Mohon tunggu...
Vidi Alvedia
Vidi Alvedia Mohon Tunggu... -

I'm vidi,, I just ordinary boy,,I am the master of my fate,,\r\nI am the captain of my soul..!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Curhatan Seorang Anak

20 Oktober 2011   09:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:43 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di tengah malam ini

Kucoba tuliskan segores kata

Seukir senyuman nyata

Sebagai tanda cinta

Untukmu,

IBU....

Belum ada yang bisa kuberikan padamu, Bu...

Tidak emas

Bukan berlian

Bahkan permata

Apalagi tahta!

Yang ada hanya bohongku

Yang ada hanya bantahanku

Yang ada hanya gerutuanku

Jangankan senyum yang tersungging di wajahmu

Tapi yang ada malah air mata karna kelakuanku!

Sungguh Bu, lihatlah anakmu

Makin hari makin besar makin dewasa

Gurat tua di wajahmu pun nampak semakin nyata

Tapi,

Apakah makin besar baktiku padamu, Bu?

Katakan yang keras hingga Allah pun mendengar!

Sungguh, jawabannya tidak, Bu!

Yang ada aku semakin jauh darimu

Makin kasar terhadapmu

Tak lagi mendengarmu

Berasa diri ini sudah mampu menapak sendiri tanpa dirimu, Bu!

Diri ini sombong, diri ini angkuh!

Padahal,

Siapa aku, Bu...

Siapa aku...

Aku tidak akan ada disini tanpa dirimu

Aku yang keluar dari rahimmu beberapa tahun lampau

Bersimbah darah, bertatap dengan maut

Tapi apa, Bu...

Senyum...

Sebuah senyuman dan tangis haru yang malah ada pada dirimu,

Bukan caci maki dan sumpah serapah bahwa aku telah memberatkanmu...

Sekarang,

Ketika aku melawanmu,

Kau tak pernah lontarkan sumpah serapah mengutukku,

Yang ada kau malah mendoakanku

Mendoakan anak yang tak pernah tahu rasa terima kasih..

Duh, Ibu...

Sungguh, apakah kau tahu?

Tak salah Allah kirimkan malaikat padaku

dengan sebuah status mulia yaitu IBU...

Aku bersyukur, Bu

Sungguh bersyukur

Taqdirku bertemu denganmu

Taqdirku merasakan cintamu

Taqdirku memilikimu

IBU,

Andai kau tahu

Sungguh selama ini banyak hal yang ingin kuceritakan padamu

Banyak sekali kata maaf yang terkunci rapat di ujung bibirku

Tak terhingga kata cinta yang ingin kuutarakan padamu, Bu...

Tapi anak remajamu ini masih merasa malu

Walaupun diri ini sendiri bingung,

Untuk apa aku malu,

Pada IBUku?

Aku hanya bisa bilang,

IBU MAAFKAN AKU

IBU AKU MENCINTAIMU...

Bahkan lebih dari yang IBU tahu,

Karna aku tak pernah memberitahumu

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun