Mohon tunggu...
Vidia Hamenda
Vidia Hamenda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pegawai

suka nulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenalkan Ayat Toleransi bagi Anak Didik Kita

4 Mei 2023   20:58 Diperbarui: 4 Mei 2023   21:06 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Yogya ada sebuah keluarga kecil yang menyekolahkan anaknya masing-masing di PAUD dan sebuah sekolah dasar negeri. Sang sulung di kelas empat SD negeri itu. Keluarga ini berasal dari keluarga besar islam moderat dari Jawa Timur.

Pada suatu hari, sang sulung berkata bahwa gurunya selalu mengatakan yang buruk soal orang-orang non islam. Malah dia melarang semua siswa di kelas itu bergaul dengan anak atau orang non muslim, apapun alasannya. Dia juga menyarankan untuk menjauhi gereja atau vihara atau pura tempat suci non muslim. Dia kerap berkata bahwa non muslim itu kafir.

Kebencian kepada non muslim seakan nyata terpancar dari sang guru itu dan beberapa murid yang berasal dari keluarga konservatif. Mereka acuh dan enggan bergaul dengan teman non muslim. Bahkan sering terlontar perasaan anti dan penuh rasa benci seakan mereka harus diperangi.

Sang sulung seakan melawan perkataan guru itu. Di keluarga ayahnya ada beberapa kerabat adalah non muslim. Namun mereka tidak saling bermusuhan dan mengatakan hal jelek satu sama lain. Karena itu sang sulun menyanggah perkataan sang guru soal non muslim yang selalu terindikasi buruk dan merupakan musuh umat islam. Dia juga mempersoalkan perkataan kafir kepada non muslim karena perkataan itu tentu amat menyakitkan bagi mereka.

Kebencian kepada non muslim memang sering dikenalkan oleh Lembaga pendidikan seperti sekolah dasar, menengah sampai perguruan tinggi. Bahkan  guru-guru yang kebetulan berpandangan konservatif terhadap agama, mentransfer faham faham tertentu ke anak didik, sehingga anak didik juga akhirnya terpapar faham itu.

Hal itu juga terjadi pada ekstra kurikuler seperti Rohani Islam (Rohis) baik di sekolah dasar , menengah maupun di perguruan tinggi ada ekskul ini. Umumnya para murid di SD banyak yang belum paham beberapa ayat di Al Quran yang mengandung ayat toleransi, dimana bahwa non muslim yang tidak memerangi mereka adalah saudara dalam kemanusiaan.

Beberapa ayat lain yang mengandung semangat toleransi adalah Qs. Al-Baqarah: 256. Bahwa "Tidak ada paksaan dalam menganut agama Islam, sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat". Untuk memperkuat pemahaman anak di bangku sekolah dalam urusan agama yang tidak boleh memaksa dan agar mereka menghargai perbedaan agama.

Mereka juga harus diperkuat atas satu prinsip iman, seperti yang ada dalam Qs. Al-Kahfi:29. "Dan katakanlah (Muhammad) "Kebenaran itu datang dari Tuhan; barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir".

Ayat-ayat seperti inilah yang harus diperkenalkan dan diperkuat. Bukan malah seperti sang guru si sulung  yang selalu menggambarkan bahwa perbedaan itu hal yang buruk. Jika ini terus menerus dilakukan oleh para guru di lembaga pendidikan, maka tidak heran 10-20 tahun lagi mereka akan radikal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun