Mohon tunggu...
Victor Simpre
Victor Simpre Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesetiaan & Kesanggupan sebagai Kunci Membangun Peradaban (Belajar dari Bushido)

1 Mei 2016   14:08 Diperbarui: 1 Mei 2016   14:16 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita kehilangan guru bangsa yang dari pengajarannya lahir para kesatria yang sanggup berkorban harta dan jiwanya untuk membangun bangsa sebagaimana mereka praktekkan saat merebut kemerdekaan 1945. Kita kehilangan Bung Karno, Syahrir, Natsir, Hatta, Sudirman, Cokro, dan kesatria lainnya. 

Kita kehilangan guru yang dari pengajarannya anak-anak bangsa ini mampu memahami hakekat sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa”, dari pengajarannya anak-anak bangsa ini menjadi bersih dari kekotoran jiwa kemunafikan dan kebejatan, dari pengajarannya anak-anak bangsa ini mampu memahami pesan suci ilahi, dari pengajarannya anak-anak bangsa ini mampu memiliki hikmat kebijaksanaan sebagai karakter tertinggi dalam kehidupannya. Tidak sekedar kehilangan, kita bahkan hari ini mendapati gejala ketidak perdulian yang luar biasa dari anak-anak bangsa terhadap situasi dan kondisi yang terjadi hari ini selain hanya mengejar tujuan pribadinya semata. Kita hari ini, bahkan berada pada situasi dunia dimana semua sisi kehidupan diatur sesuai dengan kehendak pikiran kita semata. 

Penutup

Saat ini jelas kita berhadapan dengan dua hal yang diametral, yaitu kebutuhan akan lahirnya para kesatria yang memiliki kesetiaan dan kesanggupan untuk senantiasa berjuang menegakkan peradaban mulia dan fakta dimana kita terancam oleh manusia-manusia yang tidak memiliki itikad membangun peradaban bahkan justru berupaya menghancurkan bangsa ini dengan cara membungkam setiap upaya kritis perubahan. Kita hari ini butuh para kesatria yang selalu membawa cahaya ilahiah dalam jiwanya ditengah-tengah kehidupan yang selalu memadamkan cahaya tersebut. Tanpa jiwa kesatria yang selalu menonjolkan sikap kesetiaan dan kesanggupan untuk memikul kebenaran kita pasti tidak akan mendapati wujudnya Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia. Tidak akan pernah muncul keadilan bagi bangsa sebelum kita melahirkan para kesatria yang memiliki kesetiaan dan kesanggupan untuk memikul kebenaran yang hakiki.

Para kesatria di masa lalu sudah mengajarkan bahwa penindasan, penghinaan, penjara bahkan kematian lebih mereka pilih demi tegaknya kebenaran dan keadilan di muka bumi. Tegakkan kebenaran dan keadilan meski langit runtuh! Tidaklah dikatakan seorang kesatria jika kejahatan yang ada di depan matanya, penderitaan rakyat disekelilingnya, tidak dapat dirasakan sampai ketulang sumsumnya dan hanya dihadapi dengan cara melempar uang recehan keperiuk nasi mereka dengan senyuman. 

Pada gilirannya, kelas kesatria tidak akan banyak. Bung Karno dan teman-temannya hanyalah segelintir orang yang pada jamannya tanpa pamrih berjuang merebut kemerdekaan Indonesia. Menunut Nitobe pada masanya kelas kesatria lahir begitu saja sebagai suatu proses alamiah dimana pria-pria yang lemah dan penakut tersingkir dan hanya menyisakan pria-pria tangguh, maskulin, dengan kekuatan luar biasa (Nitobe, 2015:25). Sebagaimana juga ditegaskan Darwin, seleksi alamiah akan terjadi pada mahluk di alam semesta, yang lemah akan tersingkir yang kuat akan bertahan. 

Saat Bung Karno dipenjara sekalipun, para kesatria yang lain tetap setia dan sanggup melanjutkan perjuangan. Kesetiaan dan Kesanggupan dari para kesatrialah yang akhirnya mengantarkan Indonesia merdeka dari perbudakan Belanda. Masihkah ada para kesatria yang setia dan penuh kesanggupan untuk terus memperjuangkan kebenaran di tengah bangsa ini? Teringat pada saat menjelang di penjara oleh Belanda, Bung Karno bertanya kepada para kerabatnya,...”Ditengah perlakuan Belanda saat ini, apakah anda masih setia dan sanggup untuk terus memperjuangkan tegaknya kebenaran hakiki di bumi Indonesia yang kita cintai ini?”

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun