Mohon tunggu...
Victor Angliawan
Victor Angliawan Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Amatir

Imajinasi adalah bagian terindah dalam anugerah yang Tuhan berikan pada manusia, dan menulis adalah salah satu cara terbaik untuk membuat imajinasi berubah menjadi nyata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Menghargai Pendapat Orang Lain dengan Keberanian Berekspresi

4 Juni 2022   00:06 Diperbarui: 4 Juni 2022   00:36 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, ditengah perkembangan komunikasi dan informasi, dunia seolah makin mudah dalam menentukan standar non resmi akan sesuatu hal yang melekat dalam diri seseorang. Kenyataan tersebut merupakan hal yang baik, namun juga sebaliknya, sebab sering kali standar yang tercipta merupakan hasil dari pendapat mayoritas orang, dan lebih kurang baiknya adalah ketika standar tersebut menjadi tuntutan serta penghakiman sepihak yang sangat membebani kita. 

Sebut saja standar kecantikan, yang banyak dan umum menyerang kaum wanita, membuat jutaan wanita diseluruh dunia hidup dalam gundah gulana, setidaknya selepas masa pubernya hingga tua menjelang. Juga tentang standar kemapanan seseorang, sebagai contoh, umumnya laki-laki dikatakan mapan ketika sudah menikah, memiliki mobil, rumah dan lain sebagainya dan dalam periode umur tertentu. 

Standar wanita idaman, sebelah barat percaya bahwa wanita karir yang lebih banyak menghabiskan waktu dimeja kerja jauh lebih ideal ketimbang wanita yang bergulat di dapur, sebuah perbedaan dengan pandangan ketimuran, dimana wanita yang ideal untuk menjadi pasangan adalah wanita yang dapat mengurusi segala hal yang menjadi pekerjaan rumah, mulai dari sudut halaman hingga ujung celah dapur.

Jika standar tersebut merupakan hal yang baik, dan membawa diri kita pada level yang lebih tinggi sebagai manusia, maka sebenarnya sah sah saja untuk kita mengejar dan berupaya untuk mencapainya. Bahwa berjuang menjadi pribadi yang lebih baik merupakan hal yang benar, namun percayalah bahwa ada hal yang juga istimewa saat kita diterima dengan apa adanya. Meskipun memang ketimbang penerimaan, teman-teman yang berbeda dari standar yang ada sering kali ditolak, dan mereka yang ditolak kini mulai merasa jenuh dan putus asa.

Kejenuhan dan keputusasaan akan standar standar tersebut membuat banyak kampanye pertentangan, memang belum banyak yang melawan, namun beberapanya memulai dengan diri mereka sendiri. Senang melihat beberapa teman yang memiliki badan yang agak berisi, begitu percaya diri men-upload foto dan aktivitasnya di story instagram. 

Senang juga melihat teman-teman yang berani mengambil resiko lebih dengan menikahi wanita yang sangat ia cintai meskipun ia belum memiliki rumah juga mobil, dan sama senangnya melihat pasangannya juga dengan percaya diri dan hati yang teguh menerima suaminya tersebut dan berkomitmen untuk berjuang dalam hidup rumah tangga bersama. 

Sangat kagum dengan beberapa teman yang dengan berani bertaruh asa ke luar negeri demi mengembangkan karir dan nilainya. Saya sangat mengagumi orang-orang yang berani menerobos batas batas yang sebenarnya tidak berhak menghalangi kita untuk berekspresi dan melakukan hal yang membuat kita bahagia. Bahwa ada dalam perasaan menghargai pendapat dan penilaian orang lain adalah hal yang baik, namun jangan sampai hal tersebut justru menjadi pembatas yang menghalangi kita untuk bahagia.

Kejenuhan dan keputusasaan ekstrim sebenarnya juga bukanlah hal yang baik, seperti dengan adanya penyimpangan dalam berekspresi, dengan menganggap bahwa hubungan sejenis adalah sah, atau tindakan melawan hukum adalah kebenaran, sehingga pentingnya menjaga keseimbangan antara menghargai standar yang ada di tengah masyarakat dengan keberanian untuk menjadi diri sendiri dan berekspresi adalah hal yang utama. 

Di masa depan, kita tentu berharap, dunia dapat memandang sesamanya dengan lebih bijaksana, bisa melihat bahwa teman berkulit hitam sama berharganya dengan saudara yang berkulit putih. Namun, jika masa depan itu rasanya sulit diwujudkan, maka biar hari ini kita memulainya dengan diri kita sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun