Menjadi atlet adalah pilihannya untuk dapat meningkatkan nafsu makan. Ia adalah Rifda Irfanaluthfi, seorang atlet senam yang memiliki postur tubuh kecil, kurus dan sering tidak nafsu makan saat kecil. Ia pun memilih untuk rajin berenang sejak  duduk di bangku TK untuk memperbaiki tingkat nafsu makannya. Menurutnya, setelah berenang akan lebih cepat merasakan lapar sehingga memicu dirinya untuk lebih nafsu makan. Lambat laun, Rifda sering mengikuti perlombaan renang sedari TK sampai SD hingga memperoleh banyak medali. Seiring berjalannya waktu, teman-teman Rifda tumbuh besar dan memiliki postur tubuh yang lebih tinggi dari dirinya. Menurutnya, jika melanjutkan di cabang olahraga renang, dirinya akan tertinggal oleh lawannya yang memiliki postur badan lebih tinggi.  Lalu orang tuanya mencari cabang olahraga lain yang bisa ditekuni oleh postur tubuh kecil agar Rifda tetap bisa berprestasi walaupun memiliki postur tubuh yang tertinggal dari teman-temannya tersebut. Ibundanya lah yang memasukkan Rifda ke sanggar senam, karena Rifda merupakan orang yang mudah bosan dan ingin gerakan yang bervariasi.
Saat berusia SD, Ia menekuni cabang olahraga senam artistik dan memenangkan  pertandingan di Singapura dengan memperoleh 3 medali emas dan 1 medali perunggu. Sejak saat itu, semakin terlihat bahwa potensi yang Ia miliki di cabang senam lebih baik dibandingan di cabang renang. Walaupun memiliki postur tubuh kecil, menjadi seorang atlet senam artistik tidak dituntut untuk memiliki postur tubuh tinggi, melainkan yang terpenting adalah kelenturan dan keindahan gerakan senam itu sendiri. Dalam cabang olahraga senam artistik, Ia pun memulai debutnya sebagai atlet internasional saat bertanding di Doha, Qatar kemudian baru memperoleh medali perunggu pertamanya dalam ajang SEA GAMES 2015 di Singapura. Perolehan medali lainnya yaitu medali perak di SEA GAMES 2017 Kuala Lumpur, 3 medali perunggu di SEA GAMES 2017 Kuala Lumpur, 1 medali emas SEA GAMES 2017 Kuala Lumpur, 2 medali perunggu Islamic Solidarity Games, dan 1 medali perak dalam ASIAN GAMES 2018.
Cara Membagi waktu latihan dengan sekolah
Ketika masih SD, Rifda pernah pindah sekolah sampai 6x dikarenakan jadwal sekolahnya yang harus mengikuti jadwal latihan senamnya supaya bisa fokus latihan untuk meneruskan prestasinya tersebut. Pada saat di sela waktu latihan, Rifda mengikuti bimbingan belajar agar tidak terlalu tertinggal dengan pelajaran di sekolahnya ketika masih SD itu. Karena giat latihan senam, Rifda sering tidak masuk sekolah demi memfokuskan diri untuk lebih berprestasi. Setelah memasuki bangku SMP, Rifda masuk sekolah khusus olahragawan sehingga Ia tidak perlu khawatir membagi waktu antara latihan dan sekolah. Dalam sekolah khusus olahragawan, jadwal belajarnya sudah ditentukan dari jam 8 pagi hingga jam 12 siang, sedangkan untuk latihan ditentukan dari subuh sampai jam setengah 8 pagi.
 Hambatan Menjadi Seorang Atlet
Menurutnya, potensi atlet Indonesia dengan atlet luar negri itu sama saja, namun Indonesia masih terbatas dalam kebutuhan peralatan latihan. Seharusnya atlet Indonesia bisa bersaing dan lebih bagus dari negara tetangga, tetapi menjadi biasa-biasa saja. Disaat atlet terdorong untuk terus latihan, tetapi alat pendukungnya terbatas sehingga menimbulkan rasa khawatir akan cedera karena alatnya yang kurang aman.
Hambatan yang lain yaitu kurangnya pelayanan fisioterapis di Indonesia untuk para atlet. Seharusnya satu cabang olahraga memiliki satu fisioterapis dan measurenya masing-masing. Saat atlet ingin melakukan repetisi latihan lebih banyak lagi  dengan intensitas yang lebih tinggi, malah menjadi terhambat dikarenakan  ototnya yang terus dipakai tetapi tidak dirawat oleh fisioterapis tersebut.
Tips untuk menjadi atlet
 Jika seorang anak ingin menjadi atlet, orang tua harus terlebih dahulu mengenali kepribadian anaknya. Sesuaikan postur tubuh anak dengan cabang olahraga yang diminati nantinya. Seperti contohnya orang tua Rifda menyesuaikan postur tubuh Rifda untuk menjadi atlet senam dibandingkan menjadi atlet renang dikarenakan postur tubuh Rifda yang kecil akan mudah terbalap oleh postur tubuh yang lebih tinggi di cabang renang. Lalu juga carikan cabang olahraga yang sesuai dengan potensi seorang anak. Untuk menjadi atlet, seorang anak harus mau disiplin dan mulai dilatih sejak usia dini. Karena di usia dini adalah tempat untuk memoles gerak dasar, lalu di usia SMP untuk menyempurnakan gerakan, baru saat golden age di SMA Ia akan mendapatkan prestasi yang ditargetkan.