Mohon tunggu...
Vidi Susanto
Vidi Susanto Mohon Tunggu... Lainnya - Photography

Mahasiswa tingkat akhir Gemar potography

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ke Mana Perginya Halimun?

26 November 2021   10:04 Diperbarui: 26 November 2021   10:42 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kabut menyelimuti excavator/ foto : vidi susanto

Udara pedesaan memang hal yang sangat di rindukan bagi setiap orang yang jauh dari kampung halaman. Selain memberikan keindahan lewat alam nya, juga memberikan rasa nyaman bagi para penduduknya. Bertempat tinggal di kaki Gunung Tangkuban Perahu memang banyak memberikan keuntungan, selain di suguhkan hawa dingin yang membuat tidur terasa lebih nyenyak, juga tak sedikit masyarakat yang tinggal di kaki gunung menjadikannya sebagai mata pencaharian entah itu bertani, maupun jadi pegawai perkebunan. 

Sejak saya kecil keberadaan halimun (kabut) sering saya jumpai di pagi hari maupun sore hari. Bila kabut turun tak jarang sesudahnya sering tumbuh tanaman suung (suwung), sejenis jamur-jamuran yang tak memiliki musim. Tak jarang sebagian orang tua menyuruh anaknya untuk mencari suung tersebut, biasannya terdapat di area pesawahan maupun di area kebun, begitupun saya sering keluar mencari suung ketika turun kabut. Namun rasanya keberadaan kabut saat ini sulit saya temui yang tinggal di kaki Gunung Tangkuban Perahu sekitar 15 km dari kawah gunung. 

Keberadaan kebun teh di ruas jalan Tambakan hingga Tangkuban perahu menghiasi ingatan masa kecil. Bagaimanapun kebun teh menjadi ikon Kota sekaligus objek wisata yang sangat murah-meriah bahkan gratis. Tak jarang ayah sering mengajak saya bermain di ke kebun teh di akhir pekan untuk sekedar memandang hamparan tanaman teh, atau sekedar menyantap jagung bakar. Beranjak desawa ketika mendapat kesempatan kuliah di Bandung, kebun teh menjadi teman perjalanan ketika menuju Bandung. Kadang ketika diri merasa lelah dengan perjalanan pulang dan tugas kuliah, kebun teh menjadi pelepas pilu. Kekayaan di kawasan Subang Selatan memang tak usah di ragukan lagi. Selain bentang alamnya yang membuat takjub setiap orang, juga sejarah mengenai Gunung Tangkuban Perahu pun tak kalah menarik untuk kita pelajari. 

Lalu kemana perginya halimun! selain halimun yang sulit sekali untuk di jumpai, udara pun rasanya semakin hari rasanya bertambah semakin panas, udara di Subang Kota kian hari kian sama yang terjadi di area Subang bagian Selatan. Tentu banyak faktor dalam hal ini. Dugaan yang belum tentu kebenarannya yang saya ketahui dengan melihat, mendengan, maupun membaca.

Pertama, tingginya volume kendaraan roda dua maupun roda empat tentu berdampak buruk bagi pencemaran udara. Berikut zat-zat emisi gas buang yang di keluargan kendaraan antaralain: Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Nitrogen Oksida NO/ Nox dan Hidrokarbon (HC). Tentu jika zat tersebut terhirup akan berdampak buruk bagi kesehatan, merusak sistem pernapasan selain berdampak buruk akan lingkungan. 

Yang kedua, kurangnya peran pohon sebagai pembersih udara dari polutan. Selain menghasilkan oksigen yang setiap kita hirup, pohon pun berdampak baik dalam mengurangi efek rumah kaca oleh gas karbon yang berada di atmorfer, dan masih banyak kegunaan lainnya. lanskap Kota yang kian berubah pesat dengan banyaknya alih fungsi lahan sebagai objek wisata, tentu akan menjadi kenangan, bagaimanapun kebun teh telah sudi menemani setiap perjalanan. Tentu dengan marak nya alih pungsi lahan kita juga harus mementingkan lingkungan, jangan sampai banyaknya pembangunan di area tersebut berdampak buruk bagi sebagian orang. 

Untuk itu mari kita bersama-sama mengurangi penggunaan sepeda motor maupun mobil kalo memang tak begitu perlu. Menggunakan kendaraan umum dan berjalan kaki tentu akan berdampak baik bagi perekonomian angkutan umum bahkan kesehatan. Kesedaran lingkungan harus terus kita bangun dengan menjaga hutan, dan menanam pohon demi kemaslahatan orang banyak. ini harus kita tumbuhkan bersama, diawali dengan hal-hal yang kecil. Mohon maap bila ada kesalahan dalam penulisan. Ini semata-mata kecintaaan saya akan diri sendiri, akan akan lingkungan, akan bumi, tak terkecuali semuah penghuninya. Bila banyak salah mohon maapkan semoga ada hikmah di balik tulisan ini. Salam hangat dari saya, bagian kecil dari warga Subang yang cinta akan kedamaian. Rahayu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun