Setelah ramai pemberitaan media online tentang gelar Doktor yang diterima oleh Raffi Ahmad. Karena hal itu masyarakat cenderung cepat memberikan penilaian negatif terhadap gelar atau kampus tertentu, terutama jika mereka menganggapnya tidak memenuhi standar atau tidak terdaftar di lembaga resmi, seperti Dikti di Indonesia.
Fenomena ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
1. Kurangnya Pemahaman tentang Akreditasi dan Sistem Pendidikan Alternatif
Banyak masyarakat yang menganggap gelar dari kampus yang tidak terdaftar di lembaga nasional sebagai tidak sah atau tidak berkualitas. Mereka mungkin belum memahami bahwa di dunia pendidikan ada berbagai bentuk akreditasi dan pengakuan yang diakui secara internasional, bahkan di luar sistem Dikti atau kementerian pendidikan suatu negara.
2. Pengaruh Media dan Stereotip Sosial
Media dan pemberitaan sering kali membentuk persepsi publik. Kampus atau gelar yang di luar arus utama (seperti kampus online atau kampus dengan akreditasi internasional) sering dilabeli sebagai "abal-abal" atau kurang kredibel. Stigma ini sering kali diperparah oleh berita-berita yang hanya menyoroti aspek negatif tanpa melihat sisi positif atau kualitas akademiknya.
3. Minimnya Informasi tentang Kualifikasi Internasional
Sebagian besar masyarakat hanya memahami kualifikasi yang dikeluarkan oleh sistem pendidikan nasional. Padahal, ada banyak lembaga internasional yang diakui di berbagai negara, tetapi tidak tercakup dalam kerangka pengawasan nasional. Gelar-gelar ini, meskipun sah secara internasional, kadang dianggap meragukan jika tidak sejalan dengan persepsi lokal.
4. Kurangnya Kepercayaan terhadap Pendidikan Online atau Non-tradisional
Â
Pendidikan online atau pendidikan yang tidak berpusat di kampus fisik sering kali dianggap kurang kredibel, padahal di era digital saat ini banyak kampus bereputasi yang menyediakan program online. Masyarakat kadang menilai kualitas pendidikan hanya dari keberadaan fisik kampus, tanpa mempertimbangkan efektivitas metode pembelajarannya.