Halte bus di kota, halte transit dan halte di jalan provinsi selalu menyediakan wifi gratis. Setiap halte selalu dilengkapi dengan monitor jadwal kedatangan bus "real-time" sehingga waktu dan no bus yang akan datang bisa diketahui saat itu juga. Setiap bus memiliki monitor yang selalu menunjukkan nama halte pemberhentian dan halte berikutnya yang akan dilewati.
Tempat penginapan murah seperti guesthouse sangat melimpah jumlahnya dan tersebar di semua jalanan provinsi bahkan hingga di pedesaan. Cafe-cafe (Coffee shop) yang unik bisa dijumpai di seluruh penjuru Pulau Jeju hingga di pinggir pantai ataupun di pelosok pedesaan. Bahkan di daerah tempat saya bekerja di pinggir pantai pedesaan, cafe saya jumpai hampir setiap seratus meter. Warga Negara Korea sendiri menyebut Pulau Jeju dengan julukan pulau ribuan cafe.
Selain puluhan obyek wisata alam, banyak juga obyek wisata lain seperti Museum Teddy Bear, Museum Haenyeo (penyelam wanita), Shinhwa World, Loveland, Osulloc Tea Museum, Taman Halla (Halla arboretum), Jalan Olle, dan lain lain. Hebatnya, hampir semua obyek wisata dapat dicapai dengan bus umum.
Suksesnya pengembangan ekoturisme di Pulau Jeju menarik perhatian gubernur DKI Jakarta untuk mencontoh dan menerapkan model ekoturisme yang sama di Kepulauan Seribu. Berdasarkan pengamatan pribadi, kebanyakan turis yang berlibur ke Pulau Jeju berasal dari Asia seperti Cina, Malaysia, Singapura, Vietnam bahkan Indonesia.
Menurut perkiraan saya, Dengan anggaran 5-8 juta rupiah per orang sekama 3 hari, anda dapat berlibur ke Pulau Jeju, pulau dewata versi Korea. Pengalaman dan kenangan yang anda dapatkan bakal sebanding bahkan lebih dari pengeluaran yang anda korbankan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H