********/*******
Khilaf. Itu alasan paling populer yang sering dilontarkan. Tapi kalau khilaf sampai ketiga, keempat, kelima kalinya, bahkan terus-terusan melakukannya, apakah itu arti dari kata "khilaf"?
Mungkin DPR kita khilaf. Pasti Gayus dan koruptor lainnya juga khilaf. Bisa juga presiden kita khilaf. Tapi jika kritikan yang sampai ke telinga mereka hanya ditanggapi dingin dan tidak bereaksi apa-apa untuk memperbaiki kekeliruannya, bukankah itu hasil dari seringnya mengabaikan kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan kecil yang sering dilakukan oleh mereka?
Kebanyakan... kita membutuhkan orang lain hanya sebagai "stabilo" saja. [Dono Baswardono -psikolog-]
Fungsi stabilo hanya untuk memperjelas saja. Kita sebenarnya sudah tahu kalau koreksi yang dilakukan oleh orang lain itu benar, karena kita sudah pernah menuliskannya di "buku hidup" kita. Hanya saja masalahnya, apakah kita akan mengingat dan melakukan apa yang sudah distabilo oleh orang lain di "buku hidup" kita? Itulah yang akan membentuk karakter hidup Anda.
Yogyakarta, 8 November 2010 [11:52 PM]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H