Mohon tunggu...
Widiya Wanta
Widiya Wanta Mohon Tunggu... -

Aku lahir di kota kecil bernama WONOSARI. Kuliah di UNY jurusan Matematika, tapi tidak menyurutkan semangatku untuk menulis cerita pendek.....Suatu hari, akan terbit buku atas namaku sendiri...AMIN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dunia Lain

9 Juli 2011   03:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:49 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DUNIA LAIN

Pada mulanya adalah sebuah mimpi, yang menciptakan dunia baru dalam kehidupanku. Aku tidak menganggap mimpi sebagai sesuatu yang baru, karena ia selalu hadir di setiap malamku ketika aku masih kecil. Dan kini ia muncul lagi, menghadirkan cerita dan lakon yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Tapi bagaimanapun itulah mimpi, sebuah dunia misteri antara benar dan salah, antara nyata dan ilusi. Namun mimpi – mimpi itu selalu kubutuhkan untuk menemaniku dalam malam – malam yang larut dan gelap, tanpa bintang dan bulan yang entah singgah dimana.

Dari dalam mimpi – mimpiku yang baru ini, aku bisa menemukan dunia baru, makhluk – makhluk baru yang belum pernah kulihat sebelumnya. Makhluk yang entah dari planet atau galaksi mana. Apa mereka alien ? Sepertinya aku satu – satunya manusia dalam dunia di mimpiku itu. Dunia yang gelap. Hampir tidak ada cahaya yang masuk kecuali sinar matahari yang menerobos celah di antara mahkluk – makhluk aneh itu karena mereka sangat banyak. Banyak sekali. Siapa mereka ? Yang terdiam dengan segala tingkah laku mereka.

Benar – benar dunia yang gelap. Aku hampir tak bisa melihat makhluk – makhluk aneh itu. Gelap sekali. Sangat berbeda dengan duniaku yang terang benderang dengan kilau lampu – lampu kota yang tak pernah padam di malam hari. Dan di siang hari, matahari tak pernah malu dan jemu memanjakan manusia dengan sinarnya yang berkilau dan terik, sehingga aku dan manusia yang lain harus segera masuk rumah yang ber-AC untuk mendinginkan diri. Dunia apa ini ? Hanya satu kata yang sempat terlintas, gelap. Aku beranikan diri melangkah menyusuri jalan setapak kecil yang ada di depanku meskipun sangat sulit karena cahaya yang sangat sedikit yang di terima oleh retina mataku. Dalam dunia remang – remang yang nyaris gelap aku bisa melihat matahari mulai semakin terang. Mungkin sebentar lagi pagi. Aku masih tak tahu dimana jalan keluar yang bisa mengembalikan aku ke dunia ku sendiri. Percuma aku tanya pada mereka karena sepertinya semua bisu dan tuli. Mereka tak mau menjawabku. Tak menghiraukan aku sama sekali. Mereka hanya sesekali bergerak sedikit tanpa bicara sepatah katapun. Jalan makin sulit ku lihat ketika muncul asap putih yang bergerombol memenuhi dunia itu. Seperti asap rokok tapi dalam jumlah yang sangat banyak. Tapi asap ini tidak membuatku terbatuk – batuk.Tidak seperti ketika aku berdekatan dengan perokok – perokok berat yang ada di kantor. Asap yang kudapati di dunia itu putih ke abu – abuan. Berkilau dan basah. Tidak bau seperti asap rokok, namun segar dan membuatku ingin terus bermain – main dengan asap itu.

Matahari mulai tinggi. Makhluk – makhluk itu tetap tak bergeming dan tetap berdiri kokoh. Seolah – olah tak terpengaruh oleh panasnya matahari. Asap – asap putih mulai menghilang di telan sinar matahari yang menyusup di antara makhluk – makhluk aneh itu. Aku mulai bisa melihat jalanan dan makhluk – makhluk itu dengan jelas. Aku terperanjat, ternyata mereka banyak sekali. Makhluk – makhluk aneh itu banyak sekali. Aku benar – benar terkejut melihat bentuk mereka yang aneh. Mereka bermacam – macam. Ada yang tinggi, ada yang pendek, gemuk kurus, bahkan ada yang kecil. Dan terjawab sudah kenapa mereka tak mau menjawab semua pertanyaanku. Mereka tak memiliki mulut. Aku tak tahu apakah mereka memiliki telinga atau pun otak, karena bagian tubuh mereka yang aneh, yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Mereka tak pernah berpindah tempat. Aku melihat kaki mereka menghujam tertancap ke dalam tanah. Aku tak mengerti kenapa mereka sanggup bertahan dengan keadaan seperti itu. Dari makhluk – makhluk aneh yang ada di dunia itu, aku melihat kaki mereka berbeda – beda. Ada yang berkaki kecil tapi sangat banyak, namun ada juga yang berkaki besar tapi hanya sedikit, meskipun masih lebih banyak daripada kakiku yang hanya ada dua. Kaki mereka menjalar kemana – mana. Aku tak tahu berapa panjang dan dalam kaki mereka masuk mencengkeram tanah. Postur tubuh mereka juga sangat beraneka ragam. Ada yang tinggi sekali, mungkin lebih dari lima belas meter, namun ada juga yang pendek, setinggi lututku. Siapa mereka yang hanya berdiri terdiam tanpa menghiraukan aku sedikitpun ?

Aku hanya sendiri di dunia itu. Berjalan dan terus mencari jalan keluar dari dunia yang remang – remang, dengan cahaya matahari yang sangat sedikit masuk menerobos seperti lampu senter yang memancar jauh. Aku lelah. Terus berjalan tanpa menemukan celah cahaya yang bisa kujadikan pintu keluar. Aku terduduk di samping salah satu makhluk aneh itu, atau mungkin tepatnya di bawah mereka, karena mereka sangat tinggi menjulang. Kini aku bisa memperhatikan mereka dari dekat. Sebagain besar dari mereka bertubuh tinggi besar. Mungkin tanganku pun tak muat jika harus memeluk mereka. Kulit yang coklat dan kasar tetap membuat mereka tampak bersih jika dibandingkan dengan kulitku yang menghitam terkena sinar matahari. Sebagian ada yang mulai terkelupas dan jatuh ke tanah. Pertanyaan demi pertanyaan mulai bermunculan di benakku. Apa mereka tidak merasakan merasa sakit ? Berapa umur mereka ? Apa mereka tidak akan mati ? Sungguh dunia yang aneh. Membuatku penasaran dengan segala tanda tanya yang besar di dalam otakku. Mungkin aku harus mengadakan penelitian terhadap mereka. Atau mungkin mereka adalah spesies baru di dunia ini, kecuali jika mereka memang tidak pernah ada dan hanya ada di dalam dunia maya, mimpi.

Aku pegang kulit salah satu makhluk itu. Kasar. Aku menatap ke atas. Mereka sangat tinggi. Bagian tubuh mereka yang aku anggap sebagai tangan ternyata juga sangat banyak. Tapi aku tak tahu apa yang ada di ujung tangan mereka. Pipih dan berwarna hijau. Mudah sekali tertiup angin seperti tak bertulang. Namun ada juga yang berwarna kuning dan merah. Dalam remang cahaya matahari aku masih bisa melihat bagian tubuh di ujung tangan – tangan mereka berjatuhan karena terlepas dari tangan mereka. Apa mereka tidak sakit ? Entahlah. Semakin kulihat ke atas semakin aku sadar ternyata mereka benar – benar tinggi. Di ujung atas tubuh mereka terdapat bagian yang sama seperti yang ada di bagian tangan, namun dengan jumlah yang jauh lebih banyak dan ukuran yang sedikit lebih besar. Seperti sedang melihat seorang raksasa berambut gimbal sedang berdiri tegak dengan rambut yang lebat dan berkibar tertiup angin. Berdiri angkuh dan tetap tak menghiraukan aku yang duduk dibawahnya. Namun aku merasakan sesuatu yang berbeda ketika duduk di bawah makhluk itu. Aku merasakan udara yang segar dan sejuk. Meski tak sedingin AC di kamarku, tapi aku bisa merasakan bahwa mereka seperti meniupkan udara kepadaku. Mungkin jika aku berlama – lama disini aku bisa tertidur. Tapi aku tak mau itu terjadi. Aku takut jika diamnya mereka hanyalah pura – pura belaka. Aku khawatir mereka menunggu waktu lengahku untuk menyerang dan merampas barang - barangku.

