Mohon tunggu...
Vidi Susanto
Vidi Susanto Mohon Tunggu... Lainnya - Photography

Mahasiswa tingkat akhir Gemar potography

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bersama Orang Baik, Menuju Tempat Baik

16 Maret 2023   22:21 Diperbarui: 24 Mei 2023   13:02 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung adat Baduy Luar, Gajeboh/Dok Pribadi

Sore itu banyak kekesalan yang melanda, mulai motor yang sulit diajak ngebut, udara dini hari yang begitu dingin, celana ganti yang tak terbawa hingga jas hujan yang tertinggal di rak depan sepedah motor.

Ini kali pertama saya mengunjungi Kampung Adat Baduy. Persiapan begitu matang dari H-2 minggu sebelum pemberangkatan, saya sudah mempersiapkan apa saja yang akan dibawa dan sedikit membayangkan dialog-dialog yang khas dari masyarakat Baduy.

Bersama Komunitas Langkah perjalanan dimulai. Kali pertama bergabung tak ada kesan malu dalam benak diri, tak seperti sebelum-sebelumnya dengan komunitas yang sama, rasanya untuk ngobrol dengan orang yang baru kenal sulit saya lakukan, lebih banyak berdiam dan mendengarkan dialog mereka. Namun kali ini rasanya kebiasaan tersebut hilang dengan sendirinya.

Kang Poedji Irawan ketua Komunitas Langkah tentunya bukan orang baru, sebelumnya kita pernah melakukakan trip bersama ke wilayat Cianjur tepatnya di Gunung Padang, Stasion Lampegan hingga Bumi Ageung Cikidang, yang menjadi tempat singgah Bupati Cianjur yang ke-10 Raden Adipati Aria Prawiradiredja II, yang menjabat pada priode 1862-1910.

Saya masik ingat pada saat berunjung ke Gunung Padang, dimana kita berdua berada dibarisan jok paling belakang. Banyak dialog yang terjadi salah satunya kejadian yang dialami di kota Subang hingga perkara seke cai/ mata air.

Dari obrolan mengenai seke cai, beberapa hari setelah obrolan itu saya diundang beliau untuk menghadiri launching film yang berjudul "Preserving The Seke", film pertama Indonesia yang diputar di International Film Festival Manhattan (IFFM).

Kembali keperjalaan menuju suku Baduy tepatnya ke kampung Gajeboh. Hujan turun tanpa tanda ketika rombongan baru berjalan 10 menit dari stasion Ciboleger, dari situlah baru sadar bahwa jas hujan yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari tertinggal dirak depan sepedah motor. Bingung antara takut tertinggal dengan rombongan atau merelakan kamera yang terus digulur hujan.

Sejenak berteduh sembari menghisap roko tak lama hujan pun reda, setelah beberapa menit berjalan hujan turun amat deras dan tempat untuk berteduh pun tak ada. Namun orang baik pun hadir memberikan jas hujan yang beliau punya untuk saya pakai. Nama nya Pak Nana, guru Bahasa Inggris dari salah satu SMP di kota Cimahi yang murah senyum. Semenjak di mobil kita tak banyak bicara walaupun saya duduk disampingnya hanya terhalang satu orang.

Dialog dengan pak Andy mengenai
Dialog dengan pak Andy mengenai "one line drawing"/Dok Pribadi

Selain dibuat terharu dengan apa yang dilakukan pak Nana, banyak pula ilmu yang saya dapat khususnya dari pak Andy mengenai teknik menggambar "One Line Drawing", yang sebelumnya juga sempat bertemu dikegiatan yang sama di Gununug Padang. Selain ilmu seni rupa, beliau banyak memberikan pemahanan mengenai ular yang sebelumnya belum saya ketahui mengenai jenis ular yang berbisa rendah, menengah hingga tinggi.

Selain itu teh Rossi istri dari kang Fery Curtis yang bekerja sebagai guru SMA di Wanayasa, ternyata kenal dekat dengan teman saya Hafis Radian Elder dan beberapa teman tenaga pendidik lainnya di SMA 1 Wanayasa. Tentunya semua ini berawal dari dialog yang terjadi, begitupun obrolan saya bersama kang Usep mengenai kehidupan, keinginan hingga politik sekalipun, saya banyak belajar dari beliau.

Setelah menginap satu malam di kampung Gajeboh saat nya kami pulang menuju kota Bandung, sebelum pulang agenda terakhir dari perjalanan Seba Baduy yaitu mengunjungi Situ Dangdang Ageung yang menempuh perjalanan selama 2 jam dari kampung Gajeboh dengan trek yang becek, licin serta curam. Dirasa cukup menikmati keindahan situ, rombongan kembali bergegas menuju terminal Ciboleger.

Tepat pukul 15:30 WIB rombongan pergi meninggalkan terminal Ciboleger setelah selesai dengan bersih-bersih, makan hingga membeli oleh-oleh khas Baduy. Tak jauh dari terminal Ciboeger ketika memejamkan mata untuk sejenak tidur, tak begitu lama ketika dihadapkan dengan jalanan yang rusak saya ingat pada jaket yang tak sempat dibawa di rumah makan yang sempat tadi kami beristirahat.

Gelisah penuh amarah terasa. Bagaimana tidak, dengan perkiraan kedatangan rombongan menuju Bandung tengah malam, dimana saya harus lagi menempuh jarak sekitar 1 jam menuju Kota Subang menggunakan sepeda motor. Tanpa jaket rasanya tak mungkin saya lakukan. Yang akhirnya saya mencoba menghubungi salah satu teman kuliah yang jarak rumahnya tak begitu jauh dari tempat awal keberangkatan. Saya sempat beristirahat beberapa jam yang akhirnya memberanikan diri untuk pulang dan tentunya meminjam jaket dari sodara Muhamad Angga Reza.

Namun tanpa disangka ketika hendak mencari sedikit peruntukan untuk menghubungi pemilik warung tempat dimana jaket tertinggal berbuah pada kabar baik, nyatanya pemilik warung sudi untuk membantu mengembalikan jaket yang tertinggal. Semoga semua kebaikan ini menjadi energi yang baik bagi saya pribadi untuk terus belajar menjadi orang baik dan bermangfaat khusunya bagi diri sendiri umumnya bagi seluruh makluk dimuka bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun