"Oh... itu jembatan yang buat shooting film KKN di Desa Penari ya ?" itulah kalimat pertama yang keluar, saat Agatha - seorang teman yang mengusulkan untuk pergi ke Plunyon - Kalikuning.
Saya dan Agatha, sedang dalam proses riset untuk sebuah projek tugas salah satu mata kuliah. Kami harus mencari dan melakukan riset untuk beberapa tempat di sekitar gunung Merapi.
Kebetulan saat itu, kami sedang berada di petilasan Mbah Maridjan, yang lokasinya hanya berjarak sekitar 3,5km dari lokasi tujuan. Jembatan Plunyon, sempat viral di media sosial karena muncul di salah satu scene film fenomenal, yaitu KKN di Desa Penari. Sehingga, setelah penayangan film tersebut, banyak orang berkunjung, mengabadikan moment di tempat tersebut, tepatnya di sekitar jembatan Plunyon, lalu mengunggahnya di media sosial, membuat jembatan Plunyon menjadi viral di masa pandemi.
Kami melakukan perjalanan sekitar 10 menit menggunakan motor, hingga sampai di area parkir. Plunyon Kalikuning, berlokasi di Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman - Daerah Istimewa Yogyakarta. Harga parkir di tempat tersebut masih tergolong normal, dengan nominal Rp. 3.000 rupiah. Selanjutnya kami harus berjalan sekitar 100 meter untuk sampai ke pos loket. Untuk harga tiket adalah Rp.10.000 rupiah setiap orang, ketika akhir pekan.Â
Begitu masuk melewati pos loket, kita akan menemukan sebuah taman bermain dan mini outbond yang lokasinya agak di bawah kiri jembatan. Dari titik masuk itu pula, kita juga dapat langsung melihat jembatan utama yang kini menjadi sebuah spot ikonik. Pada awalnya, saya mengira bahwa jembatan ini adalah bangunan peninggalan Belanda, namun ternyata, jembatan ini merupakan hasil bangunan warga sekitar di kisaran tahun 1982 - 1983 untuk keperluan irigasi. Jembatan terbagi menjadi 2 bagian dengan total panjang hampir 700 meter. Area ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM).Â
Pada erupsi Gunung Merapi tahun 2010, salah satu tempat yang terkena imbas dari awan panas adalah jembatan ini, dan sempat rusak, namun kemudian diperbaiki kembali menjadi seperti sedia kala.Â
Dalam Bahasa Jawa, kata Plunyon berarti licin, sebab di bawah Kali Kuning terdapat banyak bebatuan yang licin.
Posisi jembatan lurus searah dengan gunung merapi. Sebuah pemandangan yang indah, karena adanya perpaduan pemandangan puncak gunung merapi, aliran sungai yang berundak, serta dikelilingi bukit dengan pepohonan yang masih asri, sehingga membuat udara tetap sejuk walau matahari sedang bersinar terik.
Tentu kami menyempatkan untuk berfoto-foto di kedua area jembatan tersebut, meski dengan waktu terbatas, karena harus bergantian dengan pengunjung lain yang cukup banyak ketika hari Minggu.Â
Kami lanjut menyusuri ujung jembatan, hingga bertemu sebuah aliran air. Di sisi kiri dibentuk semacam selokan irigasi dengan air sangat jernih, dan di sisi kanannya terdapat aliran sungai besar yang juga berhulu di Gunung Merapi, dan tampak bendungan di bagian tengahnya.
Kami memutuskan beristirahat sejenak sambil menikmati pemandangan dan main air di area sungai, yang kebetulan sedang surut dengan arus yang tidak deras. Sesekali terlihat burung terbang dan menyambar permukaan air untuk minum dan menjadikannya sebuah pemandangan menarik.
Duduk dan berdiam sejenak di pinggir sungai, dapat membuat perasaan lebih jernih dan pikiran lebih tenang. Kicauan burung-burung dari area hutan yang mengelilingi sungai, menambah paduan keindahan alam yang disajikan. Suasana tersebut membuat kami betah berlama lama di tempat ini.
Wisata Plunyon Kalikuning buka mulai pukul 09.00 hingga 15.00 WIB setiap harinya. Penting bagi para pengunjung untuk tetap mengutamakan keselamatan dan menjaga kebersihan area sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H