Pada interaksi sosial, inter dan antar manusia, hal yang paling mendasar adalah Persatuan, Persahabatan, Hubungan Darah, Kekerabatan.
Di dalamnya ada kesetaraan, cinta kasih, saling menperhatikan, dan lain-lain. Ingin menyatu dan bersatu, geografis, lokasi, idiologi, iman, dll
Narasi Kuno, Babel Tower: Pengembangan Tekhnologi, Kerja sama, Keinginan tetap menyatu, tidak terpisah, Kebersamaan, Kesetaraan
Babel Tower juga mencerminkan Unity, Persatuan, Liberty, Kebebasan, Fraternity, Persaudaraan
Semua itu, jadi masalah ketika muncul atau ada keangkuhan dan kesombongan (cari nama). Sehingga memunculkan Kehancuran, Kegagalan, Pemisahan Ras Etnis, Bahasa Golongan, Wilayah, dst.
Namun, masih ada upaya manusia untuk menyatu dalam persaudaraan, persahabatan, persatuan.
Pada area-area tertentu, mereka membangun kota dengan tembok; disebut Polis atau Negara Kota. Dari Polis, muncul Politea; pembagian untuk mengatur segala sesuatu dalam Polis; agar teratur, tertib, disiplin, semua warga Polis sejahtera, aman, damai.
Namun, belakangan, tujuan Politea, Politik (seperti pada Polis) bergeser. Dan ada  Pembagian Kekuasaan (Eksekutif, Yudikatif, Legislatif), yang tadinya tertumpu pada Raja atau Kaisar Polis.
Pergeseran tersebut, demi meraih kekuasaan itulah, terjadi atau Politisi mengedepankan perbedaan. Aneka Perbedaan tersebut di bawa masuk ke ruang-ruang publik (keluarga, persahabatan, komunitas, bahkan Agama).
Akibatnya, tercipta Babel Modern. Manusia tak saling memahami dan mengerti, terpisah walau ada dalam satu area luas, saling tidak menyukai, bahkan benci serta kebencian. Perbedaan yang meruncing bisa menjadi stigma sosial, chaos, curiga, benci dan kebencian.
Solusi untuk Mencegah
INDONESIA memiliki Pancasila  memberi peluang terciptanya Demokrasi Indonesia yang berakar dan betumbuh dari Unity, Persatuan, Liberty, Kebebasan Fraternity, Persaudaraan
Serta memunculkan kebebasan sekaligus menyertakan persatuan dan persaudaraan. Tanpa itu, kebebasan akan diselimuti kecurigaan antara satu dan lainnya.
Karena kamu bukan kami, kamu kadrun, intoleran, main politik identitas, penebar teror, dan seterusnya.
Sebaliknya, kamilah yang paling segalanya: paling nasionalis, paling pancasilais, paling toleran, dan seterusnya.
Bisa berlaku sebaliknya, karena kamu bukan kami, maka kamu salah, sesat, kafir, dan seterusnya.
Kebebasan yang dipandu kecurigaan, bahkan kebencian, akan abadikam permusuhan dan pembelahan, yang satu gampang mengafirkan, yang satu mudah tersulut fobia.
Jadi, sebaiknya, kembali ke Roh Mula-mula Manusia, yaitu Semuanya adalah Sesama dalam Kemanusiaan. Sehingga mampu dan memiiki kempuan untuk membangun Persatuan, Kebersamaan, Persahabatan yang melintasi semua tembok perbedaan
Webinar Agama Cinta, 17 Sep 2023
Opa Jappy, Lurah Komunitas Edukasi dan Advokasi Publik Indonesia Hari Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H