Mohon tunggu...
Victo Surya Hartono
Victo Surya Hartono Mohon Tunggu... Lainnya - Bersekolah di SMA Kolese Kanisius

Tugas Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pentingnya Perilaku Pelajar dalam Penggunaan AI

24 Oktober 2024   20:17 Diperbarui: 24 Oktober 2024   20:40 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
candymarketing.co.uk/chat-gpt

Era digital yang ditandai dengan kemunculan kecerdasan buatan (AI) telah mengubah lanskap pendidikan di Indonesia. Fasilitas yang ditawarkan AI, seperti kemudahan dalam mencari informasi, Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, muncul kekhawatiran akan ketergantungan yang berlebihan terhadap AI, khususnya pelajar Indonesia yang seolah-olah membuat AI sebagai pengganti mereka dalam mengerjakan tugas. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada kualitas pembelajaran, tetapi juga pada perkembangan kognitif dan karakter pelajar Indonesia.

Penggunaan AI sebagai pengganti pelajar dalam mengerjakan tugas telah menjadi topik perbincangan serius dalam dunia pendidikan Indonesia. Fenomena ini memunculkan kekhawatiran akan kemampuan pelajar Indonesia dalam mendapatkan ilmu. Ketika pelajar terlalu bergantung pada AI, mereka berpotensi kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan pemecahan masalah yang merupakan pondasi penting dalam pembelajaran.

tirto.id
tirto.id

Dilansir dari tirto.id, hanya ada 13% pelajar yang mengaku tidak menggunakan bantuan AI dalam mengerjakan tugas mereka. Data ini menjadi perbincangan serius khususnya di dunia pendidikan Indonesia. Karena secara tidak langsung, mayoritas murid Indonesia sudah menormalisasi penggunaan AI untuk mengerjakan tugas.

Dampaknya, kreativitas siswa semakin berkurang di masa ini. Jika dulu siswa terbiasa menghasilkan ide-ide original dalam menyelesaikan tugas, kini mereka cenderung menyalin dan menempel secara langsung tanpa memperhatikan isi dari ide-ide itu. Hal ini menyebabkan menurunnya kemampuan berpikir kreatif siswa. Mereka menjadi kurang terbiasa dalam menghasilkan karya yang unik dan inovatif. Selain itu, ketergantungan pada AI juga dapat membatasi perspektif siswa. Ketika siswa hanya terpapar pada informasi yang disajikan oleh AI, mereka akan kesulitan dalam melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang.

tirto.id
tirto.id

Masalah ini juga diperparah oleh bobroknya kualitas sistem pendidikan di Indonesia. Kebijakan zonasi sekolah, penghapusan sistem tinggal kelas, dan absennya ujian nasional (UN) sebagai tolak ukur kemampuan siswa, telah membuat motivasi siswa Indonesia untuk bersaing semakin menurun. Akibatnya, siswa cenderung lebih mengandalkan AI untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

Ada akun Instagram yang sudah menyadari fenomena tidak baik ini. Seorang pelajar SMA dengan akun instagramnya @ghastianydhaa,membuat video mengenai buruknya pendidikan di Indonesia. “Murid SMA ini bikin video mirisnya pendidikan di Indonesia: bukannya memahami atau mempelajari malah nyomot dari Google" tulisnya dalam keterangan video dikutip pada Minggu (21/10/2024).

instagram.com/ghastianydhaa
instagram.com/ghastianydhaa

Video yang dibuat oleh pelajar SMA ini mulai naik di kalangan warganet. Karenanya, ada yang berani speakup masalah ini di media sosial. Sehingga masalah AI ini mulai naik ke permukaan dan para masyarakatpun juga ikut kesal akan kelakuan murid-murid di zaman sekarang.  

Penting untuk diingat bahwa AI hanyalah alat. Penggunaan AI harus diimbangi dengan pendekatan pembelajaran yang holistik, yang menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi.

Inilah inti dari semua permasalahnya. Banyak siswa menyalahgunakan AI. Mereka menganggap AI sebagai alat untuk menyelesaikan tugas tanpa perlu berpikir kritis. Padahal, penggunaan AI bisa menjadi sarana yang sangat memudahkan siswa dan guru. Namun, harus diiringi dengan analisis kritis terhadap hasil yang diberikan. Kita tidak boleh sekadar menyalin hasil AI tanpa memahami konsep di baliknya.

Pada akhirnya, kita memerlukan Solusi untuk hal ini.

Pertama, pendidikan literasi digital. Sekolah perlu membekali siswa dengan keterampilan mencari informasi yang kritis. Siswa perlu dilatih untuk membedakan sumber informasi yang kredibel dengan yang tidak, serta mengevaluasi relevansi informasi yang ditemukan. Selain itu, pendidikan etika digital juga harus menjadi bagian integral dari kurikulum. Siswa perlu memahami konsekuensi dari penggunaan AI yang tidak bertanggung jawab, seperti plagiarisme atau penyebaran informasi palsu. Dengan bekal literasi digital yang kuat, siswa dapat menggunakan AI secara bijak dan bertanggung jawab.

jesuits.id
jesuits.id

Kedua, Sekolah perlu memiliki kebijakan yang jelas mengenai penggunaan AI untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Kebijakan ini harus mencakup aturan yang tegas tentang penggunaan AI dalam mengerjakan tugas, seperti larangan penggunaan AI untuk mencontek atau melakukan plagiarisme. Untuk memastikan kebijakan ini efektif, sekolah perlu melakukan pemantauan secara berkala terhadap penggunaan AI oleh siswa. Pemantauan dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti memeriksa riwayat pencarian siswa atau menganalisis hasil tugas yang diajukan. Dengan adanya kebijakan yang jelas dan pengawasan yang ketat, sekolah dapat memastikan bahwa AI digunakan sebagai alat bantu yang positif dalam proses pembelajaran.

Maka dari itu, AI bisa menjadi sarana memudahkan, tetapi AI juga bisa menjadi sarana untuk menghancurkan pendidikan. Cara agar AI bisa sebagai sarana memudahkan, adalah dengan cara membuat kebijakan di sekolah dan mengontrol diri sendiri dalam pengunaan AI. Dengan demikian, marilah kita rangkul anak-anak sekolah kita agar bisa mengerti etika penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber : 

https://jesuits.id/internos-edisi-khusus-bercerita-tentang-universal-apostolic-preference-dalam-foto/

https://tirto.id/penggunaan-ai-di-dunia-pendidikan-makin-marak-dan-merata-gZax

https://aptika.kominfo.go.id/2023/11/sekjen-kominfo-penggunaan-ai-harus-sesuai-dengan-nilai-etika-di-indonesia/

https://koran.tempo.co/read/ilmu-dan-teknologi/486084/momentum-pemanfaatan-ai-di-indonesia

https://itgid.org/insight/artikel-it/ngerinya-ai-dalam-dunia-pendidikan-apa-dampak-dan-penyebabnya/

https://inet.detik.com/cyberlife/d-7477860/memanfaatkan-ai-di-dunia-pendidikan-gimana-caranya

https://news.detik.com/kolom/d-7602542/mengelola-ai-dalam-pendidikan-tinggi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun