Mohon tunggu...
Vidia Hamenda
Vidia Hamenda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pegawai

suka nulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perlunya Pendidikan Damai Bagi Semua

30 April 2016   09:55 Diperbarui: 30 April 2016   10:55 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

cintaperdamaian.wordpress.com

Mungkin begitu asing istilah pendidikan damai di telinga. Apalagi istilah tersebut diterapkan di dunia pendidikan seperti sekolah. Pendididkan damai, bisa jadi alternatif solusi, untuk meminimalisir maraknya paham kekerasan yang beredar di masyarakat saat ini. Melalui pendidikan damai, diharapkan anak-anak akan mempunyai filter, mempunyai sensor yang mampu mengendalikan diri, dan tidak mudah terpengaruh oleh ajaran-ajaran kekerasan. Terlebih kekerasan seringkali kita rasakan. Mulai dari tayangan televisi, buku bacaan, keluarga, hingga lingkungan.

Mungkin kita masih ingat adanya peredaran buku bacaan untuk pendidikan anak usia dini (PAUD), yang berisi mengenai ajaran jihad dan kekerasan yang mengatasnamakan agama. Terkadang kita sampai tidak habis pikir, bagaimana mungkin anak usia dini diajarkan mengenai kekerasan. Mungkin kita juga masih ingat, adanya indikasi 19 pesantren yang mengajarkan paham kekerasan atas nama agama. Lagi-lagi kita tercengang, orang belajar agama apa harus dengan kekerasan?

Disisi lain, banyak sekali tayangan televisi seperti sinetron, film atau yang lainnya, yang mengandung unsur-unsur kekerasan. Komik-komik juga seringkali diisi dengan gambar berantem. Banyak juga orang tua yang mendidik anak-anaknya terlalu keras. Niatnya agar si anak disiplin, tapi justru dilakukan dengan cara yang salah. Salah dikit dipukul. Salah dikit dijewer. Hal-hal semacam ini perlu diminimalisir dengan pendidikan damai dalam keluarga.

Di luar rumah, kadang kita juga sering menemukan forum-forum pengajian yang mengajarkan agar memerangi kaum kafir atau melakukan jihad. Ajakan itu juga disebarluaskan melalui sosial media. Alhasil, semua orang pun bisa mengaksesnya. Dan tak jarang juga banyak orang terpengaruh dengan ajakan itu. Padahal, berbeda agama hal yang wajar di negara plural seperti Indonesia ini. Bahkan dalam Islam juga menganjurkan untuk saling mengenal antar sesama, menghormati orang lain, dan menjauhkan dari kekerasan. Lalu kenapa masih ada ormas keagamaan yang  justru mengawarkan kekerasan untuk kepentingan tertentu?

Karena itulah, perlunya pendidikan damai bagi semua dan dimana saja. Pendidikan damai itu bisa dilakukan di keluarga, sekolah, perguruan tinggi, perusahaan atau yang lainnya. Potensi konflik yang bisia memicu unsur kekerasan, bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Perlu ada upaya untuk meredam. Dengan pendidikan damai, harapannya setiap orang bisa berlaku adil terhadap dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Tidak ada lagi kebencian yang bisa mengendalikan setiap perbuatan.

Pendidikan damai harus dilandasi nilai-nilai Pancasila. Karena di dalam Pancasila, ada nilai religius, moralitas dan demokrasi. Jika ketiga unsur itu bisa dipadukan, harapannya akan melahirkan manusia dengan perilaku yang toleran, perilaku yang adem, serta perilaku yang sesuai dengan ajaran agama. Sehingga kerukunan antar umar beragama, gotong royong, saling tolong menolong, murah senyum tanpa dilandasi amarah, yang menjadi ciri khas bangsa kita, bisa terjaga hingga generasi mendatang. Semua itu bisa dimulai dengan menerapkan pendidikan damai bagi semua, kapan saja dan dimana saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun