Mohon tunggu...
Vidia Hamenda
Vidia Hamenda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pegawai

suka nulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Moderasi Jangan Hanya Slogan

11 Desember 2024   14:22 Diperbarui: 11 Desember 2024   14:22 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita mengenal Abdurrahman Wahid sebagai bapak pluralisme Indonesia. Jika kita tilik lebih lanjut, sikap GusDur itu sikap pluralismenya itu, didasarkan pada sikapnya yang sarat moderasi beragama. Bahkan banyak pemikirannya soal relasi sosial dan relasi agama, jauh lebih maju dari masyarakat awam atau tokoh agama lainnya.

Apa sih moderasi agama itu ?

Moderasi beragama adalah jika seseorang atau kelompok memiliki keyakinan kebenaran agama sendiri secara mendalam dan teguh, namun dia atau mereka juga mampu menghargai dan menghormati penganut agama lain dengan keyakinan agama mereka sendiri, tanpa harus membenarkannya. Moderasi agama bukan pendangkalan akidah, sebagaimana ditafsirkan oleh beberapa orang itu.

Moderasi beragama dalam konteks sosio budaya adalah berbuat baik dan adil kepada yang berbeda agama. Sikap itu sendiri adalah bagian dari ajaran agama sebagaimana termaktub di al Mumtahanah ayat 8. Negara sendiri tidak membedakan hak dan kewajiban dalam melayani warga negaranya yang mungkin berbeda agama. Semua sama di mata negara.

Dalam konteks politik, berteman atau menjalin kerjasama dengan pihak atau orang yang berbeda agama, boleh-boleh saja. Bahkan jika kita merujuk pada pengalaman empiris Nabi Muhammad SAW di Madina, ada keharusan untuk terikat atau komit terhadap kesepakatan-kesepakatan politik yang sudah dibangun dengan pihak yang berbeda agama. Bahkan ada piagam Madina yang terkenal itu.

Seperti hal nya tokoh-tokoh Islam moderat seperti Gus Dur, Nurcholis Madjid KH Siddiq dan lain sebagainya. Mereka memberi ajaran paripurna tentang ajaran Islam serta tidak mengabaikan relasi sosialnya. Sehingga seorang Gus Dur bisa menjadi Presiden meski hanya dua tahun. Cak Nur juga banyak memberikan teladan yang mumpuni sehingga meski banyak yang menilai beliau sekuler namun keimanan dan pengetahuan Islamnya tidak bisa diragukan lagi.

Hanya saja, memang ada beberapa tokoh moderat yang terkadang lalai menampatkan diri di tengah masyarakat. Tak hanya lali namun cenderung ceroboh, sehingga masyarakat banyak yang antipati terhadap masalah ini. Beberapa akun misalnya mengatakan, "Mereka yang mengklaim diri sebagai moderat, pada kenyataannya tidak lebih baik dari kami yang kalian cap radikal."

Dalam hal ini, moderasi tidak boleh hanya menjadi slogan. Figur agama harus bisa menerjemahkannya dalam tindakan nyata yang memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun