Mohon tunggu...
Viechencia Angelin
Viechencia Angelin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

....

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Komunikasi Persuasif 2024

16 September 2024   13:14 Diperbarui: 16 September 2024   13:20 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pada hari Jumat 16 Agustus 2019, DPR dan DPR RI mengadakan sidang bersama di komplek MPR-DPR di Senayan, Jakarta, untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Presiden Joko Widodo berpidato pada Sidang Bersama DPD RI-DPR RI 2019 tentang kemajuan besar Indonesia, serta meminta izin dan dukungan pemerintah dan rakyat Indonesia untuk memindahkan Ibu Kota ke Kalimantan.

Jokowi yang mengenakan baju adat Sasak, Nusa Tenggara Barat, memulai pidatonya dengan mengajak semua orang untuk meneguhkan kembali semangat pendiri bangsa Indonesia. Beliau mengingatkan kita bahwa Indonesia bukan hanya Jakarta, bukan hanya pulau Jawa, tetapi Indonesia adalah seluruh pelosok tanah air. 

Kita sebagai rakyat diajak untuk bersikap optimis dan bekerja keras dibawah pimpinan beliau dalam mewujudkan lompatan kemajuan Indonesia bersama-sama. Pidato sepanjang 31 menit ini termasuk upaya Jokowi dalam mempersuasi semua orang untuk melakukan perubahan demi Indonesia yang lebih baik dan lebih maju.

Di era globalisasi yang mengalami pendalaman dan dipermudah oleh Revolusi Industri 4.0 pada saat itu, Jokowi meyakinkan bahwa arus komunikasi dan interaksi yang semakin terbuka harus dimanfaatkan sekaligus diwaspadai karena hal tersebut juga membawa ancaman terhadap ideologi, kesantunan, tradisi, budaya, hingga warisan kearifan lokal bangsa. Menurut Jokowi, persaingan juga harus dihadapi dengan kreativitas, inovasi, dan kecepatan. 

Oleh karena itu, kita harus berubah dengan strategi dan cara-cara baru. Hal ini ditegaskan Jokowi dengan berkata bahwa "kita tidak cukup hanya lebih baik dari sebelumnya, tetapi kita harus lebih baik dari yang lainnya."  Kompetisi global yang ketat dalam merebut pengaruh, pasar, dan investasi harus dilakukan lebih cepat daripada negara lain. "Lambat asal selamat tidak lagi relevan karena yg kita butuhkan adalah cepat dan selamat," tambahnya.

Sebagai rakyat, ucapan Jokowi tersebut sudah cukup mempersuasi kita yang mendengarkan agar lebih peka terhadap persaingan dunia yang sedang terjadi dan turut serta dalam membangun Indonesia yang lebih baik. Beliau mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi membantu kita melompat dan mendahului bangsa lain. 

Kita juga membutuhkan sumber daya manusia yang unggul; berhati Indonesia, berideologi pancasila, toleran, berakhlak mulia, terus belajar, bekerja keras, dan berdedikasi. Jokowi meyakinkan bahwa "berbekal inovasi, kualitas SDM, penguatan dan penguasaan teknologi, kita bisa keluar dari kutukan SDA kita."

Jokowi mengajak semua orang untuk berani memulai dari sekarang, seperti beberapa lompatan kemajuan yang sudah dilakukan dengan memulai program B20. Kita diajak untuk berani melakukan ekspansi, "from local to global." Jika kita segera serius berbenah bersama-sama, Jokowi percaya bahwa kita mampu melakukan lompatan-lompatan kemajuan secara signifikan. Pembenahan ini dilakukan di segala bidang, mulai dari bidang pendidikan, kesehatan, hingga politik.

Jokowi juga mengajak untuk mereformasi perundang-undangan secara besar-besaran. "Saya mengajak kita semuanya, pemerintah, DPR, DPD, MPR, juga Pemda dan DPRD, utk melakukan langkah-langkah baru," ucapnya. Regulasi yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman harus dihapus, regulasi yang tumpang tindih, tidak konsisten, harus diselaraskan. Jokowi mengingatkan bahwa "inti dari regulasi adalah melindungi kepentingan rakyat serta melindungi kepentingan bangsa dan negara." Jokowi juga mengingatkan aparat negara untuk berubah menjadi lebih baik dengan menegaskan "kita tidak kompromi aparat yang mengingkari pancasila, kita tidak kompromi aparat yang tidak melayani, yang tidak turun ke bawah."

Dan di akhir pidato, Jokowi pun meminta izin dan dukungan untuk memindahkan ibu kota negara Indonesia ke pulau Kalimantan. Ibu kota bukan hanya simbol identitas bangsa tetapi juga representasi kemajuan bangsa. Beliau meyakinkan bahwa ini demi terwujudnya pemerataan dan keadilan ekonomi, demi visi Indonesia maju, Indonesia yang hidup selama-lamanya.

Pidato Jokowi ini sudah cukup persuasif dikarenakan pesan yang disampaikan sangat optimis tentang masa depan Indonesia, dengan fokus pada pembangunan infrastruktur, sumber daya manusia, dan inovasi teknologi. Optimisme ini membentuk rasa percaya diri dan harapan  para audiensnya sehingga pesan yang disampaikan mudah diterima. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun