Hei, jangan lupa buka pintu belakang rumahmu
Aku akan mampir malam ini
Untuk meminta air yang kau tawarkan tadi pagi
Akan kuteguk dengan syahdu,
pelan dan tidak terburu
Pasti kunikmati setiap tetesnya yang mengaliri dahagaku
akan dinginnya ujung-ujung jarimu
Hei, aku datang, kau membuka pintu belakang itu seperti pintaku
Benar, kau suguhkan merdu air
yang beradu dengan kaca
Aku tidak tahu apa namanya
Ada rasa manis di sana
dan asin; oleh air matamu
Kau mengucap duka yang kukecup di tepi gelas
Maka tersayatlah sampai kerongkonganku yang kemudian meradang
oleh tangis yang kau titip
Hei, rupanya kau membiarkan pintu depanmu terbuka
dan ada tamu di sana
Kau mengambil gelas yang baru habis separuh dari tanganku
Bukan lagi haus yang menjadi kesakitanku,
namun dia yang sungguh kau tawari madu;
madu dari senyumanmu yang mekar tanpa ragu
Dan yang tersisa adalah aku
yang menutup pintuku sendiri tanpa kunci,
namun terlampau keras untuk terbuka lagi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI