray yang menulis dalam kuatren heroik yang merusak kesinambungan elegi inggris.

Setelah abad 18, struktur pola puisi yang puisi yang berulang sudah tidak diharapkan lagi, sedangkan pada masa 1840-1940 penuh anomali dan kemungkinan masa yang akan datang justru akan kembali ke sastra yang lebih setia pada pembagian genre.

Pada abad 19, terdapat pergeseran konsepsi genre di mana pembaca tambah luas dan banyak genre baru yang muncul.

Novel sejarah merupakan contoh genre abad ke-19 yang dicontohkan oleh Van Tieghem dan peneliti.

Aristoteles membagi jenis puisi atas epik, drama dan lirik dalam poetics.

Tidak semua teknik klasik bersifat struktural seperti acuan tradisional.

Teori klasik bersifat mengatur walaupun tidak memaksakan, tidak hanya percaya bahwa antar satu genre dengan genre yang lain berbeda, namun juga menurut teori ini tiap genre harus dipisahkan dan tidak boleh dicampurkan.

Doktrin kemurnian genre menuntut kesatuan nada yang ketat, kemurnian gaya tertentu dan kesederhanaan, konsentrasi emosi, plot, dan tema tunggal yang di dalamnya tersirat tuntutan spesialisasi dan pluralisme.

Teori klasik juga menimbulkan perbedaan sosial pada masing-masing genre seperti epik dan tragedi yang menyangkut hal yang berkaitan dengan raja dan bangsawan, komedi untuk kelas menengah, dan farce untuk kalangan bawah.

Pendukung genologi merasa dasar teori klasik lebih kuat daripada teori modern sehingga lebih memilih doktrin Neo-Klasik.

Teori genre modern lebih bersifat deskriptif dan beranggapan jenis-jenis tradisional dapat digabungkan sehingga menghasilkan jenis baru.

Genre menampilkan seluruh teknik keindahan yang bisa dipakai pengarang serta dapat dipahami oleh pembaca, dan penulis yang baik adalah penulis yang bisa menyesuaikan dengan genre yang ada dan mengulurnya.

Nilai dari pendekatan genre adalah memperhatikan perkembangan internal sastra, dalam hal ini yaitu genetika sastra.

Terdapat beberapa topik penting teori genre.

Topik pertama yaitu berkaitan dengan genre-genre primitif dengan genre-genre yang berkembang, di mana genre-genre primitif apabila digabungkan akan menghasilkan genre lain.

Sejarah tragedi haruslah ditulis berdasarkan metode ganda yang harus dijawabkan secara umum, kemudian menelusuri dengan membuat kronik, kaitan tragedi satu periode dan satu negara, serta aliran-aliran berikutnya.

Dari berbagai penjelasan dan permasalahan/pertanyaan di atas, jelas bahwa masalah genre merupakan masalah inti dari sejarah sastra dan sejarah kritik sastra, serta kaitan di antara keduanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun