Mohon tunggu...
Viecri Bendarwis Adikara
Viecri Bendarwis Adikara Mohon Tunggu... Lainnya - manusia yang berusaha memanusiakan manusia🔅

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga NIM: 20107030058

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Usaha Tahu Putih yang Tetap Berdiri Meski Pandemi Tak Kunjung Berhenti

24 Juni 2021   08:48 Diperbarui: 26 Juni 2021   22:07 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi seorang yang sukses dalam bisnis industri rumah tangga memanglah cukup susah dan pasti semua itu butuh proses sedikit demi sedikit, pasti semua itu ada hiruk pikuknya tersendiri akan tetapi cobaan demi cobaan pasti bisa dilewati. 

Hal semacam ini pastinya terjadi dimana kondisi seperti pandemi sekarang ini yang membuat usaha mikro, kecil, dan menegah atau UMKM ini yang tidak lepas dari serangan wabah pandemi ini, para pemilik dari usaha mikro, kecil dan menengah ini mengharuskan untuk memutar otak secara ekstra guna mencari jalan keluar agar usaha mereka tidak termakan oleh wabah pandemi yang sudah terjadi sekitar 1 tahun lebih lamanya.

Kelurahan Kartasura, Jawa Tengah tepatnya di Dukuh Purwogondo menjadi salah satu dareah Di Kartasura yang menjadi pencetus sentra bisnis usaha mikro, kecil dan menengah atau produksi rumah tangga, produksi ini bergerak di bidang indusrti tahu. 

Awal mulanya industri pengolahan tahu ini berasal dari Dukuh Purwogondo yang kemudian dalam perkembanganya industri pengolahan tahu ini menyebar ke daerah sekitarnya yaitu di kelurahan Ngabeyan dan Wirogunan dengan jumlah masing-masing 9 dan 13 unit usaha kecil pengolahan tahu, dalam proses pengolahan tahu 3 kelurahan tersebut setidaknya memproduksi tahu dengan tiga jenis diantaranya yakni Tahu Putih, Tahu Magel dan Tahu Pong. 

Usaha tahu di Wirogunan dan Ngabeyan lebih bervariasi jenisnya yakni memproduksi ketiga tahu tersebut, namun berbeda dengan di Dukuh Purwogondo yang hanya mengutamakan produksi tahu putih, hal ini didasari karena Dukuh Purwogondo lah yang menjadi pencetus awal dari usaha produksi diantara dua kelurahan lainya yang harus tetap dihidupkan eksistensi awal mula berdiri industri tahu di daerah tersebut. 

Secara umum tahu memiliki kaya akan manfaatnya seperti asam amino yang telah dianjurkan oleh FAO/WHO sehingga baik untuk kesehatan. Asam amino lysine merupakan asam amino esencial yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia dan harus dipasok dari luar tubuh selaiin itu juga terkandung kalori dan protein yang sangat bermanfaat bagi tubuh kita.

Tahu putih yang diproduksi di dukuh Purwogondo ini berbahan baku utama kedelai lokal dan kedelai impor yang berasal dari negara Amerika Serikat, yang sudah terjamin kualitasnya. Seperti halnya dengan industri kecil menengah yang dikelola oleh Ibu Minah yang bisa ditemui di Dukuh Purwogondo Kartasura ini ya mencampur bahan dasar tahu lokal dengan tahu import Amerika Serikat "kalau tidak dicampuri dengan kedelai Amerika tidak berani mas, soalnya kualitas kedelai kita emang tidak sebagus kualitas sana mas, makanya kita campuri supaya lebih enak mas" ujar salah satu karyawan Ibu Minah. 

Proses yang dilakukan di industri produksi tahu yang dimiliki oleh Ibu Minah ini semuanya masih menggunakan alat tradisional dan masih menggunakan tenaga manusia secara penuh jadi tidak heran lagi jika kita menonton langsung proses pembuatan tahu putih ini akan menjumpai alat yang sudah tua bahkan sudah karatan karena memang disitu ciri khas industri rumahan yang sudah berdiri sejak lama akan tetapi cita rasanya tidak perlu ditanyakan lagi.

Ibu minah selaku pemilik dari usaha yang berkembang di bidang produksi tahu ini mengaku memutar otak secara extra untuk bisa bertahan dan tidak memecat para karyawan yang bekerja di usaha miliknya disaat pandemi covid yang belum usai ini dan malah tambah parah. "kalau keadaan pandemi kayak gini sih emang menyulitkan ya mas apalagi untuk saya yang usahane cuma kecil-kecilan seperti ini, ya salah satune jalan biar usahane ra mati yo mengurangi jumlah import kedelai dari Amerika mas soalnya biaya masuk kesini juga mahal dan belum lagi pendapatan yang turun drastis akibat pandemi ini mas" ujar sang pemilik, Ibu Minah (47). Pandemi covid yang belum usai ini tidak menyurutkan semangat para pemilik industri rumahan produksi tahu yang berada di dukuh Purwogondo ini hal ini terbukti melalui semangat Ibu Minah untuk bertahan dari pandemi ini.

Di Dukuh Purwogondo ini yang menjadi awal pencetus berdirinya industri rumahan produksi tahu khusunya produksi yang dimiliki oleh Ibu Minah dalam sehari bisa bisa menggoreng tahu dalam 50 gorengan yang dalam satu wajan penggorengan bisa memuat 50-60 biji tahu, artinya dalam sehari produksi Ibu Minah bisa mencapai 2.500 biji tahu. Para pelanggan yang sudah menjadi langganan tahu produksi Ibu Minah ini biasanya sih restoran yang tidak jauh dari lokasi dimana menjadi tempat produksi Ibu Minah itu dan kadang ada juga pedagang pasar yang membeli produksi tahu Ibu Minah untuk dijual lagi di pasar tradisional yang tidak jauh dari lokasi tersebut.

Foto Salah Satu Karyawan Ibu Minah yang Sedang Menggoreng Tahu (dokpri)
Foto Salah Satu Karyawan Ibu Minah yang Sedang Menggoreng Tahu (dokpri)
"Berat mas pas pandemi kayak gini tiap harinya harus tembus 2.500 an biji tahu, sehari laku 1.000 biji aja saya dan karyawan sudah senang dan bersyukur mas" ujar Ibu Minah. Memang pandemi covid yang belum usai ini sangat terdampak bagi sektor usaha mikro kecil dan menengah ini tentunya hal ini sangat dirasakan bagi ibu 2 anak ini. 

Selain Ibu Minah yang mengurangi jumlah impor kedelai Amerika ibu 2 anak tersebut juga memutar otak pada saat bulan ramadhan berlangsung dan para karyawan Ibu Minah yang selalu mendukung langkah yang digunakan pemilik tersebut guna menyelamatkan industri produksi tahu tersebut langkah tersebut tidak lain adalah dengan berjualan tahu yang sudah matang yang diberi varian rasa yang kemudian dijual di pinggir jalan raya dekat dengan rumah Ibu Minah. 

"itu mas strategi yang saya gunakan untuk bisa dapet penghasilan di masa pandemi kayak gini mas dan allhamdulilahnya laku lumayan banyak mas, kan pada waktu itu menjelang buka puasa jadi banyak yang mencari takjil untuk berbuka puasa" ujar sang pemilik yang penuh kebahagiaan dan sang pemilik juga mengaku bahwa diadakannya subsidi bantuan dari pemerintah mengenai bantuan untuk UMKM atau usaha mikro kecil menengah agar dapat bangkit di masa pandemi ini sangatlah bermanfaat untuk menambah modal untuk membeli bahan baku kedelai yang bisa dikatakan sedikit mengalami kenaikan pada saat pandemi seperti ini.

Foto dengan Sang Pemilik, Ibu Minah (dokpri)
Foto dengan Sang Pemilik, Ibu Minah (dokpri)
Dari pandemi kita belajar bahwa menjadi pebisnis usaha kecil-kecilan di era sekarang ini memanglah sulit belum lagi kondisi yang harus menjadikan kita selaku pelaku usaha untuk memutar otak dan tentunya tidak patah semangat, memang pada saat pandemi seperti saat ini banyak sekali pelaku usaha mikro yang gulung tikar dan banyak juga yang bisa bertahan dalam kondisi seperti saat ini tentunya itu semua tidak lepas dari semangat yang kita lakukan seperti Ibu Minah tersebut yang mampu bertahan di masa pandemi demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya dan para karyawannya, untuk itu jangan takut untuk menjalani suatu bisnis yang kita kembangkan karena sejatinya memang kita ditakdirkan untuk senantiasa berjuang dalam segala hal dan selalu bersyukur akan nikmat yang tuhan berikan kepada kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun