Seandainya saya pelukis, mungkin saya tidak akan membiarkan momen ini berlalu tanpa terabadikan di kanvas. Sayangnya lukisan saya tidak pernah mendapat nilai lebih dari 75, jadi saya memutuskan memotret saja.Â
Angin semakin kencang dan debur ombak semakin nyaring. Beberapa pengunjung turut duduk di pasir bersama kami, menikmati senja yang ditunggu sejak tadi. Hanya sekitar sepuluh menit kami bertahan di tepi pantai, karena senja mulai meredup.
Semakin gelap, angin pun semakin kencang berhembus ke daratan. Saya dan kawan bukan orang yang mampu bertahan di hawa dingin, kami cukup mudah masuk angin.Â
Dengan pasir yang masuk di sela-sela sepatu, kami menepi dan berjalan menuju parkiran. Sambil menertawai tumpukan tugas kami yang menanti untuk dikerjakan, kami memandangi lampu-lampu kecil di area pertambakan tepi pantai. Liburan sederhana di hari Minggu berakhir seiring perjalanan kami menyusuri sisa Jalur Lintas Selatan menuju ke bundaran Srandakan yang ikonik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H