Perjalanan masih aku lanjutkan. Meninggalkan dia yang masih berdiri angkuh tanpa mempedulikan aku. Beberapa dari mereka yang bertubuh kecil tampak lebih riang karena mereka selalu menari – nari saat angin berhembus dengan kencang. Terlalu sibuk memperhatikan mereka, membuatku lengah. Tanpa sengaja aku menginjak salah satu kaki dari makhluk itu yang licin dan basah. Aku terpeleset. Sontak aku meraih apa yang bisa kuraih dengan tanganku untuk berpegangan dan membuatku aman tanpa harus terjatuh. Kuraih tangan dari beberapa makhluk yang paling dekat denganku dan berukuran setinggi diriku. Tapi ternyata tangan mereka sangat rapuh. Tangan kecil itu putus oleh tarikanku. Aku merasa sangat bersalah, mereka berdarah. Tapi yang membuatku terkaget – kaget adalah, darah makhluk itu putih dan ada juga yang bening. Tapi mereka tidak merasa sakit. Mereka tidak menjerit. Tidak juga melawan atau membalas perlakuanku kepada mereka. Aku harus segera berlari. Meninggalkan dunia dan makhluk – makhluk aneh ini.

Aku terbangun dengan segala tanda tanya yang menggantung di ujung angan – angan dan imajinasiku. Aku tak ingin menganggap mimpi ini hanya sebagai bunga tidur saja, karena seminggu terakhir ini aku selalu bermimpi tentang hal yang sama. Siapa mereka ? Apa mereka hanya makhluk semu yang tak nyata saja, alien, atau makhluk yang benar – benar ada tapi di belahan dunia yang lain ?

Terduduk diam. Memandang acara televisi yang monoton dan menjemukan tanpa ada ilmu yang bisa ku ambil dari itu semua. Laptop masih menyala danberkelap – kelip, mungkin ada email yang masuk. Senang rasanya bisa kembali ke peradaban dan buakn berada di dunia yang gelap tanpa ada listrik, televise, dan internet, dengan makhluk – makhluk asing yang tak ku kenal.

Iseng – iseng kubuka situs pencari di internet, mungkin saja aku bisa menemukan dunia yang ada dalam mimpiku dan tahu jenis makhluk yang ada di dalamnya. Tapi apa kata kunci yang harus ku ketik ? Mungkin situs ensiklopedi biologi dunia bisa menjawab semua pertanyaanku. Satu demi satu ku buka situs yang ada di ensiklopedi biologi dan kujelajahi dunia dengan perangkat laptop yang ada di kamarku. Setelah hampir dua jam mencari ternyata tak ada hasilnya, nihil. Tak ada satupun situs biologi yang bisa membantuku mengidentifikasi makhluk – makhluk dalam mimpiku. Aku terus berpikir dengan segala kemungkinan yang ada. Aku lanjutkan pencarian dengan membuka situs teknologi luar angkasa. Mungkin saja mereka adalah makhluk asing yang datang ke bumi. Setelah beberapa lama mencari ternyata hasilnya sama saja tak ada.

Apa yang harus aku lakukan ? Aku tak mungkin menanyakan ini kepada psikiater, aku tak mau di anggap gila atau berhalusinasi. Aku masih berpikir dengan segala kemungkinan. Aku orang yang terbiasa berpikir logis dan bukan orang yang berpikir irrasional, tapi dalam hal ini sepertinya aku harus memasukkan semua kemungkinan termasuk hal – hal yang irrasional tersebut. Tapi intuisiku menganggap mereka adalah rasional. Mungkin aku harus bertanya pada seseorang. Tapi tidak secara langsung tentang mimpiku. Kubuka situs pribadiku dan ku tulis, ”ILMU APA YANG PALING EKSAK / PASTI ?” Lalu ku unggah agar bisa di baca banyak orang. Hanya dalam dua menit, sudah ada tujuh puluh pesan yang masuk, dan ternyata jawaban mereka sama, sejarah. Kenapa tak terpikir olehku sebelumnya ? Sejarah adalah ilmu yang menyimpan masa lalu dan disusun berdasarkan fakta, bukan opini atau temuan – temuan manusia yang mutakhir. Sejarah adalah sesuatu yang pernah terjadi.

Tanpa pikir panjang ku buka situs ensiklopedi sejarah dan mencari keberadaan makhluk – makhluk itu. Ternyata benar, dari situs itu aku lihat banyak sekali foto – foto manusia jaman dulu dan makhluk – makhluk itu ternyata jauh lebih banyak dari jumlah manusia. Dan dari situs itu aku tahu bahwa nama mahkluk itu adalah......pohon.

IDENTITAS PENULIS

Nama: WIDIYAWANTA, S. Pd. Si

Alamat: Jl. Ki Ageng Giring 21 Trimulyo 2 Kepek

WonosariGunungkidul D. I. Yogyakarta 55813

Tempat / tanggal lahir: Gunungkidul, 12 Maret 1982

Pekerjaan: Guru

Instansi: SMK N 1 Wonosari

Telp / HP: 08562884533

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun