Lalu apa yang harus kita lakukan?Â
Mari kita merombak pola pikir kita. Untuk lebih memprioritaskan aspek spiritual sebelum aspek religius. Dalam kata lain, biasakan dengan berbuat baik kepada seluruh makhluk, bertoleransi dengan orang yang berbeda keyakinan, saling tolong menolong tanpa pandang bulu, dan menjalin hubungan yang harmonis antara alam, manusia dan Tuhan.
Jika hal tersebut sudah berhasil dilakukan. Bagaimana dengan aspek religius?
Ada 2 jenis persepsi orang tentang agama.
Pertama, orang-orang yang menganggap agama sebagai TUJUAN hidup matinya. Orang-orang dengan pikiran ini akan berusaha melakukan APAPUN yang tersurat dalam kitab suci. Bila orang-orang seperti ini menemukan ayat yang "agak ekstrim" maka ia akan menjalankannya tanpa merenungkan apa maksud sesungguhnya dalam ayat tersebut. Tidak peduli itu sesuai dengan lingkungan setempat atau tidak. Yang penting nurut sama apa yang tersurat. Orang-orang seperti ini tidak berani berpikir dengan kritis soal agamanya. Hal ini karena adanya perasaan takut jika tidak melakukan hal-hal yang tersurat dalam kitab suci, seperti ketakutan mendapat siksaan akherat misalnya.
Kedua, orang-orang yang menganggap agama sebagai JALAN untuk mencapai TUJUANNYA. Yang dimaksud jalan disini bukanlah memperalat agama untuk kepentingan duniawi. Tetapi orang-orang yang ingin mencapai kebahagiaan yang universal (ingat, bahagia berbeda konteksnya dengan kesenangan). Maka agama itu adalah jalan untuk mencapai kebahagiaan itu sendiri. Orang-orang seperti ini bila menemukan ada ayat yang "agak ekstrim" tentu akan memikirkan kembali makna sesungguhnya dari ayat tersebut. Bisa saja ayat tersebut berlaku di konteks yang berbeda dengan saat ini. Bila orang-orang ini adalah orang yang taat. Ia akan melaksanakan ajaran agama bukan karena rasa takut. Tetapi ia melakukannya sebagai jalan untuk mencapai kebahagiaan rohani.
Jadi yang ingin saya tekankan disini ialah:
Jadikanlah spiritualitas sebagai dasar dalam hidup, lalu jadikanlah agama sebagai jalan untuk mencapai kebahagiaan.Â
Jangan sekali-kali hanya bersifat agamis tetapi pemahaman spiritualnya nol besar. Lebih baik jadi orang yang membahagiakan daripada agamis tapi meresahkan.
Sekian dari saya, salam Damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H