Program cetak sawah alias ektensifikasi lahan pertanian seluas 150.000 hektar serta intenfisikasi pertanian seluas 80.000 hektar akan memakan anggaran Rp. 15 triliun sesuai rencana awal. Program itu akan dieksekusi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Pertanian.
"Target swasembada pangan untuk tahun 2028-2029 itu menyebar, baik dari sisi kewenangan maupun anggarannya. Anggarannya ternyata cukup besar yang tersebar di berbagai kementerian/lembaga. Hal tersebut tentunya  didukung anggaran ketahanan pangan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 tersebut naik 21,9% dari tahun 2024 yang sebesar Rp 114,3 triliun. Kenaikan anggaran hingga dua digit itu cukup signifikan jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. (Kompas, 30/10/2024).
Pada 2025, Prabowo menjadikan program swasembada pangan sebagai salah satu fokus prioritas kebijakan yang bisa dikejar dalam waktu cepat (quick win). Tak ayal, anggarannya pun naik lebih signifikan dibandingkan tiga tahun terakhir, arah kebijakan anggaran ketahanan pangan itu, antara lain, untuk intensifikasi dan ekstensifikasi lahan pertanian, peningkatan ketersediaan dan akses sarana prasarana pertanian (pupuk, benih dan pestisida), penguatan infrastruktur pertanian seperti bendungan dan irigasi, serta perbaikan rantai distribusi hasil pertanian.
Di luar itu, ada pula program penguatan cadangan pangan nasional dan lumbung pangan, penguatan pembiayaan dan perlindungan usaha tani, serta penguatan program perikanan budidaya. Ada beberapa komoditas pangan yang dibidik untuk swasembada, seperti beras, jagung, tebu, gula, kedelai, cokelat, kopi, cabai, dan bawang.
Pertanian Berkelanjutan
Menurut, Soetarto Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (PERPADI) dalam diskusi daring "Pertanian Organik Berkelanjutan Menuju Indonesia Lumbung Pangan 2024" yang digelar Propaktani, Senin 28/10/2024. Â "Kunci utama meningkatkan produksi beras adalah meningkatkan luas panen dan produktivitas. Namun, keduanya perlu dibarengi dengan praktik-praktik pertanian yang baik". (Kompas, 2024).
Dalam enam tahun terakhir, 2018-2023, produktivitas padi nasional berada dalam fase leveling off atau pertumbuhan mendatar sekitar 5%. Pada 2018-2021, produktivitas padi nasional masing-masing sebesar 5,2 ton/hektar; 5,11 ton/hektar; 5,13 ton/hektar; dan 5,23 ton/hektar.
Kemudian, pada 2022 dan 2023, produktivitas tersebut naik tipis masing-masing menjadi 5,24 ton/hektar dan 5,26 ton/hektar.
Kami atas nama Pimpinan Daerah Muhammadiyah Indonesia haqul yakin, bahwa :"Idonesia di Era Presiden Jenderal H. Prabowo Subianto Capai Swasembada dan Ekspor Beras pada 2027 dan 2028".
Kementerian Pertanian telah membuat Peta JalanSwasembada dan Ekspor Beras 2025-2029. Melalui peta jalan itu, swasembada beras ditargetkan tercapai pada 2027 dan Indonesia mulai dapat mengekspor beras pada 2028. (Kompas, 8/10/2024).
Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Pemanfaatan Sumber Daya Lahan Marginal Anny Mulyani mengatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyusun Peta Jalan Swasembada dan Ekspor Beras 2025-2029 dengan matang. Dengan peta jalan itu, Kementan optimistis Indonesia mampu meningkatkan produksi beras, mengurangi impor beras, dan menjadi pemain utama ekspor beras global.
"Pada 2027, produksi beras ditargetkan dapat meningkat 10 juta ton melalui cetak sawah dan perbaikan irigasi di area yang sama.
Kemudian, pada 2028, produksi beras nasional bertambah 10 juta ton.
Puncaknya, yakni pada 2029, produksi beras nasional ditargetkan bertambah 12,5 juta ton, terutama dengan kembali mencetak sawah baru."Peta jalan tersebut menggarisbawahi transformasi besar Indonesia, yakni dari swasembada di 2027. pada 2029 sebanyak 12,5 juta ton, berarti total produksi beras seturut peta jalan itu pada 2029 bisa mencapai 43,6 juta ton.