Mohon tunggu...
Opa Jappy Official
Opa Jappy Official Mohon Tunggu... Administrasi - Administrator
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Bebas Menyuarakan Kebebasan Owner dan Pengelola Jappy Network http://jappy.8m.net Tidak Menerima dan Membaca Pesan Melalui Fitur Pesan di Kompasiana Hubungi E-mail, opa.jappy@gmail.com Telp/WA +62 81 81 26 858

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Isu

27 Desember 2023   07:36 Diperbarui: 27 Desember 2023   07:40 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bogor, Jawa Barat | Isu/Isyu lahir dari issue, Inggris; harfiah,  hasil,  keluaran. Perancis Kuno, issue, eissue atau jalan keluar. Latin ex, keluar; awalan ex, ke luar ke ire atau jalan. Issue, selanjutnya isu, nyaris sama dengan 'bahan mentah kritik, kritis, dan kritisi.' Namun, isu, umumnya, berdasarkan

(i) sesuatu yang belum ada atau terjadi,

(ii) hanya tanda-tanda atau gejala,

(iii) tafsiran dan opini terhadap tanda-tanda atau gejala,

(iv) tidak mempunyai bukti, data, dan fakta

Isu bisa dinarasikan, diorasikan, ditulis, disampaikan oleh siapa pub berdasarkan 'suka-sukanya' dengan tujuan tertentu. Umumnya demi kepentingan menjatuhkan lawan atau pun saingan (politik, bisnis, keterpilihan, percintaan, dan lain sebagainya).

Pada konteks itu, hampir tak ada isu yang bersifat positip; sehingga selalu berekses negatif terhadap korban isu.

Lompatan-lompatan Isu

Pencipta Isu, perorangan maupun kelompok, melihat adanya potensi kekalahan dan tak mampu menahan kerugian. Misalnya, secara politik, kebijakan, ekonomi atau tren sosial.

Pencipta Isu terus berupaya, namun tak berhasil, karena lawan selalu unggul dan terus melangkah maju menuju keberhasilan

Pencipta Isu berupaya menemukan titik celah untuk menjatuhka lawan; biasanya dengan pola Ad Hominem dan Logical Fallacy

Pencipta Isu secara TSM menebarkan orasi dan narasi Ad Hominem dan Logical Fallacy tersebut ke publik yang un-educated, miskin literasi, serta minus wawasan. Mereka melakukan penyesatan opini publik; sekaligus 'membuatnya' sebagai kebenaran informasi. Informasi ke publik tidak dua arah, melainkan hanya negatif secara aktual dan 'benar.'

Jika sudah mencapai penerimaan publik bahwa orasi dan narasi isu tersebut sebagai 'kebenaran, fakta, data, bukti:' maka dilakukan operasi pembunuhan karakter.

Isu juga bisa digunakan sebagai 'kontra isu' dan 'pengalihan isu' yang sudah dilakukan sebelumnya. Biasanya dilakukan oleh

(i) mereka yang korban isu sebelumnya,

(ii) pencipta isu yang isu negatip, jahat, sesatnya terbongkar,

(iii) institusi untuk mengalihkan perhatian publik terhadap hal-hal kontemporer yang sementara terjadi,

(iv) mereka yang  (ingin, mau) menutupi kejahatan, perbuatan krimininal, kejahatan personal atau pun institusi

  • Cukilan dari Risk Issues and Crisis Management in Public Relations
  • Penulis, Regester, Michael, Judy Larkin
  • Penerbit, New Delhi: Crest Publishing House, 2003
  • Re-publish by Opa Jappy untuk Indonesia Hari Ini

Ketidakcerdasan Isu Politik 

Maaf-maaf kata, beberapa bulan terakhir di Negeri Tercinta, rakyat disuguhi tontonan tidak menarik dan tak bermutu dari sejumlah kalangan, terutama politisi dan pengamat politik; suguhan, yang saya sebut sebagai hampir 90% berdasarkan isu.

Suguhan tontonan tidak menarik dan tak bermutu tersebutdigarap begitu rupa oleh Media Massa (dan Media Sosial) sehingga menarik, enak disantap, nikmat diidengar, bahkan diterima sebagai kebenaran.

Akibatnya, "Banyak orang pun hancur dan menuru krebilitasnya;" kata Si Bungsu saya yang sementara tugas di Vietnam. Ya. Area Publik Negeri tercinta cenderung rusak hanya karena kata-kata kosong, tak bermakna, serta isu.

Mengapa semuanya itu terjadi? Pertanyaan dengan ribuan jawaban; jawabannya pun berdasarkan isu. Sehingga tak ada kepastian dan kuatir ku juga menanbah isu baru, seturut lompatan-lompatannya.

Lalu?

Saya hanya bisa skip dan berlalu; karena bisa saja menambah isu baru.

Cukuplah!

Opa Jappy | Pegiat Literasi Publik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun